Liputan6.com, Jakarta - Nama Vincent Rompies muncul jadi trending topic di X, dulunya Twitter, pada Senin siang (19/2/2024) setelah anaknya dituduh terlibat kasus dugaan perundungan dan kekerasan di sekolah Binus Serpong, Tangerang Selatan. Mendapati ini, sebagian warganet menggeruduk akun media sosial Vincent, mempertanyakan kebenaran berita itu.
Ada juga yang berbagi video lama memperlihatkan pria berusia 43 tahun itu mengumpat pelaku bullying. "Padahal pak Vincent sangat tidak menyukai yang namanya bullying, tapi malah anaknya ikutan atau mungkin salah pergaulan jadi ikut membully," tulis seorang pengguna X membagikan penggalan klip yang dimaksud.
Diketahui bahwa rekaman itu merupakan bagian dari episode program Tonight Show dengan komika difabel pertama di Indonesia, Dani Aditya sebagai bintang tamu dan dibagikan pada 18 Desember 2022. Di penggalan klip, Dani bercerita, "Diludahi, (dirundung) teman dibilang, 'Kamu enggak cocok sekolah di sini, cocoknya di SLB.'"
Advertisement
Pengakuan itu dibalas Vincent dengan berteriak, "A****g lu!" Rekaman ini pun mengundang komentar sejumlah warganet, salah satunya menulis, "Anaknya nanti dikatain a****n gak yak?" "Bisa aja mungkin udah dididik baik-baik di rumah, di luar ternyata ikut-ikutan temen," pengguna berbeda menimpali.
"Kalo emang bener, seharusnya diproses sesuai hukum, biar jera. Jangan sampe jadi Mario Dandy jilid II," sebut pengguna berbeda. Di foto-foto yang beredar di dunia maya, rangkum Tim Tekno Liputan6.com per Senin (19/2/2024), terlihat foto korban berbaring di ranjang rumah sakit.
Ada juga potret sekelompok anak diduga para pelaku kasus bullying yang kini viral. Dalam kronologi, perundungan itu disebut sebagai bagian dari subkultur geng remaja di sebuah sekolah, walau aksi bullying katanya tidak dilakukan di lingkungan sekolah.
Kata Polisi
Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan, AKP Alvino, belum membenarkan keterlibatan anak Vincent. "Kalau itu nanti didalami dulu," kata Alvino pada wartawan, Senin (19/2/2024), lapor Jawa Pos.
Namun demikian, Alvino membenarkan tindak kekerasan tersebut, dan memastikan korban telah membuat laporan polisi. "Iya sudah kita tindak lanjuti," katanya. Alvino menuturkan, saat ini, masih ada satu korban yang mendapat perawatan di rumah sakit.
Terkait luka yang dialami korban, ia belum mau membeberkannya, karena masih menunggu diagnosis dokter. "Penyidik mendatangi rumah sakit untuk minta keterangan klarifikasi pada korban dan cek TKP. Proses hukum sedang berjalan," ia mengonfirmasi.
Dalam informasi yang beredar dan jadi viral di media sosial, ada siswa yang membentuk geng dan sudah berlangsung selama sembilan generasi. Geng ini menamakan diri Geng Tai (GT)Â dan dikendalikan senior kelas 12 yang disebut Agit.
Selain bertugas sebagai pemimpin, Agit juga merekrut anggota baru. Keuntungan bergabung dengan geng ini, yakni diberi uang, mendapat parkir kendaraan dekat Binus, dan yang terpenting, status hierarki yang lebih tinggi dibanding siswa lain.Â
Advertisement
Kasus Diduga Pemukulan
Siswa yang tidak bergabung ke dalam geng kerap dirundung, bahkan sampai tindak kekerasan. Geng Tai biasanya nongkrong sepulang sekolah di Warung Ibu Gaul (WIG) yang terletak di belakang sekolah.
Di sana, mereka biasa merokok dan melakukan kekerasan, termasuk dalam merekrut anggota baru. Syarat untuk masuk ke geng ini harus melewati beberapa tahapan, mulai dari disuruh meneriakkan nama seseorang, membelikan makanan untuk senior, hingga mendapat aksi kekerasan, bahkan pelecehan.
Menurut informasi, terjadi pemukulan yang direkam pada 2 Februari 2024. Kabarnya, 40 orang terlibat dalam kejadian ini, membuat beberapa siswa diskors. Di kolom komentar, disebutkan bahwa di antara para pelaku, ada anak artis, dan menyebut nama Vincent Rompies.
Kasus perundungan di sekolah terus terdengar dari waktu ke waktu. Maraknya kejadian ini, menurut pengamat pendidikan Doni Koesoema, mengindikasi adanya kondisi darurat kasus perundungan di dunia pendidikan Indonesia.
"Banyak muncul kasus kekerasan yang tidak masuk akal. Ini saya rasa harus jadi perhatian besar," katanya melalui pesan suara pada Tim Lifestyle Liputan6.com, 2 Agustus 2023.
Salah Satu Dosa Besar Pendidikan Indonesia
Doni menyambung, "Suara (solusi kasus perundungan di sekolah) seharusnya lebih menggema dari Merdeka Belajar atau Kurikulum Merdeka yang sebenarnya tidak berdampak sebegitu signifikan. Kasus kekerasan dampaknya langsung ke jiwa dan nyawa anak-anak. Pemerintah harus ambil langkah serius mengatasi ini."
Disebut sebagai salah satu dosa besar pendidikan Indonesia, memberantas kasus bullying berarti harus mencari akar persoalannya, menurut Doni. "Dari fenomena ini, (harus) dibangun sistem yang baik, mulai dari prinsip-prinsip untuk pencegahan, penindakan, sampai implementasi di lapangan."
"Ini harus dikaji dan didalami. Kalau perlu, ada riset khusus. Tapi, faktanya sampai sekarang, hal ini tidak dilakukan. Yang terjadi, kekerasan demi kekerasan terus muncul. Tidak ada usaha yang secara serius dan sistematis dilakukan untuk mengatasi kasus perundungan di satuan pendidikan."
"Waktu saya diminta membantu penguatan pendidikan karakter di era (Mendikbud) Muhadjir Effendy, itu kami sudah mendesain pendekatan komprehensif, yaitu pelibatan tripusat pendidikan. Pengembangannya mulai dari budaya sekolah, pembelajaran, sampai partisipasi masyarakat," paparnya.
Ketiganya, sebut Doni, seharusnya dikembangkan, terutama partisipasi masyarakat yang juga berarti peranan orangtua. "Kekerasan ini tidak hanya persoalan internal sekolah-orangtua atau sekolah-masyarakat. Jadi, ekosistemnya mulai dari sistem, pengaturan, (sampai) regulasi, (semua) harus diatur," ujar dia.
Advertisement