Sukses

Mantan Dosen Sumbang Rp15 Triliun, Biaya Kuliah Mahasiswa Kedokteran Auto Gratis Mulai Tahun Ini

Mahasiswa kedokteran di Kampus Albert Einstein tak bisa menahan tangis haru usai biaya kuliah mereka akan digratiskan.

Liputan6.com, Jakarta - Para mahasiswa di Fakultas Kedokteran Albert Einstein bersorak dan menangis haru ketika pihak kampus mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan biaya kuliah setelah memperoleh donasi sebesar USD1 miliar (sekitar Rp15 triliun). Donasi itu berasal dari Dr. Ruth Gottesman (93), mantan profesor di kampus Bronx sekaligus janda seorang investor di Wall Street.

Kampus itu berada di Bronx, wilayah termiskin di Kota New York yang menduduki peringkat paling tidak sehat dari 62 wilayah di negara bagian itu. Mengutip BBC News, Kamis, 29 Februari 2024, biaya kuliah di fakultas itu mencapai hampir USD59,000 (sekitar Rp900 juta) setiap tahun. Mayoritas mahasiswa kedokteran mereka berutang agar bisa melanjutkan pendidikan.

Hadiah dari Dr Gottesman adalah sumbangan terbesar yang pernah diberikan kepada sekolah kedokteran di Amerika Serikat dan merupakan sumbangan terbesar yang pernah diberikan kepada sekolah kedokteran. Dalam sebuah pernyataan, dekan dari universitas tersebut, Dr. Yaron Yomer, mengatakan bahwa hadiah 'transformasional' tersebut adalah upaya untuk terus menarik mahasiswa-mahasiswa yang ingin bersekolah kedokteran, meskipun mereka berasal dari keluarga tidak mampu.

"Secara radikal merevolusi kemampuan kami untuk terus menarik mahasiswa yang berkomitmen terhadap misi kami, bukan hanya mereka yang mampu," ujarnya.

Pihak kampus mencatat bahwa siswa di tahun terakhir mereka akan mendapatkan penggantian biaya untuk sekolah musim semi 2024. Mulai Agustus 2024, semua siswa, termasuk mereka yang saat ini terdaftar, akan digratiskan dari biaya kuliah. Donasi tersebut 'akan membebaskan dan mengangkat siswa kami, memungkinkan mereka untuk mengejar proyek dan ide yang mungkin menjadi penghalang', Dr. Yomer menambahkan.

2 dari 4 halaman

Warisan Suaminya Sebelum Meninggal

Dr. Gottesman, kini berusia 93 tahun, mulai bekerja di sekolah tersebut pada 1968. Ia mempelajari Learning Disabilities, menjalankan program literasi, dan mengembangkan protokol penyaringan dan evaluasi yang banyak digunakan. Sementara, almarhum suaminya, David Sandy Gottesman, mendirikan sebuah rumah investasi terkemuka.

Ia juga menjadi salah satu investor pertama di Berkshire Hathaway, perusahaan yang didirikan oleh konglomerat Warren Buffet. Dia meninggal pada September 2022 pada usia 96 tahun. Setelah meninggal, David Sandy memberikan warisan kepada istrinya berupa uang yang kemudian disumbangkan ke Fakultas Kedokteran Albert Einstein.

Dr. Gottesman juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para dokter yang berlatih di Einstein harus terus memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat Bronx dan bahkan di seluruh dunia. "Saya sangat berterima kasih kepada mendiang suami saya, Sandy, karena telah mewariskan dana ini kepada saya, dan saya merasa diberkati karena diberi hak istimewa untuk memberikan hadiah ini untuk tujuan yang mulia," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Lebih Memilih Menyejahterakan Mahasiswanya

Sekitar 50 persen siswa tahun pertama Einstein berasal dari New York, dan sekitar 60 persen adalah perempuan. Statistik yang diterbitkan oleh sekolah tersebut menunjukkan bahwa sekitar 48 persen mahasiswa kedokterannya berkulit putih, 29 persen adalah orang Asia, 11 persen adalah Hispanik, dan 5 persen berkulit hitam.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Dr. Gottesman teringat bahwa mendiang suaminya telah meninggalkan "seluruh portofolio saham Berkshire Hathaway" untuknya ketika dia meninggal dengan instruksi untuk "melakukan apa pun yang menurut Anda benar dengannya". Dia akhirnya menggunakan uang tersebut untuk menyejahterakan mahasiswa kedokteran.

"Saya ingin mendanai mahasiswa di Einstein agar mereka dapat menerima biaya kuliah gratis," kata Dr Gottesman. "Ada cukup uang untuk melakukan hal itu selamanya."

Dia juga menambahkan bahwa terkadang penasaran soal pendapat suaminya tentang sumbangan tersebut bila ia masih hidup. "Saya harap dia tersenyum dan tidak cemberut," katanya. "Dia memberi saya kesempatan untuk melakukan ini, dan saya pikir dia akan senang. Saya harap begitu," lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Biaya Sekolah Kedokteran di Indonesia Menjadi Sorotan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengkaji ulang biaya pendidikan kedokteran di Indonesia. Keputusan ini diambil setelah sejumlah pihak mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan kedokteran di Tanah Air.

"Pengaturan untuk biaya pendidikan kedokteran saat ini juga sedang kita review," kata Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Nizam kepada merdeka.com, Rabu, 9 Juni 2022.

Dalam proses review, Kemendikbud Ristek mendalami seluruh proses pendidikan dokter dan menghitung komponen biaya berdasar kondisi riil di lapangan. Misalnya, kebutuhan laboratorium, peralatan, bahan habis pakai praktikum, wahana pemahiran di rumah sakit, tenaga dosen dan dosen klinis, dan sebagainya.

Review ini melibatkan banyak pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, Perguruan Tinggi, dan Rumah Sakit Pendidikan. Kemendikbud Ristek juga mengaku akan meminta masukan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Konsil Kedokteran Indonesia dan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Pendidikan Tinggi Kesehatan.

Nizam menyebut, proses review biaya pendidikan kedokteran ditargetkan rampung sebelum tahun ajaran baru 2022. Dia berharap, review ini berdampak pada penurunan biaya pendidikan kedokteran. "Harapan kita begitu," ucapnya.