Sukses

65 Kasus Pembunuhan Terjadi dalam Sebulan, Jamaika Masuk Daftar Travel Warning Amerika Serikat

Jamaika jadi negara kedua yang mendapat travel warning dari Amerika Serikat karena tingkat kasus kejahatan yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning) untuk warganya yang akan bepergian ke Jamaika pada Selasa, 30 Januari 2024. Hal itu menyusul meningkatkan jumlah kasus pembunuhan dalam sebulan terakhir.

Mengutip NY Post, Rabu, 31 Januari 2024, tercatat setidaknya 65 kasus pembunuhan terjadi dalam periode 1--27 Januari 2024 menurut data Pasukan Kepolisian Jamaika. Kedutaan Besar AS di Jamaika pun meningkatkan status peringatan perjalanan ke Level 3, yakni 'mempertimbangkan kembali perjalanan.'

Level itu hanya satu tingkat di bawah status peringatan terparah, yakni melarang warga Amerika Serikat melakukan perjalanan. Menurut Kedubes AS, kejahatan telah meluas sehingga wisatawan bahkan tidak merasa aman saat berada di resort.

"Kejahatan dengan kekerasan, seperti penyerangan rumah, perampokan bersenjata, penyerangan seksual, dan pembunuhan adalah hal biasa. Pelecehan seksual sering terjadi, termasuk di resor all-inclusive," bunyi peringatan tersebut.

"Polisi setempat sering kali tidak merespons secara efektif terhadap insiden kriminal yang serius. Ketika penangkapan dilakukan, kasus-kasus jarang diusut sampai mendapat hukuman yang pasti," sambung pengumuman tersebut.

"Keluarga warga negara AS yang tewas dalam kecelakaan atau pembunuhan sering kali menunggu satu tahun atau lebih hingga sertifikat kematian dikeluarkan pihak berwenang Jamaika."

Menurut Kementerian Dalam Negeri AS, Jamaika dilaporkan sebagai salah satu negara di belahan Bumi barat dengan kasus pembunuhan tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Meski angka kasus pembunuhan pada bulan ini tergolong tinggi, jumlahnya menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 81 orang terbunuh di Januari 2023.

2 dari 4 halaman

Negara di Karibia Kedua yang Dapat Peringatan Perjalanan AS Bulan Ini

Setidaknya 1,393 pembunuhan dilaporkan di Jamaika sepanjang tahun lalu, menyusul 1,498 pembunuhan pada 2022. Data menunjukkan bahwa negara dengan populasi 2,8 juta jiwa itu belum pernah melaporkan kurang dari 1.000 pembunuhan per tahun sejak 2003.

Peringatan perjalanan ini merupakan peringatan kedua yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS terhadap negara Karibia dalam beberapa hari terakhir. Kedutaan Besar AS di Bahama pada Jumat, 26 Januari 2024, menempatkan negara pulau itu pada peringatan 'peningkatan kewaspadaan' Tingkat 2, dan meminta warga Amerika untuk tidak menonjolkan diri saat berkunjung dan tidak melawan jika mereka jadi korban kejahatan.

Meski tidak separah Jamaika, Bahama diberi label tidak aman bagi wisatawan di tengah 18 pembunuhan, yang terutama dimotivasi kekerasan geng, pada Januari 2024. "Pembunuhan terjadi kapan saja, termasuk saat tengah hari bolong di jalanan," tulis kedutaan dalam rilisnya, juga merekomendasikan penerapan 'kehati-hatian ekstrem' di sisi timur ibu kota Bahama, Nassau.

Perdana Menteri Bahama Philip Brave Davis membahas kekerasan yang menakutkan minggu lalu, dengan mengatakan bahwa akan ada penghalang jalan dan tindakan polisi rahasia yang dimulai untuk mengatasi krisis ini, menurut Nassau Guardian.

"Hal ini mungkin membuat Anda terlambat datang ke janji temu, atau menunda rencana yang Anda miliki, namun ini adalah harga kecil yang harus dibayar demi keuntungan kolektif karena jalan-jalan kita jadi lebih aman, dan hidup kita tidak terlalu dirusak pembunuhan dan kekerasan lainnya," katanya.

3 dari 4 halaman

Pangeran Harry dan Meghan Markle Kunjungi Jamaika

Meski tingkat kejahatan tinggi, Pangeran Harry dan Meghan Markle tetap memenuhi undangan menghadiri premier film biopik Bob Marley: One Love yang dibintangi Kingsley Ben-Adir, James Norton, dan Michael Ward langsung di Jamaika. Meghan tampil mengenakan gaun hitam bertali spageti dengan detail garis leher lurus dan rok menggelembung keluaran brand favoritnya, Carolina Herrera. Sementara, Harry terlihat senada dengan jas hitam dan kemeja putih dengan kancing atas terbuka.

Interaksi keduanya di acara tersebut jadi sorotan, terutama bahasa tubuh mereka. Pakar bahasa tubuh Darren Stanton menyebut bahwa hubungan keduanya 'lebih kuat' dengan mengamati kontak mata dan cara mereka berpegangan tangan. Menurut Stanton, pasangan itu 'benar-benar bersatu' di hadapan publik di Jamaika.

"Ada momen pamer kemesraan timbal balik yang luar biasa dari Meghan, di mana dia meletakkan telapak tangan kanannya di dada Harry. Dada dikenal sebagai area sensitif dalam bahasa tubuh, karena di situlah sebagian besar organ vital Anda berada. Faktanya dia meletakkan tangannya di sana membuktikan bahwa ada kepercayaan dan hubungan baik yang besar di antara mereka. Dari foto yang saya lihat, mereka tidak pernah sekuat ini," tuturnya, dikutip dari Hello Magazine, 25 Januari 2024.

4 dari 4 halaman

Dianggap Tidak Peka Situasi

Selain bahasa tubuh, warganet juga menyoroti kursi penonton yang diduduki pasangan Sussex. Mengutip NY Post, 28 Januari 2024, Pangeran Harry terlihat bingung dengan pengaturan kursi, sedangkan Meghan berusaha menempati kursi bioskop yang sempit itu sambil menata rok gaunnya yang lebar.

Sejumlah warganet mengejek pasangan Sussex mendapat 'kursi murahan' merespons video yang diunggah di X, sebelumnya Twitter, pada Kamis, 25 Januari 2024. Meski tempat duduknya tampak di bawah standar, pasangan Sussex berbaur dengan wajah-wajah terkenal lain di karpet merah.

Pasangan ini berpose dengan beberapa pesohor, termasuk politisi Marlene Malahoo Forte dan Brian Robbins, presiden dan CEO Paramount Pictures dan Nickelodeon. Mereka juga sempat berbincang dan berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness.

Interaksi keduanya dengan Holness dinilai tidak sensitif dengan keadaan yang sedang terjadi di Kerajaan Inggris, kampung halaman Harry, yakni saat Raja Charles III dan Kate Middleton sedang menghadapi masalah kesehatan. Langkah Harry dan Meghan di Jamaika, dibaca pengamat kerajaan Phil Dampier, sebagai 'sinyal untuk lebih sering tampil di muka publik' belakangan ini.