Sukses

Karolina Shiino Lepas Mahkota Miss Jepang 2024 Usai Terlibat Skandal Asmara dengan Dokter Beristri

Pemilihan Karolina Shiino sebagai Miss Jepang sebelumnya menuai kontroversi karena ia kelahiran Ukraina tanpa ada darah Jepang sama sekali.

Liputan6.com, Jakarta - Karolina Shiino, sebelumnya disebut Carolina Shiino, memutuskan mundur sebagai Miss Jepang 2024. Media lokal, Shukan Bunshun, sebelumnya menyebut perempuan berusia 26 tahun itu terlibat skandal asmara dengan seorang pria beristri.

Pihak asosiasi awalnya menyangkal laporan tersebut. Mereka membela Karolina dengan mengatakan ia tidak mengetahui bila kekasihnya yang berprofesi sebagai dokter dan influencer itu sudah menikah. "Asosiasi Miss Jepang meyakini tidak ada yang salah dengan Karolina Shiino," demikian pernyataan mereka di situs, dikutip dari laman Japan Times, Selasa (6/2/2024).

Belakangan, Karoline mengakui telah berbohong. Ia tetap berhubungan dengan pria itu meski sudah mengetahui bahwa ia masih terlibat hubungan pernikahan. Dalam sebuah pernyataan di situs mereka pada Senin, 5 Februari 2024, pihak asosiasi mengatakan telah menerima permintaan Karolina untuk melepas gelar Miss Jepang 2024 dan 'secara serius merefleksikan tanggung jawab kami dalam menimbulan serangkaian kekacauan'.

Mengutip Kyodo News, asosiasi tersebut juga menyampaikan 'permintaan maaf yang sebesar-besarnya” kepada pihak-pihak terkait, termasuk sponsor dan juri, dan mengatakan penghargaan tertinggi kompetisi tersebut akan tetap kosong hingga sisa tahun ini.

Sementara, Karolina juga mengunggah surat permintaan maaf secara terbuka di akun Instagramnya. Ia mengaku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya di tengah kebingungan dan ketakutannya setelah artikel itu keluar. "Saya benar-benar minta maaf atas masalah besar yang telah saya sebabkan dan karena telah mengkhianati mereka yang mendukung saya," tulisnya.

 

 

2 dari 4 halaman

Kontroversi Keterpilihannya

Sebelum skandal asmaranya muncul, Karolina sudah lebih dulu menuai kontroversi saat terpilih sebagai Miss Jepang 2024 pada 22 Januari 2024. Ia menjadi orang Eropa pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi kontes kecantikan dan dimahkotai sebagai representasi 'kecantikan paripurna wanita Jepang'.

Faktanya, Karolina sama sekali tidak memiliki darah Jepang. Ia tiba di Jepang pertama kali bersama orangtuanya di usia 5 tahun dan besar di Nagoya, Jepang Tengah. 

Namun, orangtuanya bercerai dan ibunya menikah lagi dengan seorang pria Jepang. Nama belakang Karolina pun mengambil dari nama keluarga ayah sambungnya dan menjadi warga negara Jepang lewat proses naturalisasi.

Dalam pidato kemenangannya saat itu, ia mengatakan, "Saya belum pernah diterima sebagai orang Jepang berkali-kali, namun saya merasa bersyukur telah diakui sebagai orang Jepang saat ini."

Kemenangannya saat itu memunculkan perdebatan di tengah masyarakat Jepang tentang apa itu identitas sebagai seorang Jepang dan membuat warga terbelah apakah ia layak menjadi pemenang. 

3 dari 4 halaman

Reaksi Karolina Shiino Atas Penolakan Masyarakat

Pelamar yang memenuhi syarat harus berkewarganegaraan Jepang, belum menikah, dan berusia antara 17 dan 26 tahun pada akhir tahun lamaran mereka. Dalam memilih pemenangnya, kontes ini mengatakan bahwa mereka menilai kandidat berdasarkan kekuatan batin, penampilan, dan tindakan mereka.

Shiino mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Kyodo News pada Kamis, 1 Februari 2024, sebelum mengundurkan diri bahwa dia menyambut baik diskusi mengenai pemilihannya dan menghormati orang-orang yang menentang kemenangannya dengan alasan bahwa dia tidak cocok dengan citra Miss Jepang.

"Saya tidak merasa negatif terhadap cara berpikir seperti itu. Sebaliknya, saya percaya pandangan seperti itu memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi," katanya.

Miss Jepang pertama kali diadakan pada 1950, meskipun inkarnasinya saat ini dimulai pada 1967. Ini adalah acara domestik yang tidak mengirimkan pemenangnya untuk mewakili Jepang di kompetisi internasional.

Kontes kecantikan Jepang sebelumnya telah menjadi bahan perdebatan mengenai identitas termasuk pada 2015, ketika kompetisi Miss Universe Jepang menobatkan Ariana Miyamoto, yang lahir dari ibu Jepang dan ayah Afrika-Amerika, sebagai pemenang pertama dari warisan campuran.

4 dari 4 halaman

Kostum Miss Universe Jepang Dianggap Mempermalukan

Sebelumnya, kontes Miss Universe ke-70 yang berlangsung di Universe Dome, Eilat, Israel itu meninggalkan banyak cerita yang masih mengundang perhatian. Salah satunya datang dari kostum nasional yang dikenakan Miss Universe Jepang Juri Watanabe.

Di hadapan jutaan penonton, kostum nasional berwarna pink itu membuat banyak warga Jepang berkerut dan bahkan menganggap busana yang dipakainya mempermalukan budaya Jepang. Dikutip dari laman Japan Today, Kamis, 16 Desember 2021, pembawa acara menjelaskan bahwa kostum itu didesain untuk merayakan 'budaya fesyen Harajuku Jepang yang menakjubkan'. Inspirasi desain itu sepertinya menjadi pangkal masalah.

Alih-alih menampilkan konstum nasional dengan cara modern tetapi tetap sensitif terhadap budaya negeri, kostum itu malah menambah stereotip yang salah tentang orang-orang di Jepang. Sejumlah warganet Jepang tak tahan untuk mengomentari kostum nasional tersebut.

Banyak yang membandingkan tampilan Watanabe dengan karakter anime Sailor Moon, lengkap dengan rambut warna pink bersanggul seperti telinga kucing. Lainnya mempertanyakan tato bertuliskan "日本", kanji untuk "Jepang", ditulis di dada kontestan Jepang itu.

Kritik tak berhenti di situ. Warganet lainnya mempermasalahkan bendera Jepang yang dijahit di lengan baju dan bunga krisan sebagai lambang keluarga Kekaisaran di sabuk. Tetapi yang paling mengganggu adalah cara kimono dilipat di atas dada Watanabe. Di Jepang, cara melipat kimono demikian hanya dikenakan oleh orang yang sudah meninggal.