Sukses

Menteri LHK Tak Ingin Medan Zoo Ditutup, Yakin Krisis Bisa Diatasi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sitii Nurbaya Bakar mengaku masih menunggu perkembangan pengelolaan Medan Zoo, terutama untuk meningkatkan pemeliharaan hewan dan mencegah agar tidak tutup.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sedang membantu Kebun Binatang Medan Zoo di Medan, Sumatera Utara, untuk meningkatkan pengelolaan hewan setelah terjadi kematian tiga harimau Sumatera pada akhir 2023. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya Bakar mengaku masih menunggu perkembangan pengelolaan Medan Zoo, terutama untuk meningkatkan pemeliharaan hewan dan mencegah agar tidak tutup.

Ia meyakini situasinya bisa terkendali dengan baik karena sudah standar prosedur pengelolaan kebun Binatang. "Kita sudah kirimkan tim ke sana, pak Dirjen (Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Satyawan Pudyatmoko) bersama tim BBKSDA buat melihat situasi di sana (Medan Zoo) juga," terangnya saat ditemui di kantor KLHK di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024.

"Ini kan sidah jelas standar prosedurnya seperti apa, dan bukan kali ini aja terjadi. Kejadian seperti ini bukan hanya di Medan, dulu juga pernah terjadi di Bandung, ada gajah mati dan bisa kita tangani dengan baik. Mudah-mudahan begitu juga di Medan ini," lanjutnya.

Kejadian yang disinggung Menteri LHK kemungkinan mengacu pada kematian gajah sumatera di Kebun Binatang Bandung pada 2016 lalu. Seekor gajah bernama Yani mati akibat sakit dan tergeletak di bawah tenda biru kompleks kebun binatang.

Gajah Yani mati akibat lambat mendapat penanganan medis, karena laporan kepada petugas dikatakan telat dan memperburuk kondisi kesehatan gajah. Kejadian itu jadi pelajaran berharga bagi Kebun Binatang Bandung dan tidak terulang lagi sampai saat ini.

Sementara, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Satyawan Pudyatmoko mengatakan persoalan yang sekarang sedang dialami Medan Zoo salah satunya adalah finansial, sehingga berdampak terhadap pengelolaan satwa yang belum memenuhi standar.

"KLHK bersama Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia tengah melakukan pendampingan (dalam konteks pembinaan) serta upaya perbaikan pengelolaan satwa di Medan Zoo," kata Satyawan saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2024, dikutip dari Antara.

 

 

2 dari 4 halaman

Bentuk Pendampingan KLHK

Bentuk pendampingan yang diberikan oleh KLHK bersama Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) khususnya dalam dukungan penyediaan pakan, tenaga medis (keeper dan dokter hewan), perbaikan kendang, pemeriksaan kesehatan satwa, perawatan medis/pengobatan, dan fasilitasi ahli/praktisi lembaga konservasi.

Menurut Satyawan, Medan Zoo merupakan lembaga konservasi yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.22 Tahun 2019.Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan maupun satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah.

Lembaga konservasi terdiri dari lembaga konservasi untuk kepentingan umum (taman satwa, kebun binatang, taman safari, dan lain-lain) serta lembaga konservasi untuk kepentingan khusus (pusat penyelamatan satwa, pusat rehabilitasi satwa, pusat konservasi satwa, dan lain-lain). Pengelolaan lembaga konservasi harus dilakukan berdasarkan prinsip etika dan kesejahteraan satwa.

Untuk itu, penekanan manajemen lembaga konservasi adalah mendorong lembaga konservasi terus menerus meningkatkan pengelolaan dan mempertahankan mutu pengelolaan. Kemudian menetapkan, memelihara, dan meningkatkan standar operasional pengelolaan lembaga konservasi; dan meningkatkan kesejahteraan satwa secara khusus.

3 dari 4 halaman

Rencana RANS Entertainment di Medan Zoo

"Kami berharap manajemen Medan zoo dengan dukungan pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dapat segera melakukan berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan untuk keberlanjutan pengelolaan Medan Zoo," ucap Satyawan.

Medan Zoo adalah kebun binatang di Kota Medan dan telah berdiri sejak tahun 1952. Sebagai salah satu kebun binatang tertua di Indonesia, Medan Zoo memiliki luas area yang mencakup beragam habitat alami dan menampung berbagai spesies hewan, termasuk mamalia, burung, reptil, serta amfibi.

Saat ini Medan Zoo menjadi sorotan publik akibat kematian dua ekor Harimau Sumatra dan satu Harimau Benggala pada Desember 2023. Pemerintah Kota (Pemkot) Medan mengungkapkan krisis finansial berimbas terhadap utang pakan hewan maupun menggaji para pegawai yang mengelola kebun binatang tersebut. Wali Kota Medan Bobby Nasution terus berupaya mendorong agar RANS Entertainment merealisasikan rencana investasi dalam mengembangkan kawasan Medan Zoo.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno juga mengutarakan pangdangannya. Ia meminta pengelola kebun binatang untuk mengelola kawasan wisata tersebut secara serius dengan lebih memperhatikan kesehatan satwa dan pemenuhan hak pegawainya.

4 dari 4 halaman

Keprihatinan Menparekraf pada Kondisi Medan Zoo

"Kami langsung kirim pesan kepada pengelola untuk lebih serius (mengelola kebun binatang) sebelum dampak yang lebih berlarut-larut ini mengakibatkan tentunya kesehatan satwa dan kewajiban kepada karyawan ini malah di nomor 2 nomor 3 kan," kata Sandiaga Uno dalam acara Weekly Brief with Sandi Uno di Jakarta, Rabu, 10 Januari 2024.

Ia turut prihatin dengan kondisi Medan Zoo yang dikabarkan mengalami keterbatasan biaya sehingga kesulitan membeli pakan hewan dan menggaji para karyawannya.

Menurut Sandiaga, kebun binatang termasuk destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan selama periode libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Karena itu, pengelolaan yang baik menjadi kunci supaya lebih menarik minat wisatawan untuk berwisata ke kebun binatang.

"Jadi minat wisatawan ke kebun binatang terutama taman margasatwa itu sangat tinggi, kuncinya adalah pengelolaan," kata pria yang biasa disapa Sandi ini. Ia menambahkan, pemerintah siap membantu memfasilitasi pengelolaan kebun binatang karena mendapat dukungan dari para investor yang ingin menanamkan modalnya terhadap pariwisata hijau atau green tourism di Indonesia.

Â