Liputan6.com, Jakarta - Merasakan berpuasa di negeri orang tentu bisa jadi pengalaman menarik yang mungkin tradisinya berbeda dengan di negeri sendiri. Salah satunya di Turki. Tim Lifestyle Liputan6.com bersama beberapa media lainnya merasakan menjalani puasa di ibu kota Turki, Ankara atas undangan Türkiye Tourism Promotion and Development Agency (TGA).
Perjalanan ke Turki atau Turkiye butuh waktu yang tidak sebentar. Dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin, 18 Maret 2024, kami menempuh perjalanan dengan pesawat Turkish Airlines dalam waktu sekitar 12 jam ke Istanbul. Kami sampai di Istanbul pada Selasa, 19 Maret 2024 ,sekitar pukul 7 pagi.
Baca Juga
Dari Bandara Istanbul, kami harus melanjutkan perjalanan dengan berganti pesawat ke Ankara. Ini merupakan pengalaman pertama kami ke Turki dan harus pergi tanpa seorang guide (pemandu). Kami pun harus bertanya beberapa kali para petugas di bandara untuk memastikan kami naik pesawat yang benar dan bagasi kami di pesawat sebelumnya sudah otomatis dipindahkan ke pesawat tujuan Ankara.
Advertisement
Bukan hal yang mudah bagi kami karena selain seorang petugas wanita di desk informasi, beberapa petugas bandara sepertinya tidak terlalu menguasai atau terkesan kurang niat berkomunikasi selain dalam bahasa Turki. Tentunya itu hanya kesan kami saja, mungkin penumpang atau wisatawan lain punya kesan yang berbeda.
Setelah menunggu sekitar satu jam kami akhirnya naik pesawat ke Ankara, masih dengan Turkish Airlines tapi ukuran pesawatnya lebih kecil. Selama sekitar satu jam perjalanan kami sudah sampai di bandara Ankara. Beda dengan Istanbul, bandara Ankara ternyata lebih kecil dan relatif lebih sepi suasananya.
Rasanya wajar banyak orang yang mengira Istanbul adalah ibu kota Turki karena bukan saja lebih luas tapi penduduknya lebih padat dan ramai. Saat keluar dari bandara, cuaca cerah tapi udaranya cukup dingin dengan suhu sekitar 8-14 derajat celcius.
Â
Perpaduan Eropa dan Timur Tengah di Turki
Saat menjelajahi Ankara bersama pemandu dari TGA, sepanjang perjalanan kita bisa melihat warga Turki banyak yang mengenakan pakaian tebal. Para pria umumnya mengenakan jas atau jaket berwarna gelap, sedangkan para wanita ada yang memakai jaket atau pakaian muslim yang cukup tebal yang juga didominasi warna-warna gelap.Â
Paras orang Turki terlihat cukup unik karena umumnya seperti perpaduan orang Eropa dengan Timur Tengah. Selain itu mereka mengemudi mobil di sebelah kiri.
Seperti negara mayoritas muslim pada umumnya, kita jarang melihat orang makan atau minum di jalanan maupun tempat umum. Beberapa tempat makan juga ada yang baru buka menjelang iftar (buka puasa). Meski begitu, ada beberapa restoran yang buka seperti biasa, seperti menandakan toleransi beragama di Turki berjalan dengan baik.
Kita juga bisa menemui banyak masjid di Ankara. "Ada sekitar 2.800 masjid di Ankara mungkin sedikit lebih banyak jumlahnya, kalau di Istanbul ada lebih dari 3.000 masjid. Total di Turki ada lebih dari 82 ribu masjid," terang Mehmet Donmez, salah seorang pemandu dari TGA.
Menurut Mehmet, masjid bukan hanya tempat untuk beribadah tapi juga terbuka untuk para wisatawan baik muslim maupun non-muslim. Ada sejumlah masjid yang terbuka untuk umum karena punya sejarah tersendiri dan bisa menarik minat wisatawan.
Advertisement
Bahasa Turki dan Bahasa Inggris
"Turki memang punya banyak bangunan bersejarah dan salah satu buktinya ada 13 Situs Warisan Dunia UNESCO di Turki. Tapi itu tidak semua. Ada juga 62 lainnya yang berada di daftar sementara Situs Warisan Dunia," jelas Mehmet.
Beberapa situs terpenting termasuk Göbekli Tepe, kuil Mesolitikum, Ephesus, kota alkitabiah, dan Gallipoli, medan perang dari Perang Dunia Pertama. Dengan banyaknya situs bersejarah penting yang ada di Turki, tak heran jika negara ini menempati urutan keenam yang paling banyak dikunjungi wisatawan di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Soal bahasa, sekitar 90 persen populasi orang Turki berberbicara bahasa Turki, tetapi sebenarnya ada lebih dari 30 bahasa minoritas yang digunakan di Turki. Ini termasuk Zazaki dan Kurmanji dengan bahasa Arab dan Kurdi Utara menjadi dua bahasa yang banyak digunakan.
Jika Anda seorang pecinta bahasa atau senang berada di wilayah yang beragam budaya, Anda harus mengunjungi Turki. Tapi wisatawan yang tak bisa bahasa Turki tak perlu khawatir, para pelaku wisata seperti mereka yang bekerja di toko, restoran dan yang berhubungan dengan wisatawan umumya bisa berbahasa Inggris.
Â
Menu Buka Puasa
Menjelang buka puasa, sekitar pukul 19.00 waktu Ankara, kami menuju sebuah restoran yang sebelumnya sudah dipesan oleh Mehmet. Di restoran bernama Muslum Kebap itu kami disajikan beberapa buah kurma, salad dan minuman air putih dan teh hangat. Ada pula sup krim dan roti.
Bentuk rotinya seperti roti untuk sandwich atau hot dog di Indonesia hanya saja teksturnya sedikit lebih keras dan ada sedikit rasa manis. Roti ini biasanya dimakan bersama sup krim atau dicelupkan ke dalam sup. Bisa juga diolesi krim, butter dan madu yang rasanya cukup enak.
Menu utamanya adalah Kebap (bukan kebab) yang berbeda dengan yang biasa kita jumpai di Indonesia. Kebap versi Turki adalah potongan daging sapi dan ada juga daging ayam dan domba yang disajikan bersama potongan roti. Dagingnya cukup empuk dan enak tapi cukup mengenyangkan.
Baru beberapa suap perut sudah terasa kenyang. "Orang Turki memang suka makan daging. Hampir semua menu makanan pasti ada dagingnya. Kami sangat suka daging sapi yang bisa disebut kebap. Jadi kalau makan di Turki, siap-siap saja berat badan Anda bertambah," canda Mehmet. Sebagai penutup, ada beberapa macam puding yang bisa kita nikmati.
Â
Advertisement