Sukses

Bertema Imlek, Pameran Seni Merayakan Kebersamaan Resmi Digelar di Bentara Budaya

Pameran karya seni rupa berjudul Merayakan Kebersamaan resmi dibuka pada Kamis, 22 Februari 2024. Tema Imlek diambil untuk mengangkat pesan soal kebersamaan.

Liputan6.com, Jakarta - Pameran seni rupa bertajuk 'Merayakan Kebersamaan resmi dibuka, Kamis, 22 Februari 2024. Digelar di Bentara Budaya, pameran yang mengusung tema Imlek itu memajang 20 karya seni rupa dari 11 seniman Indonesia.

General Manager Bentara Budaya dan Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia, Ilham Khoiri menyatakan bahwa pameran tersebut adalah bentuk perayaan dari Bentara Budaya atas keputusan bangsa ini untuk memberikan kebebasan berekspresi sesuai dengan keyakinan, agama, dan ada istiadatnya masing-masing. Hal ini merujuk pada pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan diterbitkannya Keppres Nomor 6 Tahun 2000 yang mengizinkan perayaan Imlek bagi etnis Tionghoa.

Sementara, kurator Bentara Budaya, Frans Sartono mengatakan bahwa pemilihan tema Imlek ini sesuai dengan unsur kebersamaan yang coba diusung dalam pameran.

"Pertama, karena kita baru saja merayakan Imlek. Salah satu ciri Imlek itu adalah kebersamaan, ditandai dengan berkumpulnya keluarga, handai taulan, dan yang lain-lain. Kemudian, kebersamaan ini kita tarik ke dalam dimensi yang lebih luas, jadi kebersamaan dalam berbangsa," ucapnya saat diwawancarai Tim Lifestyle Liputan6.com sesaat setelah pembukaan pameran, di Jakarta.

Sebelas seniman yang mengisi pameran itu berasal dari berbagai latar belakang dan generasi. Mereka adalah AC Andre Tanama, Fatih Jagad Raya Aslami, Galuh Taji Malela, Hanny Widjaja, Nisan Kristiyanto, Putu Sutawijaya, Sarnadi Adam, Sidik W Martowidjojo, Syakieb Sungkar, Teguh Ostenrik, dan Vy Patiah.

 

2 dari 4 halaman

Satukan Seniman Lintas Generasi dan Latar Belakang Seni

 

Pemilihan seniman-seniman di atas oleh tim kurator didasari dengan pertimbangan perbedaan medium karya seni, latar belakang kesenian, dan perbedaan generasi. Mereka saling mengisi ruang estetika visual tersebut secara harmonis, memberikan kesan kesatuan walau dalam perbedaan gaya ekspresinya.

"Supaya kita tahu bagaimana seniman dari berbagai generasi ini mempunyai perspektif yang berbeda-beda di dalam melihat Imlek," jelas Sartono.

Ia menambahkan bahwa tim kurator hanya menentukan tema besar 'Merayakan Kebersamaan' tanpa arahan khusus sehingga para seniman bebas menginterpretasikan hal tersebut ke dalam karyanya. "Hasilnya, ada yang menafsir sebagai Imlek ketika berbagi-bagi angpao dan makan bersama, atau muncul tema Tari Cokek, hingga Gus Dur."

Di antara karya seni rupa yang dipamerkan, sejumlah seniman memasukkan elemen budaya tradisional ke dalam gambar buatannya. Salah satunya adalah lukisan Vy Patiah berjudul Dia Kembang Mati Yang Hilang Ditelan Zaman.

3 dari 4 halaman

Seni Jadi Media Pemersatu Bangsa

 

Karya itu menggambarkan pakaian pengantin Betawi dengan gaya ekspresi dekoratif romantisme. "Aku angkat itu sebagai bentuk keprihatinan sebab satu-satunya baju pengantin Betawi yang aku pernah lihat hanya di foto (pernikahan) mamiku. Padahal aku tinggal di wilayah Betawi," ungkap Patiah, saat menjelaskan konsep lukisannya.

Sementara, seniman Sarnadi Adam turut mengangkat tema kebudayaan dalam karyanya. Tiga lukisan Adam yang bertemakan Tari Cokek menjadi koleksi yang dipajang pada pameran ini.

Dalam pengantar untuk karya-karyanya, ia mengangkat permasalahan pelestarian kebudayaan, khususnya Tari Cokek yang kaya akan unsur budaya Tionghoa. Ia menunjukkan kekhawatirannya terhadap Tari Cokek yang mulai tergerus zaman dan terlupakan sebab tidak ada perhatian dan kesadaran untuk meneruskan tradisi tersebut.

Sejalan dengan tema pameran, pada penutup sambutannya, Ilham Khoiri menyampaikan bahwa pameran ini adalah momen penyatuan kembali setelah beberapa saat lalu warga bangsa berjibaku dengan perbedaan pilihan pada Pemilu 2024.

4 dari 4 halaman

Jadwal Pameran Merayakan Kebersamaan

 

Patiah juga berharap ke depannya tidak ada lagi saling menjatuhkan karena perbedaan. "Karena sekarang di zaman yang sangat terbuka, semakin modern, tentu pikiran kita pun harus terbuka dan menerima berbagai kultur yang ada, karena Indonesia terkenal dengan keragamannya," komentarnya.

Kurator Frans Sartono mengingatkan bahwa bangsa Indonesia sudah dibekali dengan alat pemersatu, Pancasila, dan sudah seharusnya seluruh warga negara memegang teguh persatuan sebagaimana yang tertulis di sila ketiga. Ia juga berharap semua orang bisa bersama-sama mengingatkan sekitarnya soal keberagaman Indonesia dan supaya mudah tidak terpecah-belah.

"Itu mengapa, di Pancasila sudah diingatkan. Pancasila itu sudah jadi landasan benar dan perlu diingat benar karena itu melekat pada keberadaan Indonesia," kata Sartono.

 

Pameran ini akan berlangsung dari 23--29 Februari 2024, pukul 10.00 – 18.00 WIB, tanpa dipungut bayaran. Selain pameran, akan diadakan Workshop Bentara Muda: Cetak Cyanotype di atas Kertas pada 24 Februari 2024.