Liputan6.com, Jakarta - Setelah The Body Shop Inggris terancam bangkrut, perusahaan kosmetik itu mengumumkan penyetopan operasionalnya di Amerika Serikat (AS) per 1 Maret 2024 dan menutup lusinan toko mereka di Kanada. Namun demikian, bisnisnya di Indonesia dijamin tetap berjalan seperti biasa.
"Kami tidak terdampak kejadian yang ada di luar market Indonesia. Kami tetap akan beroperasi melayani konsumen Indonesia," kata PR & Values Manager The Body Shop Indonesia, Gesit Pambudi, melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 12 Maret 2024.
Ia juga menambahkan bahwa suplai produk dari global pun "aman." The Body Shop sebelumnya mengatakan bahwa 33 dari 105 tokonya di Kanada akan segera memulai penjualan likuidasi dan "penjualan online melalui e-commerce Kanada akan berhenti,” tapi semua gerai di negara itu akan tetap buka untuk saat ini.
Advertisement
"Inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah merugikan pengecer tradisional, terutama pengecer seperti The Body Shop yang sebagian besar beroperasi di luar mal dan ditujukan untuk kelas menengah yang sedang kesulitan," bunyi pertanyaan pihaknya yang dirangkum Tim Bisnis Liputan6.com dari CNN, 11 Maret 2024.
Bulan lalu, The Body Shop Inggris memasuki tahap administrasi di tengah ancaman bangkrut kurang dari tiga bulan setelah perusahaan ekuitas swasta Jerman Aurelius membelinya dengan harga sekitar 207 juta pound sterling. Kondisi ini membuat dua ribu karyawan di sekitar 100 gerai terancam mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Menangapi berita tersebut, CEO The Body Shop Indonesia, Suzy Hutomo, mengatakan bahwa proses restrukturisasi di tingkat pusat, khususnya Inggris, tidak memengaruhi operasional maupun status The Body Shop Indonesia sebagai mitra Head Franchise Global.
Komitmen The Body Shop Indonesia
"The Body Shop Indonesia tetap berkomitmen jadi beauty brand yang modern, dinamis, dan relevan bagi konsumen, serta dapat bersaing dalam jangka panjang," kata Suzy dalam keterangan pada Tim Lifestyle Liputan6.com, 15 Februari 2024. The Body Shop membuka gerai pertamanya di Indonesia pada 12 Desember 1992.
Merujuk laporan Euronews, dikutip 14 Februari 2024, waralaba internasional perusahaan diperkirakan tidak akan terpengaruh. Pengecer produk kecantikan ini sekarang berkantor pusat di London, dengan sekitar 200 toko di seluruh Inggris.
Selama bertahun-tahun, perusahaan ini telah berkembang jadi merek internasional yang mengambil sikap tegas terhadap perdagangan etis dan mengecam pengujian pada hewan. Selain Aurelius, perusahaan juga mendapat tawaran akuisisi dari firma ekuitas swasta lain, seperti Epiris, pemilik toko buku Waterstones Eliott Advisors, dan Alteri Investors.
Ketika diambil alih, The Body Shop beroperasi di sekitar 70 negara, dengan sekitar tiga ribu toko dan 10 ribu karyawan. The Body Shop telah menunjuk FRP Advisory untuk proses restrukturisasi, yang diharapkan dapat menemukan cara memangkas biaya secara signifikan, terutama soal harga sewa dan properti.
Advertisement
Merosot dalam Beberapa Tahun Terakhir
FRP juga akan berusaha menjaga perusahaan berjalan dengan cara lebih kompetitif dan hemat biaya, sehingga merek tetap dapat diterima klien dalam jangka panjang.
Pihaknya mengatakan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Sky News, "Administrator sekarang akan mempertimbangkan semua opsi untuk menemukan jalan ke depan bagi bisnis ini dan akan memberi informasi terbaru pada kreditor dan karyawan pada waktunya."
Perusahaan juga meyakinkan pelanggan bahwa toko akan terus buka selama proses ini, "memastikan pelanggan akan dapat terus berbelanja produk favorit mereka di dalam toko dan online." The Body Shop mengalami kemerosotan dalam beberapa tahun terakhir.
Retailer itu telah berpindah tangan beberapa kali, yang sebelumnya dimiliki raksasa kecantikan L'Oreal dan jaringan kosmetik Brasil Natura. Setelah pengambilalihan Aurelius, laporan menunjukkan bahwa kelompok ekuitas swasta memutuskan Body Shop tidak memiliki modal kerja sebanyak yang diharapkan.
Merek ini juga disebut "mungkin berada dalam kondisi yang lebih buruk dari perkiraan sebelumnya." Hal ini menyebabkan perusahaan mengambil keputusan untuk menutup cabang Body Shop at Home, yang ternyata tidak berjalan dengan baik.
Kalah Saing?
Saingan lama, seperti L'Occitane, dan pesaing baru, seperti Lush dan Bath and Body Works, yang juga menentang pengujian pada hewan dan fokus pada keberlanjutan, telah melemahkan Body Shop di pasar Inggris. Perusahaan juga mengungkap akan lebih fokus pada pemasaran digital dan berbagai saluran penjualan selama proses restrukturisasi untuk menjangkau segmen populasi muda yang lebih besar.
"Saat kita masih muda, The Body Shop adalah rajanya," kenang Diane Wehrle, pakar ritel dan kepala eksekutif di Rendle Intelligence and Insights, lapor BBC. "Tapi bagi generasi muda, ini adalah merek (yang dipakai) ibu mereka."
Ketika The Body Shop berpindah ke pemilik yang berbeda, pesaing di kategori merek kecantikan berbahan alami bermunculan. Wehrle berpendapat, "Saya pikir apa yang terjadi selama 20 tahun terakhir adalah sejumlah besar pendatang telah memasuki ruang keberlanjutan dan alami yang dulu hanya ditempati The Body Shop."
"The Body Shop sendiri belum benar-benar mengembangkan konsepnya, tapi semua kompetitor telah mendukungnya dan tidak hanya memiliki keunggulan dalam hal keberlanjutan, namun beberapa juga memiliki branding yang sangat baik," ujarnya. "The Body Shop sebenarnya tidak mengalami kemunduran, namun belum bergerak saja."
Advertisement