Sukses

Tentara Israel Telanjangi Para Dokter Rumah Sakit di Tengah Cuaca Dingin, Klaim Buru Militan Hamas

Israel mengklaim telah menahan ratusan anggota militan Hamas di rumah sakit yang berlokasi di Khan Younis tersebut, termasuk beberapa orang yang menurut mereka menyamar sebagai dokter.

Liputan6.com, Jakarta - Tentara Israel belum berhenti menggeledah dan menyerbu rumah sakit di Gaza, Palestina untuk memburu pejuang Hamas. Yang terbaru, mereka mengacak-acak Rumah Sakit Nasser di Gaza dan memaksa para dokter dan staf medis lainnya untuk menanggalkan semua pakaian mereka sehingga hanya tinggal mengenakan pakaian dalam.

Seorang saksi mata mengatakan pada CNN, Senin, 19 Februari 2024, tentara Israel mengklaim telah menahan ratusan anggota militan Hamas di rumah sakit yang berlokasi di Khan Younis tersebut, termasuk beberapa orang yang menurut mereka menyamar sebagai dokter.

Israel telah berulang kali menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan bangunan sipil lainnya untuk melindungi para pejuangnya.Tentara Israel juga mengaku menemukan sejumlah obat-obatan dengan nama warga Israel yang disandera Hamas di rumah sakit tersebut. Saksi mata juga mengatakan pasukan Israel yang menguasai Rumah Sakit Nasser pada pekan lalu, memerintahkan para dokter untuk berkumpul di bagian luar rumah sakit tersebut.

Para dokter diipaksa untuk membuka semua pakaian dan sempat protes karena cuaca di luar sangat dingin. "Buka pakaian Anda," ucap sang saksi mata menirukan ucapan tentara Israel. Para dokter terpaksa membuka pakaian mereka dan dipaksa berada di luar ruangan selama beberapa jam.

Setelah itu, ada lima orang dokter yang dipilih untuk kembali masuk ke dalam ruangan dan menangani pasien. Namun si saksi mata tidak mengetahui nasib para dokter lainnya yang tetap berada di luar ruangan. Situasi itu membuat lima orang dokter yang berada di rumah sakit harus menangani belasan pasien dalam kondisi serba terbatas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, telah berhenti berfungsi pasca serangan Israel. WHO mengungkapkan pihaknya tidak diizinkan memasuki lokasi untuk menilai situasinya. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memasuki kompleks RS Nasser pada Kamis,, 15 Februari 2024, dengan mengatakan intelijen mengindikasikan bahwa sandera yang tersisa ditahan oleh Hamas di sana.

 

2 dari 4 halaman

Tim WHO Tidak Diizinkan Masuk Rumah Sakit

IDF mengklaim operasinya di RS Nasser sebagai operasi yang tepat dan terbatas serta menuduh Hamas menggunakan fasilitas medis itu untuk melancarkan teror. "Rumah Sakit Nasser di Gaza tidak berfungsi lagi, setelah pengepungan selama seminggu yang diikuti dengan serangan yang sedang berlangsung," ungkap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus via X atay Twitter.

"Baik kemarin maupun sehari sebelumnya, tim WHO tidak diizinkan masuk rumah sakit untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis, meski sudah sampai di kompleks rumah sakit untuk mengantarkan bahan bakar bersama sejumlah mitra."

Ghebreyesus menambahkan, "Masih ada sekitar 200 pasien di rumah sakit. Setidaknya 20 orang harus segera dirujuk ke rumah sakit lain untuk menerima layanan kesehatan; rujukan medis adalah hak setiap pasien."

Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan hanya empat staf medis yang tersisa di rumah sakit untuk merawat pasien. Demikian seperti dilansir BBC, Senin. Salah satu sumber di rumah sakit, yang tidak mau disebutkan namanya, menuturkan kepada BBC bahwa 11 pasien meninggal karena gangguan pasokan listrik dan oksigen dan sejumlah dokter ditangkap.

 

3 dari 4 halaman

Pertempuran di Sekitar Rumah Sakit

Militer Israel mengklaim tidak ada korban jiwa akibat tindakan mereka. Mereka juga menyatakan pasukannya telah diperintahkan untuk menjaga rumah sakit tetap beroperasi. Mereka mengklaim bahwa pasokan solar dan oksigen telah dibawa ke fasilitas tersebut dan generator sementara telah beroperasi.

Pertempuran berkecamuk di sekitar lokasi RS Nasser selama berminggu-minggu. Israel telah berulang kali mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit dan sekolah sebagai basis operasional. Militer Israel mengaku telah membunuh sekitar 20 anggota Hamas dan menyita sejumlah senjata di area rumah sakit.

Setidaknya 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara itu, menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, serangan membabi buta Israel ke Jalur Gaza setelahnya menewaskan lebih dari 28.400 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak. Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengungkapkan lebih lanjut bahwa setidaknya 127 warga Palestina tewas dan 205 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.

Adapun upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah dilakukan di Kairo, Mesir, dalam beberapa hari terakhir. Namun, Qatar selaku mediator mengatakan kemajuan baru-baru ini tidak terlalu menjanjikan.

4 dari 4 halaman

Israel Terus Mendorong Invasi ke Rafah

"Pola yang terjadi dalam beberapa hari terakhir tidak terlalu menjanjikan, namun seperti yang selalu saya ulangi, kami akan selalu tetap optimistis dan terus mendorong," ujar Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani pada Sabtu, 17 Februari 2024, mengutip kanal Global Liputan6.com.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dia mengirim perunding menyusul permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, namun dia menambahkan mereka tidak kembali untuk berdiskusi lebih lanjut karena tuntutan Hamas yang bersifat "delusi".

Hamas menyalahkan Israel atas kurangnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata. Kelompok ini telah menetapkan serangkaian persyaratan, termasuk pertukaran sandera dengan tahanan Palestina dan penarikan penuh pasukan Israel.

Netanyahu juga menegaskan kembali bahwa pemerintah Israel terus mendorong invasi darat lebih jauh ke selatan Gaza, mencakup wilayah Rafah, meskipun ada tekanan internasional untuk tidak melakukan hal tersebut tanpa terlebih dahulu memiliki rencana untuk mengevakuasi warga sipil Palestina yang melarikan diri ke sana pada hari-hari awal perang Israel Vs Hamas pecah.

Â