Liputan6.com, Jakarta - Gunung Fatuleu merupakan salah satu gunung populer dan mudah diakses dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gunung ini memiliki ketinggian 1.108 mdpl menurut peta bakosurtanal.
Perbukitan batu terkenal ini menjadi salah satu objek wisata di Kupang. Letak percis gunung berada di Desa Nunsaen, Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang, yang dapat ditempuh dengan menaiki kendaraan dua jam dari Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang.
Mengutip dari laman Gunung Bagging, Selasa, 6 Februari 2024, perjalanan setengah hari dari Kupang sangat berharga, memakan waktu sekitar 90 menit untuk mencapai ujung jalan setapak dan satu jam lagi untuk mencapai puncak, jika Anda cukup berani.
Advertisement
Jalur dimulai dari tempat parkir mobil (855 mdpl) di mana pengunjung biasanya membayar Rp5.000 untuk parkir sepeda motor atau Rp10.000 untuk mobil. Waktu terbaik untuk berfoto adalah saat fajar dan senja dan meskipun mungkin tidak ada petugas yang memiliki tiket pada jam 6 pagi, namun kunjungan tetap dapat dilakukan.
Masih banyak hal mengenai Gunung Fatuleu selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Fatuleu yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Asal-usul Nama Gunung Fatuleu
Gunung Fatuleu yang juga sering disebut Gunung Batu Fatuleu dalam bahasa lokal berarti Gunung Batu Keramat. Fatu Leu juga menurut warga setempat sebagai tempat berdoa Suan (pemilik alam) yang terdiri dari tiga gunung batu, antara lain Tuik Neno (suan punya-batu Tuhan untuk doa) yang merupakan puncak Gunung Batu Fatuleu, Askauana (anak dari alam), dan Nua Leu Asu Oko (raja alam).  Â
Â
2. Terdapat 1.500 Tangga ke Puncaknya
Mengutip dari Tim Regional Liputan6, untuk memudahkan para pengunjung naik ke atas puncaknya, Pemerintah Kabupaten Kupang telah membangun 1.500 anak tangga. Di sini Anda dapat menyaksikan pemandangan Pulau Timor dari ketinggian 875 meter di atas permukaan laut.
Tangga tersebut telah mulai dibangun sejak tahun 2017. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Daerah, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Kupang Ambrosius Kopong saat itu mengatakan bahwa biaya pembangunan tangga tersebut mencapai Rp1 miliar yang didapat dari pemerintah pusat.
3. Rute Pendakian
Bagian pertama dari jalan setapak ini berada di tangga semen melewati beberapa tempat perlindungan tradisional dan tempat peristirahatan yang menyenangkan. Langkah-langkahnya berakhir sekitar 950 mdpl dan jalan setapak mengarah melalui tumpukan bebatuan karst dan hutan.
Bagian yang benar-benar berbatu dimulai pada ketinggian 990 mdpl. Ada beberapa sudut pandang yang indah di sini, tetapi berhati-hatilah dengan semua lubang di antara batu-batu besar tersebut.Â
Â
Advertisement
4. Pemandangan Gunung Fatu Timau dari Puncak
Di kejauhan ke arah utara seharusnya akan terlihat Fatu Timau jika cuacanya cerah. Di arah sebaliknya juga akan terlihat laut dan kota Kupang.
Melewati bebatuan, Anda akhirnya mencapai permukaan batu gundul yang hampir vertikal (1.052 mdpl). Sebagian besar pengunjung berhenti di sini, atau bahkan turun ke bawah, namun pengunjung yang gesit, berani, dan berpengalaman dapat melanjutkan pendakian berbahaya hingga ke tepian sempit menuju puncak (1.108 mdpl).
Kebanyakan pendaki dapat sampai di dasar tebing puncak dalam waktu sekitar 45 menit atau kurang dari ujung jalan setapak. Luangkan waktu satu jam sekali jalan untuk mencapai puncak yang sebenarnya, namun berhati-hatilah jika mencobanya.
5. Gunung Fatuleu Sering Memberi Tanda
Mengutip dari laman Indonesia Kaya, menurut cerita beberapa bencana atau peristiwa besar selalu ditandai khusus di gunung ini, yaitu didahului dengan longsoran batu dari dinding atau puncaknya. Beberapa peristiwa besar di antaranya yakni berpulangnya mantan Presiden Soekarno, mantan Presiden Soeharto, gempa dan tsunami Aceh, serta masih banyak peristiwa besar lainnya.
6. Cerita Mistis Gunung Fatuleu
Selain menjadi objek wisata, Gunung Batu ini juga menyimpan aura magis. Gunung ini bahkan sempat didatangi pelawak Tukul Arwana untuk syuting program televisi yang berbau klenik atau perdukunan.Â
Tempat ini juga dijadikan sebagian warga sebagai tempat meminta kekuatan magis. Tiap akhir pekan, banyak warga lokal yang ingin menaklukkan puncak bukit batu tersebut. Dibutuhkan setidaknya tiga sampai empat jam untuk tiba di puncak.Â
"Ada pengunjung yang datang untuk mendaki, ada juga yang mau bermeditasi minta kekuatan alam. Tempat meditasi di dalam gua gunung batu ada tempat duduk indah dan juga meja dari batu," kata Salmon Suan, penerus suku Suan yang bertugas sebagai pemandu para wisatawan, mengutip Tim Regional Liputan6.com.
Di puncak Gunung Batu, ada bendera Belanda dan bendera Merah Putih berkibar indah diterpa angin. "Ada tiga warga Belanda datang dan berhasil sampai puncak dan pasang benderanya, katanya sebagai cendera mata. Sedangkan Merah Putih dipasang beberapa mahasiswa asal Surabaya saat HUT kemerdekaan RI ke-71," kata Salmon.
Advertisement