Liputan6.com, Jakarta - Kepiting tapal kuda jadi perbincangan hangat dan sempat masuk trending topic di X yang dulunya Twitter. Hewan unik yang memiliki darah biru ini, disebut juga xiphosura yang biasa ditemukan di pantai timur Asia dan Amerika Utara.
Mengutip dari laman Britannica, Selasa (5/3/2024), kepiting tapal kuda memiliki nama latin Limulus polyphemus. Terlepas dari namanya hewan ini sama sekali bukan kepiting, melainkan berkerabat dengan kalajengking, laba-laba, dan trilobita yang telah punah.Â
Kepiting tapal kuda merupakan kelompok yang sangat purba dan sering disebut sebagai fosil hidup. Kerabat fosil mereka telah dikenali sejak periode Ordovisium, sekitar 485,4 juta tahun lalu. Bentuknya mirip dengan kepiting tapal kuda zaman modern yang berasal dari Periode Jurassic atau sekitar 201 juta tahun yang lalu.
Advertisement
Jenisnya yang paling terkenal adalah spesies tunggal dari Amerika yaitu Limulus polyphemus, yang spesimennya dapat mencapai panjang lebih dari 60 cm (2 kaki). Spesies jantan relatif lebih pendek yakni rata-rata 36,6--38,1 cm (14–15 inci), dari betinanya yakni 45,7–48,3 cm (18–19 inci).
Tiga spesies lainnya antara lain kepiting tapal kuda Jepang (Tachypleus tridentatus), kepiting tapal kuda pesisir (T. gigas), dan kepiting tapal kuda bakau (Carcinoscorpius rotundicauda). Biasanya ketiga jenis tersebut ditemukan di sepanjang Asia, dari Jepang hingga India dan sekitarnya.
Hewan ini paling melimpah di perairan muara, tempat mereka memakan alga, cacing laut, kerang dan moluska lainnya, serta ikan mati. Kepiting tapal kuda juga dimanfaatkan sebagai makanan oleh manusia.
Di Indonesia Dikenal Sebagai Belangkas
Kepiting darah biru di Indonesia lebih dikenal dengan nama belangkas. Mengutip Antara, belangkas banyak ditemukan di Sumatera Selatan. Hewan ini juga sedang diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Inovasi TAL meliputi identifikasi belangkas secara morfometrik dan teknologi DNA barcoding, serta produksi protein faktor C secara in vitro.
Disebutkan bahwa darah belangkas mengandung komponen protein faktor C yang berfungsi sebagai biosensor yang dapat mendeteksi keberadaan endotoksin atau lipopolisakarida dari bakteri gram negatif. Selain itu, darah belangkas acap kali digunakan untuk mendeteksi kontaminasi oleh endotoksin dalam vaksin, obat suntik, dan peralatan medis.
Kegiatan pengambilan darat belangkas untuk keperluan medis dapat membuat hewan laut langka itu mati. BRIN dan Universitas Sriwijaya pun merekayasa genetika untuk menyintesis faktor C agar kelestarian belangkas tetap terjaga.
Mengutip dari Tim Regional Liputan6.com, 19 Desember 2019, darahnya yang disebut berguna dalam pengobatan dan farmasi menjadikan belangkas sebagai buruan. Meski sudah dilindungi negara, penangkapan satwa bercangkang dan punya ekor mirip ikan pari itu terus berlangsung secara ilegal.Â
Advertisement
Sejarah Penggunaan Kepiting Tapal Kuda untuk Obat
Mengutip dari laman CNN, manfaat darah biru kepiting tapal kuda mulanya diketahui lewat penelitian mengenai sistem pertahanan diri. Hewan itu memiliki sistem unik untuk mengimbangi kerentanannya terhadap infeksi di perairan dangkal.
Ketika dihadapkan dengan racun yang dihasilkan oleh bakteri, sel-sel amebosit dalam darah - yang berwarna biru karena molekul berbasis tembaga – mengidentifikasi dan mengembun di sekitar materi yang menyerang, sehingga memerangkap ancaman di dalam segel seperti gel yang mencegah penyebarannya.
Metode yang terjadi alamiah tersebut kini digunakan dalam skala besar. Lebih dari 600 ribu kepiting ditangkap setiap tahun selama musim kawin di musim semi, untuk "mendonorkan" sekitar 30 persen darahnya ke beberapa fasilitas spesialis di Amerika Serikat dan Asia. Darah bernilai 60 ribu dolar AS (Rp945,7 juta) per galon dalam industri global yang bernilai 50 juta dolar AS per tahun.Â
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mewajibkan obat-obatan intravena dan peralatan medis apa pun yang bersentuhan dengan tubuh harus melewati darah kepiting terlebih dahulu, mulai dari jarum hingga implan bedah termasuk alat pacu jantung. Hasilnya, ribuan orang lainnya selamat dari prosedur tersebut.
Manfaat Darah Kepiting Tapal Kuda Dikembangkan Lebih Jauh
Ekstrak darah kepiting tapak kuda telah digunakan dalam standar industri lisat limulus amebosit (LAL). Metode ini sudah ada namun terus mengalami perbaikan, menurut John Dubczak, General Manager di Charles River Laboratories, yang memproduksi dan mendistribusikan produk LAL secara global.
Charles River juga telah mengadaptasi sistem ini menjadi lebih efisien, sehingga hanya membutuhkan lima persen larutan darah. Sistem seperti itu dapat diterapkan di luar laboratorium dan mendobrak batas-batas baru, seperti dalam perjalanan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
"Tes ini digunakan untuk menentukan apakah jenis bakteri tertentu ada di berbagai permukaan stasiun luar angkasa," kata Norman Wainwright, direktur Penelitian dan Pengembangan di fasilitas tersebut.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sistem ini dapat "membantu melakukan studi biologis yang diperlukan untuk memperluas keberadaan manusia di luar angkasa, mulai dari studi kesehatan kru dan lingkungan pesawat ruang angkasa hingga pencarian kehidupan di tempat lain di tata surya."
Advertisement