Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mengikuti Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Pariwisata G20 Brasil 2024 yang berlangsung pada 28 Februari hingga 1 Maret 2024. Indonesia diwakili oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dipimpin Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi, Frans Teguh secara daring.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa dalam mengantisipasi perubahan demografi yang menguntungkan pada 2030, dengan 64 persen populasi usia kerja dan peluang besar bagi Visi Indonesia Emas 2045, Kemenparekraf memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk peningkatan skill, upskilling, dan reskiling. Hal itu sesuai Pedoman G20 Bali serta Peta Jalan Goa.
"Kami mengadakan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengenali potensi mereka, meningkatkan produk dan layanan pariwisata mereka ke tingkat yang lebih tinggi sambil menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan Pembangunan berkelanjutan dalam prosesnya," jelas Frans dalam keterangan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Minggu, 3 Maret 2024.
Advertisement
Frans juga menambahkan bahwa dampak positif pariwisata dalam memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan penghidupan masyarakat sudah diketahui secara luas. Sama seperti negara-negara lain, Indonesia berkomitmen untuk memajukan sektor pariwisata secara bertanggung jawab, dan mengakui pentingnya peran sumber daya manusia (SDM) dalam proses ini.
"Saat ini, Indonesia sedang menjajaki penerapan blended finance, sebuah pendekatan pendanaan multifaset, untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pendekatan ini secara bertanggung jawab memanfaatkan beragam sumber, termasuk CSR. Sumber daya kolektif tersebut akan mendukung pengembangan destinasi pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta promosi budaya Indonesia melalui subsektor ekonomi kreatif," kata Frans.
Pertemuan Menuju Presidensi G20 di Brasil
Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Pariwisata G20 Brasil 2024 itu digelar dalam rangka menuju puncak Presidensi G20 di Brasil pada 18--19 November 2024. Pertemuan kelompok G20, yakni kelompok kerja sama multilateral strategis ekonomi internasional yang beranggotakan 19 negara-negara dan satu Lembaga Uni Eropa dengan perekonomian besar di dunia, baik negara maju dan berkembang akan kembali menggelar pertemuan di Museum Seni Modern di Rio de Janeiro.
Penyelanggaraan pertemuan pertama Kelompok Kerja Pariwisata G20 Brasil 2024 dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota G20 d dunia dan pemantau, yakni Australia, China, Perancis, India, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Arab Saudi, Turki, Inggris, AS, Angola, Cile, Republik Dominika, Nigeria, Portugal, Spanyol, Singapura, UEA, Kolombia, Jerman, Afrika Selatan, Italia, Jepang, BID, Mesir, Laos, Norwegia, Paraguay, dan Uruguay.
Presidensi G20 Brasil 2024 mengusung tema "Building a Just World and A Sustainable Planet" yang artinya "Saatnya Bangun Dunia yang Adil dan Berkelanjutan" untuk memberikan solusi nyata terhadap permasalahan utama global yaitu kesenjangan sosial. Untuk mendukung tema besar tersebut, telah ditetapkan tiga prioritas utama; pertama, inklusi sosial dan perjuangan melawan kelaparan, kemiskinan, dan kesenjangan; kedua, transisi energi dan pembangunan berkelanjutan dalam tiga aspeknya (sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup); ketiga, menghidupkan kembali multilateralisme dan mendorong reformasi lembaga-lembaga tata kelola global.
Advertisement
Mengapa Perlu Pariwisata Berkelanjutan?
Seiring dengan kebangkitan aktivitas wisata yang kian terasa, penting pula untuk dibarengi dengan pariwisata berkelanjutan. Penerapan konsep ini dapat menyokong berbagai aspek di dalamnya, mulai dari meningkatkan kesejahteraan manusia hingga melindungi warisan alam dan budaya.
"Kita melihat pariwisata tidak dalam hanya satu konstruksi bisnis, tapi harus menjadi persoalan ekonomi, termasuk sosial, budaya, dan lingkungan," kata Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh dalam webinar "Rethinking Tourism: Transitioning Into a Greener Tourism" pada Rabu, 28 September 2022.
Frans melanjutkan comperhensive approach inilah menurutnya perlu dihadirkan sebagai salah satu kekuatan membangun pariwisata. "Overall, tourism is a business of trust, di situ terkait sekali manajemennya, service skill, kompetensi SDM-nya," ungkapnya.
Ia menerangkan bahwa kekuatan terbesar Indonesia adalah kekayaan alam dan laut yang termasuk dengan community-based dan sustainable tourism. Community-based sendiri mengacu pada suatu kegiatan yang diatur dan berlangsung secara lokal.
"Kita punya keindahan yang harus kita rawat karena prinsip dasar dari sebuah konsep pariwisata itu menarik, kalau tidak menarik that's not tourism. Keunikan dan lokalitas yang punya tanggungan yang kuat untuk mempertahankan daya tarik, yaitu dengan cara berkelanjutan," tambahnya.
Pariwisata Bisnis Kepercayaan
Ketika pariwisata direncanakan dan diatur dengan baik, efeknya akan terasa dalam beragam hal, mulai dari membantu penciptaan lapangan kerja, mempromosikan integrasi sosial, melindungi warisan alam dan budaya, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Dampak lainnya yang juga muncul adalah menghasilkan mata pencaharian yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
CEO Wise Steps Consulting Mochamad Nalendra menyampaikan perlu melihat dari aspek supply dan demand terkait pentingnya bergerak menuju ke pariwisata berkelanjutan. Ia menyebut bahwa demand lebih ke pasar dan supply ke destinasi.
"Basically, kalau kita lihat dari sisi destinasi, selain pariwisata ini adalah business trust, yang kedua we are in nature business. Yang dimaksud nature business lebih ke arah banyak destinasi di Indonesia mengandalkan sektor alam, baik warisan alam, lanskap, dan sebagainya," kata Nalendra.
Ia menegaskan, ketika itu menjadi aset, sudah semestinya kekayaan alam dan yang ada di dalamnya dijaga. Maka itu, pelestarian yang tiada henti harus terus digalakkan.
"Kedua, dari sisi sosial ekonomi, menurut data dari UNWTO bahwa secara global ternyata pelaku pariwisata ini 80 persennya itu MSME atau micro, small, and medium enterprises, rata-rata pelaku UMKM. Pariwisata memiliki kekuatan besar lebih dari yang kita pikirkan," terangnya.
Advertisement