Sukses

Turis Malaysia Lewati Imigrasi Singapura via Jalur Darat Hanya Pindai Kode QR Mulai 19 Maret 2024

Fasilitas kode QR pengganti pemeriksaan paspor fisik untuk turis Malaysia ke Singapura itu hanya berlaku bagi yang sudah pernah ke negeri Singa.

Liputan6.com, Jakarta - Ada aturan baru bagi turis Malaysia yang hendak ke Singapura via jalur darat. Mereka kini bisa melewati imigrasi di pos pemeriksaan Woodlands dan Tuas hanya berbekal kode QR yang dikeluarkan oleh MyICA, yakni aplikasi seluler Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan Singapura (ICA).

Syaratnya, pelancong diminta membuat profil di dalam aplikasi untuk mendapatkan kode QR sebelum mencapai salah satu pos pemeriksaan. MyICA tersedia di toko aplikasi iOS dan Google Play Store.

Mengutip The Star, Kamis (14/3/2024), untuk menghasilkan kode QR, pengguna perlu memasukkan rincian paspor mereka di aplikasi. Sementara penduduk Singapura dapat melakukannya secara otomatis menggunakan Singpass, warga Malaysia perlu memindai zona yang dapat dibaca mesin pada halaman biodata paspor mereka untuk mengisi informasi paspor mereka dan menghasilkan kode QR.

Sesampainya di pos pemeriksaan, pengguna kemudian dapat memindai sendiri kode QR untuk dapat masuk ke negara tersebut sebagai pengganti paspor mereka kepada petugas imigrasi di konter mobil. Setiap kode QR dapat digunakan untuk pelancong individu atau hingga total 10 pelancong dalam grup.

Kode QR itu berlaku selama satu tahun setelah pembuatannya atau pada tanggal habis masa berlaku paspor (yang paling awal untuk kode grup), mana saja yang lebih dulu. Prosedur memasuki Singapura dengan kode QR hanya tersedia bagi mereka yang sebelumnya pernah mengunjungi negara tersebut.

Orang yang baru pertama kali atau mereka yang sudah mendapatkan paspor baru harus melalui prosedur imigrasi standar dengan menunjukkan paspor fisik. ICA Singapura sebelumnya mengatakan bahwa lebih dari 1,8 juta pelancong melintasi pos pemeriksaan Woodlands dan Tuas pada 7--10 Maret 2024.

 

2 dari 4 halaman

Gunakan Data Biometrik di Bandara Changi

Sebelumnya, Singapura mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan izin imigrasi otomatis di Bandara Changi mulai 2024. Hal itu memungkinkan penumpang meninggalkan negara tersebut tanpa paspor dan hanya menggunakan data biometrik.

"Singapura akan menjadi salah satu dari sedikit negara pertama di dunia yang memperkenalkan izin imigrasi otomatis dan bebas paspor," kata Menteri Komunikasi Josephine Teo mengumumkan dalam sidang parlemen pada Senin, 18 September 2023, tempat pengesahan beberapa perubahan pada Undang-Undang Imigrasi tersebut.

Mengutip dari CNN, Kamis, 21 September 2023, teknologi biometrik bersama dengan perangkat lunak pengenalan wajah sudah digunakan sampai batas tertentu di Bandara Changi, yakni pada jalur otomatis di pos pemeriksaan imigrasi. Namun, perubahan yang akan datang akan mengurangi kebutuhan penumpang menunjukkan dokumen perjalanan mereka berulang kali di titik kontak.

"Sistem tersebut juga memungkinkan pemrosesan yang lebih lancar dan nyaman," kata Teo.

Biometrik akan digunakan untuk membuat 'token otentikasi tunggal' yang bakal digunakan di berbagai titik kontak otomatis, mulai dari penyerahan tas hingga izin imigrasi dan boarding. Hal itu akan menghilangkan kebutuhan akan dokumen perjalanan fisik, seperti boarding pass dan paspor.

"Namun, paspor masih diperlukan di banyak negara di luar Singapura yang tidak menawarkan izin bebas paspor," tegas Teo. 

 

3 dari 4 halaman

Sibuknya Bandara Changi

Bandara Changi Singapura sering menduduki peringkat sebagai bandara terbaik di dunia dan juga salah satu yang tersibuk. Bandara ini melayani lebih dari 100 maskapai penerbangan yang terbang ke 400 kota di sekitar 100 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Maskapai yang ada di Bandara Changi menangani 5,12 juta pergerakan penumpang pada Juni 2023. Angka ini melampaui angka 5 juta untuk pertama kalinya sejak Januari 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda.

Bandara ini merupakan destinasi tersendiri dan saat ini memiliki empat terminal. Tempat ini akan diperluas, menambah seperlimanya untuk memenuhi jumlah wisatawan yang terus bertambah.

Bandara Changi memproyeksikan kembalinya tingkat lalu lintas penumpang dan udara sebelum pandemi dan menyatakan harapan bahwa sistem biometrik yang akan datang akan membantu memperlancar arus penumpang.

"Sistem imigrasi kita harus mampu mengelola jumlah pelancong yang tinggi dan terus bertambah ini secara efisien dan memberikan pengalaman izin yang positif, sekaligus memastikan keamanan kita," kata Teo.

4 dari 4 halaman

Autogate di Bandara Soekarno-Hatta

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Bandara Soekarno-Hatta menguji coba pengaktifan kembali autogate Terminal 3. Autogate adalah pintu perlintasan elektronik bagi warga negara Indonesia dan orang asing tertentu dalam pemeriksaan keluar dan masuk wilayah Indonesia.

Dalam prosesnya, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta bekerja sama dengan beberapa stakeholder untuk mengoptimalkan kinerja autogate. Selama dua pekan diuji coba, sudah 44.536 orang sudah melewati gate tersebut.

"Autogate ini sebelumnya sudah pernah aktif pada tahun 2018, namun karena pandemi Covid-19 autogate harus dinonaktifkan pada tahun 2020," kata Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Bandara Soekarno-Hatta, Habiburrahman, Kamis, 19 Januari 2023.

Penghentian operasional autogate karena ada kewajiban memakai masker saat pandemi Covid-19, sementara sistem itu harus mendeteksi wajah dan mencocokkan sidik jari. Hal tersebutsesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

"Autogate saat ini memang hanya untuk pemegang paspor Indonesia. Penumpang hanya perlu melakukan scan paspor diawal, jika sudah terverifikasi dapat lanjut tinggal melakukan verifikasi biometrik seperti sidik jari dan face recognition, kemudian dapat melintas," jelas Muhammad Tito Andrianto, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Video Terkini