Liputan6.com, Jakarta - Manusia suka tertawa sehingga apresiasi kita terhadap hal-hal yang lucu sudah tertanam sejak kecil. Buktinya terlihat pada bayi berusia tiga bulan yang terkikik karena orangtuanya memasang wajah lucu. Pada usia delapan bulan, bayi manusia telah belajar bagaimana menggunakan wajah, tubuh, dan suaranya sendiri untuk membuat orang dewasa tertawa.
Dilansir dari BBC, Selasa, 27 Februari 2024, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa manusia mungkin bukan satu-satunya yang menyukai komedi. Isabelle Laumer, seorang peneliti pasca-doktoral di Universitas California Los Angeles (UCLA), meneliti perilaku humor pada hewan dengan menonton lebih dari 75 jam video kera besar berinteraksi satu sama lain.
Baca Juga
Kera besar adalah kerabat terdekat manusia. Orang utan, simpanse, bonobo, dan gorila yang menjadi objek penelitian ini semuanya tinggal di kebun binatang dan difilmkan saat sedang melakukan rutinitas sehari-hari.
Advertisement
Para peneliti mengidentifikasi setidaknya 18 perilaku bercanda yang berbeda, dengan lima perilaku yang paling umum yaitu mendorong, memukul, menghalangi pergerakan sesama kera, membanting tubuh, dan menarik bagian tubuh.
"Yang sering kami lihat adalah seekor kera muda menyelinap di belakang kera dewasa yang sedang sibuk merawat kera lain, lalu mendorong atau memukul punggung mereka, bahkan terkadang mengejutkan mereka," kata Laumer.
Menurut para peneliti, perilaku bercanda seperti yang demikian mirip dengan cara bercanda anak-anak manusia. Para kera ini melakukannya dengan sengaja dan terus-menerus hingga direspons.Â
Ilmuwan Percaya Humor Tidak Hanya Terbatas pada Spesies Kera
Namun, banyak ilmuwan percaya bahwa humor jauh lebih tersebar luas di dunia hewan ketimbang hanya pada spesies tertentu saja. Misalnya, ahli biologi Charles Darwin dalam bukunya The Descent of Man, menyatakan bahwa anjing mungkin memiliki selera humor. Jika Anda memiliki atau pernah melihat seekor anjing bermain, terdengar mereka mengeluarkan suara dengusan yang hampir terdengar seperti tawa.
Dalam sebuah penelitian pada 2005, ahli perilaku hewan, Patricia Simonet memperdengarkan suara dengusan anjing yang sedang bermain itu kepada sekelompok anjing di penampungan hewan. Dia menemukan bahwa mendengarkan "tawa" membuat stres anjing di tempat penampungan berkurang.
Marc Bekoff, Profesor Emeritus Ekologi dan Biologi Evolusi di Universitas Colorado, Boulder, mengatakan bahwa anjing juga memiliki perilaku bercanda serupa dengan kera besar. Misalnya, ketika seekor anjing mencoba mengajak rekannya yang enggan untuk bermain, ia akan bercanda dengan berjalan meledek lalu melarikan diri.
"Saya pernah melihat hal ini pada rubah, anjing hutan, dan serigala liar," kata Bekoff.
Advertisement
Bahkan Tikus Juga Suka Bercanda
Selama sekitar satu dekade terakhir, Jeffrey Burgdorf, profesor peneliti di Universitas Northwestern, Illinois, meneliti soal reaksi tikus ketika digelitik. Burgdorf menemukan bahwa saat digelitik, tikus akan mencicit gembira dengan suara bernada tinggi yang mirip dengan cekikikan.
"Apa yang kami pelajari adalah bahwa hewan-hewan tersebut sangat penuh perhatian ketika mereka mengeluarkan suara-suara cekikikan tersebut," kata Burgdorf.
Tikus tersebut akan datang kembali untuk digelitik dan bahkan dapat diajari cara bermain petak umpet dengan imbalan hadiah, menurut penelitian yang dilakukan Universitas Humboldt Berlin. Kini, hasil penelitian Burgdorf terkait tawa pada tikus tengah dikembangkan untuk pengobatan depresi.
Sementara itu, peneliti lain mencatat bahwa lumba-lumba dan gajah tampak mengeluarkan suara kegembiraan saat mereka sedang bermain. Beberapa burung beo bahkan senang untuk mengejek dan membuat anjing peliharaan di rumah kebingungan. Selera humor semacam ini juga ada pada spesies seperti kuda, beruang madu, dan burung makau merah.
Apa Fungsi Humor Pada Hewan?
Meskipun hewan-hewan di atas terdengar tertawa ketika bermain atau bercanda, apakah tawa mereka benar-benar membuktikan hewan memiliki selera humor?
Sebagian besar bukti bahwa hewan memiliki selera humor masih bersifat anekdot, karena hanya sedikit penelitian skala besar yang telah dilakukan. Sulit juga untuk mengetahui mengapa seekor hewan melakukan perilaku humoris.
"Apakah menurut saya hewan punya selera humor? Ya, menurut saya memang begitu, tapi sulit dibuktikan," Bekoff mengakui.
Ada juga pertanyaan tentang tujuan evolusi humor pada hewan sebab pada manusia tawa diperkirakan berevolusi sebagai cara untuk membangun ikatan individu. Mungkinkah humor mempunyai peran yang sama pada hewan?
"Pada manusia, humor dapat berfungsi sebagai pemecah kebekuan, menghilangkan hambatan sosial dan memperkuat hubungan," kata Laumer.
“Kita tidak tahu apakah hal yang sama terjadi pada kera atau hewan lain, tapi hal ini mungkin saja terjadi. Untuk mengetahui secara pasti kita perlu menguji dan mengamati lebih banyak kelompok primata dan spesies lainnya," tambah Laumer.
Advertisement