Sukses

Isi Kamar Kos Presiden Sukarno Sewaktu Selesaikan Pendidikan Menengah di Surabaya

Presiden Soekarno ternyata pernah ngekos di rumah HOS Cokroaminoto selama mengenyam pendidikan sekolah menengah di Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Presiden Sukarno atau Bung Karno sebagai proklamator di masa perjuangan kemerdekaan RI masih menjadi panutan hingga sekarang. Pria kelahiran 6 Juni 1901 itu pernah menjabat sebagai presiden pertama Indonesia periode 1945--1967.

Masa kecil Soekarno dihabiskan bersama sang kakek, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Dalam buku Biografi Pemikiran, disebutkan bahwa Bung Karno  bersekolah pertama kali di Tulung Agung sampai akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. 

Di Mojokerto, sang ayah memasukkan Sukarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Ayahnya yang seorang guru, acap kali berpindah-pindah dan bahkan sempat ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.

Soekarno juga sempat dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS), yakni sekolah dasar di zaman Hindia-Belanda untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS). Lalu pada 1915, Soekarno menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.

Di sinilah, Soekarno pernah ngekos di rumah HOS Cokroaminoto selama sekolah di Surabaya. Hal tersebut terungkap dari rekaman video singkat TikTok akun @gejapramonoy.

"Kalian tahu nggak kalau kamar yang kalian lihat ini merupakan kamar kos dari presiden pertama kita. Meskipun kamarnya sangat sederhana dan terletak di loteng rumah, namun perjuangan beliau berbuah manis saat jadi Presiden pertama Republik Indonesia," ungkap konten kreator, diunggah pada Selasa, 30 Januari 2024. 

 

2 dari 4 halaman

Sederhana dan Berada di Loteng

Terlihat dalam video kamar kos yang letaknya di loteng rumah HOS Cokroaminoto itu tak memiliki kasur. Untuk tidur, hanya ada tikar dari anyaman tradisional zaman dulu.

Tampaknya kamar tersebut tak hanya ditinggali oleh satu orang saja, tapi bisa sampai empat orang. Selain itu tak banyak furnitur di kamar kost tersebut, hanya ada sebuah meja dengan laci untuk tiap satu orang anak kos. 

Adapun atapnya terbilang tinggi dan adem karena bukan memakai atap yang menyerap sinar matahari. Terdapat ventilasi kecil di bagian tengah ruangan berupa lubang persegi. 

Untuk naik ke kamar kos, disediakan sebuah tangga besi yang dicat hijau. Lokasi rumah HOS Cokroaminoto yang kini dijadikan ruang pamer bersejarah itu tak jauh dari Toko Buku Peneleh.

Di ruang bawah, terdapat bagian-bagian yang memperlihatkan foto-foto serta furnitur zaman dulu. Tampa bahwa keadaan ruangan itu ditata seperti aslinya tanpa banyak perubahan, begitu juga ornamen lampu gantungnya serta ubin rumah tersebut. 

3 dari 4 halaman

Tak Sendirian Ngekos di Rumah HOS Cokroaminoto

Tentu publik sudah sangat mengenal sosok HOS Cokroaminoto, bapak kos Sukarno yang dikenal sebagai guru bangsa. Disebutkan juga bahwa Sukarno tidak sendirian saat ngekos di rumah tersebut.

"Ada Musso (Pemimpin PKI), Semaoen (Ketua PKI), Alimin (tokoh kemerdekaan), dan Kartosoewiryo (tokoh Islam)," katanya lagi menginformasikan.

Disebutkan bahwa Cokroaminoto membuka rumahnya menjadi tempat kos lantaran ada kebutuhan ekonomi keluarga. Saat itu, ia menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam dengan penghasilan yang tidak seberapa. Sang istri lalu menyulap beberapa bagian rumah menjadi kamar kos sekitar tahun 1912. Di rumah itu pula, Soekarno bertemu dengan istri pertamanya, Siti Oetari yang merupakan putri dari HOS Cokroaminoto.

Tertarik untuk menggali lebih jauh tentang Soekarno di masa muda? Anda bisa menyambangi Museum HOS Tjokroaminoto yang merupakan rumah asli dari HOS Tjokroaminoto. Alamatnya berada di Peneleh, kota Surabaya. 

Selain pengalaman indekos, kisah cinta Soekarno juga memiliki cerita menarik. Mengutip dari Tim Islami Liputan6.com, Jumat, 2 Februari 2024, jalinan asmara Sukarno dan Fatmawati tak asing bagi masyarakat Indonesia. 

4 dari 4 halaman

Kisah Cinta Sukarno dan Fatmawati

 

Fatmawati merupakan penjahit bendera merah putih pertama yang dikenal sekarang sebagai bendera pusaka. Namun, tak banyak yang mengetahui aktivitas lain keduanya sebelum menikah. Keduanya diketahui merupakan aktivis Muhammadiyah.

Soekarno aktif di persyariakatan Muhammadiyah ketika tinggal di Bengkulu. Sementara, Fatmawati memang lahir dari keluarga Muhammadiyah. Beranjak remaja, Fatmawati menjadi aktivis Aisyiyah. Dari forum-forum diskusi aktivis Muhammadiyah-Aisyiyah tersebut, Soekarno bertemu dengan belahan hatinya, Fatmawati.

Fatmawati adalah istri ketiga Soekarno, setelah Siti Oetari Tjokoraminoto dan Inggit Ginarsih. Dua istri pertama telah diceraikan saat Bung Karno menikahi Fatmawati.

Bung Karno saat di Bengkulu aktif di Persyarikatan Muhammadiyah, bahkan sempat menjabat sebagai Ketua Bagian Pengajaran. Dalam melaksanakan kegiatannya di Muhammadiyah inilah, persahabatan keluarga Hasan Din dan Bung Karno semakin akrab. Mereka saling berkunjung dan Fatmawati sering diajak ayahnya untuk bersilaturahmi dengan Bung Karno.

Pada masa itu, Bung Karno ditemani isterinya bernama Inggit Garnasih, wanita berasal dari Bandung dan anak angkatnya bernama Ratna Juami. Dari saling silaturahmi yang akrab inilah, lama-kelamaan Bung Karno tertarik pada Fatmawati.

Â