Liputan6.com, Jakarta - Video gagasan seorang kreator konten asing tengah jadi sorotan. Pasalnya, ia membuat tren memeluk driver ojek online (ojol) di Bali.
Merujuk video yang dibagikan akun Instagram @canggu.shortcuts, Jumat, 2 Februari 2024, keterangan unggahannya berbunyi, "We love our Gojek drivers part 1 (Kami suka pengemudi Gojek kami bagian 1)." Di klip, perempuan itu memegang papan bertuliskan, "Hug your Gojek driver (Peluk pengemudi Gojekmu)."
Baca Juga
Di rekaman yang dibagikan, penumpang, yang didominasi orang asing, baik perempuan maupun laki-kali, tampak memeluk driver ojol yang mereka pakai jasanya. Sebagian pengemudi ojol tampak bingung dengan tingkah penumpangnya, namun tidak sedikit yang terlihat bersemangat, tersenyum, bahkan ikut berpose.
Advertisement
Klip yang sudah mengumpulkan hampir tujuh juta penayangan saat artikel ini ditulis talah menuai berbagai komentar. Sebagian mendukung karena menganggapnya sebagai bentuk kepedulian pada sesama, terlepas dari pekerjaan yang digeluti.
"Melihat mereka (pengemudi ojol) tersenyum menghangatkan hati saya," kata salah satu pengguna, sementara yang lain berkomentar, "Terus terbarkan cinta, bahkan dengan hal-hal sederhana seperti ini."
Kendati demikian, tidak sedikit pula yang beranggapan tren ini "tidak pantas." "Mungkin maksudnya baik, tapi apa yang dilakukan tidak sejalan dengan kultur lokal. Kita sebagai orang Indonesia gak terbiasa memberi pelukan pada orang asing," sebut seorang warganet.
"Bayangin kalo abang gojeknya punya istri, apa malah nggak bikin berantem?" sahut yang lain. "Istri bapak gojeknya bisa-bisa cemburu, apalagi yang meluk bule cantik," timpal pengguna berbeda.
Â
Kasus Lainnya di Bali
Masih dari Bali dan terkait kreator konten, namun cerita sebelumnya datang dari influencer lokal, Rachel Vennya. Pekan lalu, ia mengalami kejadian kurang menyenangkan ketika berlibur ke Pulau Dewata. Ia bersama teman-temannya mendadak diusir dari vila yang mereka sewa karena masalah makanan.
Ibu dua anak itu mengaku kaget dengan "aturan-aturan mendadak" yang diterapkan pemilik vila. Beberapa aturan yang menurutnya aneh antara lain penyewa harus membayar lagi jika ingin menggunakan fasilitas dapur.
Sebelumnya, Rachel sempat mengunggah potret dapur di vila tersebut. Semua peralatan dapurnya dikunci hingga ia tidak bisa masak padahal sudah belanja bahan-bahan makanan. Kondisi itu akhirnya membuat ia hanya memasak mi instan."Gpp deh yang penting makan. Mau ojek udah kejauhan dan udah pada tutup karena aku di Uluwatu," katanya di Instagram Story.
Ia mengaku bahwa sang pemilik vila tampak seolah meragukan Rachel pernah menginap di vila mewah. Padahal, menurutnya, fasilitas vila tersebut masih jauh dibandingkan akomodasi mewah yang pernah ditinggalinya.
Advertisement
Biaya Sewa Vila
Disebut bahwa harga sewa vila tersebut dibanderol Rp25 juta per malam. Rachel Vennya menyewa vila tersebut untuk 3 hari 2 malam, sehingga totalnya ia mengeluarkan uang Rp75 juta.
Ia juga harus membayar Rp15 juta karena mengajukan reschedule jadwal menginap. Selain itu, ia juga "didenda" Rp400 ribu karena membawa makanan dari luar vila.
"Pas aku nyampe ke sini, semua baik-baik aja. Terus tiba-tiba kita diminta corkage fee. Di villa ini per botolnya Rp400 ribu. Terus gue kayak hah kok kita nggak tahu aturan itu ya?" beber Rachel di keterangan Instagram yang dibagikan, Jumat, 2 Februari 2024.
"Ini bener-bener vila terburuk yang pernah aku inepin di Bali," curhatnya. Setelah berdiskusi alot dengan pemilik vila, Rachel dan teman-temannya memutuskan langsung pergi tanpa menghabiskan waktu sewa mereka.
Semula, mereka hanya akan mendapat pengembalian dana sebesar 50 persen, namun setelah ngobrol kembali, yang mana pemilik vila terlihat meminta maaf, pengembalian dana akhirnya ditransfer secara penuh.
Pajak Wisata di Bali
Di sisi lain, Bali segera meluncurkan pajak wisata sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah lalu lintas dan sampah. Mulai 14 Februari 2024, turis asing yang menyambangi Bali harus membayar Rp150 ribu (sekitar 10 dolar AS), belum termasuk biaya visa 30 hari Rp500 ribu untuk pelancong dari negara tertentu.
Melansir SCMP, 27 Januari 2024, beberapa pengamat mempertanyakan apakah prosedur baru ini akan menyebabkan antrean panjang di area kedatangan. Namun menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, prosesnya tidak boleh lebih dari 23 detik per orang.
Pejabat setempat juga berharap wisatawan menyelesaikan pembayaran pajak secara online sebelum bepergian ke Pulau Dewaya. Meski biaya untuk pelancong tunggal mungkin terjangkau, keluarga dengan anak-anak berpotensi mencari tujuan liburan lebih murah di Asia Tenggara, sebut sejumlah orang di media sosial, catat publikasi itu.
Memburuknya masalah lalu lintas dan kurangnya pengelolaan sampah adalah masalah terbesar bagi Bali, dan pihak berwenang mengatakan, mereka membutuhkan lebih banyak uang untuk menangkal dampak negatif pariwisata massal.
Â
Advertisement