Sukses

Membuat Pendidikan Lingkungan Jadi Menyenangkan Lewat Pameran Interaktif sampai Ajak Rekreasi ke Hutan

Pendidikan lingkungan harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Seperti yang telah dilakukan berbagai organisasi konservasi lingkungan dengan membuat pameran interaktif hingga mengajak rekreasi ke hutan.

Liputan6.com, Jakarta - Dampak kerusakan lingkungan telah nyata terjadi sekarang ini. Seiring berbagai kampanye atau edukasi lingkungan yang bertujuan untuk memunculkan kesadaran publik makin digencarkan.

Tentu pendidikan lingkungan harus disampaikan dengan cara yang terasa menyenangkan. Seperti yang telah dilakukan berbagai organisasi konservasi lingkungan, salah satunya Ecoton dengan membuat berbagai jenis pameran interaktif hingga mengajak warga rekreasi ke hutan. 

Ecoton fokus mengedukasi pelestarian Sungai Brantas di Jawa Timur, mengingat kurang pekanya masyarakat akan kebersihan sungai. "Sungai ini sangat penting untuk sumber bahan baku air minum, bahkan 90 persen sumber air di Jawa Timur diambil dari permukaan Sungai Brantas," ungkap Public Relation Ecoton, Tonis Afrianto saat wawancara telepon dengan Liputan6.com, Jumat, 9 Februari 2024.

Lebih jauh untuk membuat pendidikan lingkungan terasa menyenangkan, Ecoton telah membuat banyak program seperti kampanye yang terbaru ikut berkolaborasi dengan Universitas Widyagama Malang (UWG) dengan membuat Pameran Brantas XoXo di Malang.

"Kami menyajikan data riset dalam bentuk pameran jadi masyarakat bisa identifikasi mikroplastik, menyentuh mikroskop, dan membuat instal terowongan dari botol plastik dan pohon harapan," jelas Tonis yang juga seorang pegiat zero waste Ecoton.

Tak berhenti di sana, secara aktif pihaknya juga membuka diri untuk sekolah melakukan kunjungan sambil mengadakan outing class dan sekolah ekologi untuk gerakan penyelamatan lingkungan. "Kami punya detektif sungai, keliling sungai mengamati, dan ke outlet limbah melakukan uji kualitas air agar peserta bisa beripikir kritis," sambungnya lagi. 

2 dari 4 halaman

Kolaborasi dan Praktik Langsung

Untuk skala di masyarakat Ecoton yang berdiri pada tahun 2000 juga punya program zero waste cities. "Salah satunya kita menawarkan Pemda bersama kelurahan untuk mengelola kawasan," katanya lagi.

Menurutnya edukasi cukup mudah dengan langsung mempraktekannya seperti dengan pilah sampah, supaya orang bisa terlibat dalam proses dalam pelestarian alam. Aksi langsung itu juga pernah berlangsung pada 2022 dengan kegiatan Ekspedisi Sungai Nusantara telah menyasar di 166 kota dan 30 provinsi.

Kegiatan berlangsung sepanjang Maret -- Desember 2022 yang tujuannya mengajak kesadaran publik untuk peduli sungai. "Dari hasil Ekspedisi Sungai Nusantara banyak pihak yang mengakui kalau polusi sungai di Indonesia udah cukup parah," beber Tonis.

Ia pun menyebut bahwa menurut survei, kondisi sungai di Indonesia memang memprihatinkan dan masyarakat juga menganggap 94,9 persen sudah tercemar. Cakupan Ecoton sendiri, sambung dia, meski berbasis di Gresik tapi kerap membuat kolaborasi dalam skala regional maupun nasional.

Melihat edukasi yang sudah cukup lama bergulir, tentu ada pertanyaan bahwa problematika sungai justru masih buruk. Lalu apakah ternyata kampanye selama ini belum berhasil?

Tonis menyampaikan bahwa ada beberapa faktor kondisi tersebut, seperti perkembangan zaman, produksi plastik meningkat untuk berbagai kebutuhan yang tidak disertai fasilitas pengolahan sampah sehingga akhirnya membuang sembarangan ke sungai.  

 

 

3 dari 4 halaman

Kampanye dari Hulu ke Hilir

Bukan hanya edukasi tentang menjaga sungai, Ecoton juga secara luas membuat kampanye tentang kesadaran menjaga hutan. Kampanye menyasar untuk kesadaran pelestarian hutan di Jawa Timur yang berlokasi di Jombang dengan para kelompok tani hutan agar bisa menjaga mata air, yang merupakan hulu dari Sungai Brantas.

"Biasanya melalui wisata, kita ajak masyarakat perkotaan berkunjung ke hutan. Ada juga ritual untuk berkontribusi penanaman pohon," tutup Tonis sambil menyebut ajakan warga untuk berinvestasi di hulu dan memberitahu warga perkotaan agar tahu asal sumber air yang sehari-hari dikonsumsi.

Hal serupa juga dilakukan organisasi konservasi lingkungan lainnya yaitu Hutan Itu Indonesia. "Saat merancang kampanye kita kan pasti tidak hanya melakukan penyadartahuan kepada masyarakat perkotaan supaya lebih dekat dengan isu hutan," ungkap Direktur Hutan Itu Indonesia, Eulis Utami melalui wawancara tertulis dengan Liputan6.com pada Jumat, 9 Februari 2024.

Agar masyarakat juga ikut beraksi, pihaknya merasa perlu berkolaborasi dengan mitra-mitra lokal seperti masyarakat lokal, masyarakat hutan, masyarakat adat. Pihaknya juga mengajak komunitas lintas bidang dan KOL. Dengan cara ini, maka program yang bergulir akan menyasar seluruh kalangan dan programnya tersebar merata dari hulu ke hilir. 

 

4 dari 4 halaman

Edukasi Menjaga Hutan di Lintas Generasi

Untuk target pendidikan lingkungan di tingkat generasi muda, khususnya anak-anak, Hutan Indonesia punya program Cerita dari Hutan. "Kita ajak anak-anak muda untuk bisa jalan-jalan ke hutan," sambung wanita yang akrab disapa Tami itu.

Kegiatan ini akan mengajak anak muda tersebut untuk membuat beragam karya, salah satunya dalam bentuk buku terinspirasi dari hutan yang akan didistribusikan sebagai media edukasi interaktif dengan banyak ilustrasi agar menarik minat anak. "Karena kalau secara jenjang dari anak-anak, anak muda, ke orang tua itu penggunaan medianya akan berbeda," jelasnya lagi.

Saat ini, Tami mengatakan Hutan Itu Indonesia memang sedang memfokuskan kampanye untuk menyadarkan pentingnya hutan ke anak-anak muda. "Makanya kita fokusnya dengan konten-konten di Instagram, tapi biasanya kita ada edukasi untuk anak-anak misalnya kita juga punya jaringan sukarelawan yang biasanya memberikan edukasi dengan program-program goes to school," papar Tami.

Hutan Itu Indonesia juga sempat berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK dalam kampanye Hari Hutan Indonesia yang dirayakan setiap tahun di tanggal 7 Agustus. Di momen itu selalu ada edukasi yang tujuannya untuk menyentuh hati setiap orang untuk berkontribusi dalam pelestarian hutan.

Mengedukasi publik akan kesadaran lingkungan khususnya hutan pun memiliki tantangan dan menurut Tami memerlukan waktu yang panjang. "Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa melakukan kegiatan ini secara konsisten," tutupnya.