Sukses

Waspadai Situs Web Tidak Resmi yang Menjual ETA Korea Selatan, Dibanderol 10 Kali Lipat Lebih Mahal dari Harga Asli

Normalnya, biaya K-ETA tercatat 10 ribu won (sekitar Rp117,5 ribu) per pelancong.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kehakiman Korea Selatan mengeluarkan peringatan ke turis asing, menyarankan mereka agar tidak menggunakan situs web tidak resmi untuk mengajukan Korea Electronic Travel Authorization (K-ETA) sebelum melakukan perjalanan ke negara tersebut. Di situs resmi K-ETA, kementerian mengingatkan bahwa pihaknya belum menunjuk lembaga lain untuk penerapan K-ETA.

"Beberapa situs non-resmi ditemukan secara ilegal memungut biaya yang lebih tinggi daripada biaya resmi dan kasus-kasus terkait telah dilaporkan. Harap berhati-hati dalam melindungi diri Anda dari kerugoan akibat situs dan lembaga K-ETA non-resmi yang menipu," mereka memperingatkan, seperti dikutip dari Says, Kamis, 22 Februari 2024.

Meski ada peringatan dari pihak berwenang Korea Selatan sejak akses bebas visa dimulai pada 2021, beberapa wisatawan mancanegara dilaporkan masih harus membayar ekstra untuk K-ETA karena terjebak skema penipuan tersebut. Biaya K-ETA tercatat 10 ribu won (sekitar Rp117,5 ribu) per orang.

Namun, banyak pelancong yang telah membayar 99 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta) ke situs web pihak ketiga atau penipuan yang tidak sah. Kasus-kasus ini sering terjadi ketika pelancong lalai memeriksa nama domain situs web. "Saya memilih situs K-ETA yang muncul di bagian atas hasil pencarian, karena mengira itu adalah situs resmi," kata seorang korban asal Malaysia pada The Star.

Baru setelah mendapati tagihan yang sangat mahal, pelancong itu sadar ia ditipu. Selain itu, ia kini juga mengkhawatirkan keabsahan permohonan K-ETA yang telah "disetujui" dan apakah ia akan diizinkan memasuki negara tersebut selama perjalanannya.

Sekali lagi, hanya ada satu situs resmi untuk mengajukan ETA Korea Selatan, yakni www.k-eta.go.kr. Pihak berwenang Korea Selatan menganjurkan para pelancong mengajukan izin perjalanan setidaknya 72 jam sebelum jadwal penerbangan mereka.

2 dari 4 halaman

Visa Hallyu

Sebelumnya, Korea Selatan dilaporkan bersiap meluncurkan visa Hallyu khusus untuk para penggemar budaya Negeri Ginseng. Visa yang juga disebut "Visa Pelatihan Kultur K" ini akan memungkinkan orang non-Korea yang mendaftar di akademi seni pertunjukan setempat untuk tinggal di negara itu hingga dua tahun.

Hallyu, yang diterjemahkan jadi "gelombang Korea," mengacu pada popularitas global budaya Korea Selatan yang mengekspor budaya K-pop melalui musik, film, dan media artistik lain. Rencana bisnis Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan ini menyebut seni sebagai "pengemudi K-Culture untuk generasi berikutnya."

Melansir Forbes, 5 Januari 2024, peluncuran visa ini juga dinilai sebagai wujud dukungan bagi seniman dan penulis muda yang merupakan salah satu dari enam strategi utama dalam memikat lebih banyak pengunjung. Selain itu, Korea Selatan juga berencana meluncurkan "K Road Road Show" di negara-negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Swedia, tahun ini.

Persyaratan khusus untuk visa K-Culture belum diungkap secara detail, tapi rinciannya diharapkan dirilis pada paruh kedua 2024. Dari perspektif pariwisata, memelihara antusiasme penggemar K-pop dan K-drama dinilai "masuk akal secara finansial," menurut outlet itu.

3 dari 4 halaman

K-pop Jadi Alasan Sambangi Korea Selatan

Industri K-pop, yang kini bernilai 10 miliar dolar AS, telah jadi sangat penting bagi perekonomian Korea Selatan. Forbes mencatat bahwa PDB negara itu mendapat pukulan tahun lalu setelah BTS mengumumkan hiatus sebagai grup, sementara para personelnya mengeksplorasi karier solo, dan kini ketujuhnya tengah menjalani dinas militer.

Setelah babak belur akibat pandemi COVID-19, industri pariwisata Korea Selatan pulih sebagai pendorong ekonomi yang signifikan. Laporan baru-baru ini dari Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia memperkirakan bahwa sektor pariwisata negara itu akan tumbuh pada tingkat rata-rata 4,8 persen per tahun hingga 2032.

Angka itu menunjukkan keanaikan signifikan, bahkan melebihi tingkat pertumbuhan 1,8 persen yang diproyeksikan dari ekonomi nasional Korea. K-pop sendiri sudah jadi alasan yang paling banyak dikutip untuk mengunjungi negara itu, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Oktober 2023 oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Korea Selatan.

Selama tiga tahun, para peneliti melacak penyebutan budaya Korea secara online di 20 negara teratas yang mendorong pariwisata masuk ke sana. Studi ini menemukan bahwa K-pop disebutkan hampir 37 juta kali, 2,6 kali lebih sering daripada motivasi yang paling banyak dikutip berikutnya, yakni makanan Korea.

4 dari 4 halaman

Ragam Inisiasi Pariwisata Korea Selatan

 

Tidak ketinggalan, ada juga "Feel the Rhythm of Korea" berisi lebih dari tiga lusin video yang menampilkan megastar K-pop, seperti BTS dan BLACKPINK, untuk mempromosikan destinasi pariwisata berbeda di sana.

Selain visa K-Culture, Korea Selatan juga telah mengumumkan akan melompat ke kereta nomad digital dengan visa terpisah yang ditujukan untuk pekerja jarak jauh. Visa, yang diluncurkan pada 1 Januari 2024, memungkinkan pekerja jarak jauh menghasilkan setidaknya 66 ribu dolar AS per tahun untuk tinggal hingga dua tahun.

Di samping berinvestasi dan mempromosikan pariwisata regional, pemerintah Korea Selatan juga bermaksud memudahkan wisatawan asing berkunjung dengan mengembangkan panduan berbahasa Inggris dan alat pemesanan transportasi dengan bantuan AI.

Mengutip The Korea Times, 10 Desember 2023, pemerintah Korea Selatan pun akan memperluas pembebasan biaya visa elektronik untuk tur dalam grup. Langkah tersebut untuk sementara diluncurkan untuk grup tur China antara September dan Desember 2023.

Perluasan ini nantinya akan mencakup wisatawan dari Vietnam, Indonesia, dan Filipina. Masa pendaftaran akan diperpanjang hingga 2024.