Sukses

6 Fakta Menarik Masjid Qiblatain di Madinah yang Jadi Saksi Perpindahan Arah Kiblat

Dari asal-usul namanya, diketahui dulunya Masjid Qiblatain di Madinah Arab Saudi, sempat memiliki arah kiblat yang berbeda dari kiblat yang sekarang.

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Al-Qiblatain yang secara harfiah berarti masjid dua kiblat, memiliki sejarah yang penting bagi umat Islam. Masjid yang berada di Madinah ini merupakan lokasi di mana salat berjamaah pertama dilakukan setelah perubahan tersebut.

Mengutip dari laman Islamic Landmark, Rabu (20/3/2024), dari asal-usul namanya dapat diketahui dulunya masjid ini memiliki arah kiblat yang berbeda dari kiblat yang sekarang. Saat itu pada Rajab 2 Hijriah, turun ayat Al-qur'an tentang perintah mengubah arah kiblat dari Masjid al-Aqsa di Yerusalem ke Ka'bah di Makkah. 

 

Masih banyak hal mengenai Masjid Al-Qiblatain selain lokasinya. Berikut enam fakta menarik Masjid Al-Qiblatain yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Nama Awalnya Masjid Bani Salamah

Pada awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Lokasinya berada di tepi jalan menuju Universitas Madinah, dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Tepatnya berada di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah. 

2. Sejarah Masjid Al-Qiblatain

Disebutkan selama berada di Makkah, Nabi Muhammad SAW biasa shalat menghadap Bait al-Maqdis, dengan Ka’bah di depannya. Ketika hijrah ke Madinah, ia shalat menghadap Yerusalem selama 16 bulan, namun ia berharap agar berubah menjadi Ka’bah.

Diriwayatkan saat shalat Dhuhur menjelang Ashar, Nabi Muhammad SAW telah memimpin para sahabatnya ketika diperintahkan menghadap ke arah Ka'bah sesuai dengan wahyu berikut dalam Al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah ayat 144. Nabi kemudian berbalik ke arah Ka'bah dan para Sahabat yang menyalinnya karena ketaatan. Sejak saat itu Ka’bah menjadi arah kiblat baru umat Islam sepanjang masa.

2 dari 4 halaman

3. Renovasi Masjid

Masjid Al-Qiblatain sudah mengalami beberapa kali pemugaran hingga renovasi. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd pernah memperluasnya, merenovasi dan membangun dengan konstruksi baru, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.

Kini bangunan Masjid Qiblatain memang memiliki dua arah mihrab yang menonjol (arah Makkah dan Palestina) yang umumnya digunakan oleh Imam salat. Usai renovasi, Masjid Al-Qiblatain dibangun dengan memfokuskan satu mihrab yang menghadap Ka’bah di Makkah dan meminimalisir mihrab yang menghadap ke Yerusalem, Palestina.

Ruang mihrab mengadopsi geometri ortogonal kaku dan simetri yang ditekankan dengan menggunakan menara kembar dan kubah kembar. Kubah utama yang menunjukkan arah kiblat yang benar dan kubah kedua adalah palsu yang dijadikan sebagai pengingat sejarah saja. Ada garis silang kecil yang menunjukkan transisi perpindahan arah kiblat. 

3 dari 4 halaman

4. Interior dan Eksterior Masjid

Masjid Al-Qiblatain terletak di jalan Khalid bin al-Waleed, barat laut kota Madinah. Ruang salat utama mengadopsi geometri dan simetri ortogonal kaku yang ditonjolkan dengan penggunaan menara kembar dan kubah kembar yang menjulang tinggi.

Ruang salat terdiri dari serangkaian lengkungan yang menopang kubah-kubah yang sejajar dengan dinding kiblat. Kubah-kubah ini disela oleh dua kubah yang membentuk sumbu ke arah Mekah. Kubah utama di selatan ditinggikan di atas drum jendela clerestory (periksa) yang memungkinkan cahaya masuk ke interior tepat di atas mihrab.

Dilihat dari sisi eksterior, arsitektur masjid terinspirasi oleh elemen dan motif tradisional dalam upaya yang disengaja untuk menawarkan citra otentik sebuah situs bersejarah di Timur Tengah, Arab. Masjid ini awalnya dikelola oleh Khalifah Umar ibn al-Khattāb. Dengan bangkitnya Kesultanan Utsmaniyah, masjid ini dikelola oleh Sultan Suleiman Agung yang merenovasi dan membangunnya kembali.

4 dari 4 halaman

5. Tempat Ziarah Jemaah Haji dan Umrah

Masjid ini terkenal dengan warnanya yang putih cerah, karena seputih salju. Mengutip dari Tim Hot Liputan6.com, 23 November 2023, Masjid Al-Qiblatain berjarak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah.

Masjid ini adalah salah satu tempat ziarah yang cukup terkenal dan biasa dikunjungi oleh jemaah haji maupun umrah dari seluruh dunia karena sejarahnya yang penting bagi umat Islam. Untuk wisata religi, tentu Anda yang datang ke Madihan ingin melaksanakan salat di sini.

6. Salah Satu Masjid Paling Awal

Masjid Al-Qiblatan dibangun oleh Sawad ibn Ghanam ibn Ka'ab pada tahun 623 M. Selama perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam, beliau hijrah dari Makah ke Madinah dan memperluas dakwahnya dengan membangun beberapa masjid.

Masjid Qiblatayn adalah salah satu masjid paling awal yang berasal dari zaman Muhammad, bersama dengan Masjid Quba, Masjid Nabawi dan mungkin Masjid as-Sahaba, mengingat Masjid Agung Mekah dan Yerusalem dikaitkan dengan Nabi-Nabi sebelumnya dalam pemikiran Islam.