Liputan6.com, Jakarta - Survei AppsFlyer baru-baru menyebutkan 65 persen aplikasi kencan online dihapus hanya dalam waktu satu bulan. Mengutip Newsweek Rabu, 21 Februari 2024, 90 persen dari menghapus aplikasi tersebut melakukannya hanya seminggu setelah dipasang. Mayoritas dari mereka adalah generasi Z (Gen Z).
Gen ZÂ tumbuh dalam budaya kencan online, tapi banyak yang merasa aplikasi tersebut hanya membuang-buang waktu dan tidak penting saat ini. Kelompok itu juga mengaku malas memulai obrolan karena jangkauan audiensnya terlalu luas. Selain itu, Gen Z mengeluhkan soal profil palsu di aplikasi tersebut. Lainnya memutuskan menghapus aplikasi karena frustasi akibat seringkali diabaikan.
Brianna Spinella (24) asal Staten Island, Amerika Serikat, mengaku menghapus aplikasi tersebut setelah menyadari semua kriteria yang dimasukkan ke dalamnya tidak penting. "Aplikasi tersebut menunjukkan kepada saya siapa pun yang mereka inginkan dan orang-orangnya selalu sama," kata Spinella kepada Newsweek.
Advertisement
Alice juga menghapus aplikasi kencan online. Dia mengatakan bahwa menemukan pasangan di aplikasi kencan tersebut sangat sulit karena target audiensnya yang luas.Â
Orang-orang di aplikasi yang sama saling berlomba menemukan pasangannya. Lebih buruk lagi, ketika memulai obrolan, pengguna harus menyiapkan diri untuk menjalani sebuah hubungan yang bisa saja dibuat-buat dan tidak tulus.
Sementara, Madison menghapusnya karena menurutnya, menjalin hubungan dengan seseorang yang didapat dari aplikasi kencan sangat membuang-buang waktu dan melelahkan.
"Dibutuhkan banyak energi untuk bertemu seseorang dan seringkali itu hanya membuang-buang waktu. Saya telah bertemu seseorang yang saya cintai dari sebuah aplikasi bertahun-tahun yang lalu, jadi saya tahu itu bisa terjadi tetapi itu sangat melelahkan. Ada ratusan match (persinggungan) dan Anda mungkin bertemu satu dari 100," ujarnya.Â
Bukan Hanya Kaum Wanita
Bukan hanya wanita, laki-laki pun mengalaminya. Banyak pengguna laki-laki yang menjadi tidak percaya diri karena mendapat jumlah likes sedikit hingga membuat mereka menjadi minder. Banyak yang mengaku membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan beberapa kecocokan dan sulit untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan dari orang yang diajak ngobrol di aplikasi.
Sebuah laporan awal menemukan bahwa 50 persen jumlah likes yang diberikan oleh wanita, hanya diberikan kepada 15 persen pengguna pria di aplikasi. Inilah yang membuat laki-laki mempertimbangan untuk membeli versi premium, karena ujungnya alih-alih mendapatkan lebih banyak like, malah jadi meragukan diri sendiri.
Jimmy Thakkar (44) termasuk salah satu pengguna yang menghapus aplikasinya setelah menyadari di aplikasi kencan banyak yang menggunakan profil palsu, bahkan menggunakan bantuan Artificial Intelligence (AI). Dia mengatakan profil asli disembunyikan dan hanya tersedia bagi mereka yang membayar untuk berlangganan.
"Saya harus menghapus aplikasi tersebut karena saya melihat banyak profil palsu dan profil yang fotonya hampir tidak dipajang," ujarnya.
Advertisement
Masa Aplikasi Kencan Akan Segera Berakhir?
Pendiri situs web Divorced Girl Smiling, Jackie Pilossoph (50), juga turut menghapus aplikasi kencan hanya dalam waktu seminggu setelah digunakan. Ia mengaku kecewa dengan aplikasi kencan dan berpikir bahwa pengguna aplikasi kencan adalah orang-orang yang gagal.Â
Banyak pengguna aplikasi kencan yang mengabaikan, meninggalkan, mengirim pesan-pesan tidak pantas, atau bahkan bersembunyi di balik profil yang seringkali palsu.
"Ada banyak sekali orang yang menggunakan aplikasi kencan dan lupa bahwa orang yang mereka ghosting, abaikan, tuliskan hal-hal yang tidak pantas secara seksual, memiliki perasaan. Jauh lebih mudah untuk memperlakukan orang dengan buruk ketika Anda bersembunyi di balik aplikasi kencan," ucapnya kepada Newsweek.
Pilossoph juga berpendapat bahwa masa aplikasi kencan akan segera berakhir. Walau tetap ada, jumlah penggunanya diyakini menurun seiring waktu. Hal ini karena sebagian besar sudah bosan karena tren aplikasi ini sudah ada sejak pandemi.
"Saya pikir orang-orang kelelahan karena merasa sakit hati dan cemas serta tidak merasa cukup baik ketika mereka berbicara dengan orang lain di aplikasi kencan. Ini adalah kekecewaan," katanya.
Pasangan yang Bertemu di Kencan Online Kurang Puas dengan Pernikahan Mereka
Dilansir dari New York Post, Kamis, 5 Oktober 2023, sebuah studi menemukan bahwa pasangan menikah yang bertemu secara online kurang puas dengan pernikahan mereka, dibandingkan pasangan menikah yang bertemu secara langsung.
"Hasilnya memberikan bukti adanya efek dari kencan online. Orang yang berkencan secara online menyatakan kualitas pernikahan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang diperkenalkan dengan pasangannya secara offline," demikian bunyi analisis yang dilakukan oleh para peneliti di Arizona State University, pada September 2023.
Dalam studi ini, para penguji menyurvei 923 orang dewasa yang menikah di Amerika Serikat yang berusia di atas 18 tahun. Sekitar setengah dari responden penelitian pernah bertemu pasangannya di situs kencan, sementara subjek lainnya bertemu pasangannya melalui teman, keluarga, di tempat kerja, atau di klub malam.
Para peneliti tersebut mencari tahui pengaruh dari tempat di mana pasangan bertemu, baik dalam aplikasi atau dalam skenario kehidupan nyata, pada kepuasan dan stabilitas pernikahan mereka. Peserta survey diajukan pertanyaan seperti "Seberapa baik pasangan Anda memenuhi kebutuhan Anda?" dan "Seberapa puaskah Anda dengan pernikahan Anda?" untuk menentukan kepuasan pernikahan mereka secara keseluruhan.
Ada pula pertanyaan "Pernahkah Anda atau pasangan Anda secara serius menyarankan gagasan perceraian?" untuk menunjukkan stabilitas dari pernikahan para peserta survey.
Advertisement