Sukses

Arab Saudi Bangun Resor Mewah Melayang di Atas Tanah, Proyeknya Disebut Melanggar Hak Asasi Manusia

Arab Saudi umumkan akan kembangkan resor mewah melalui NEOM project. Hal ini terjadi di tengah gencarnya tuduhan hak asasi manusia terhadap Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi kembali membangun resor mewah yang berlokasi di atas laguna di selatan Teluk Aqaba, sebuah kawasan resor utama yang oleh para pengembang disebut sebagai surga tertinggi. Resor mewah tersebut bernama Treyam, yang merupakan mega proyek terbaru dari NEOM.

Mengutip The Sun pada Jumat, 23 Maret 2024, pada proyeknya kali ini, NEOM akan membuat desain yang inovatif yang dapat menciptakan ilusi seperti matahari terbenam dari jauh. Resor mewah yang membentang seperti jembatan di atas laut ini akan berada di ketinggian 36 meter di atas permukaan laut.

"Dari titik pandang yang tinggi, 36 meter di atas laut, para tamu disuguhi pengalaman yang menakjubkan, seolah-olah melayang, dengan pemandangan laguna yang menakjubkan, karang yang hidup, dan perairan yang tenang dan tak terputus membentang hingga ke cakrawala," bunyi pengumuman itu.

Arsitektur dari resor ini akan dibuat mirip seperti jembatan yang menghubungkan pantai utara dan selatan, yang terdiri dari 250 kamar tamu. Pengelola resor juga berjanji akan memadukan kemewahan dengan petualangan. Tamu bisa melakukan berbagai olahraga dan aktivitas, termasuk berlayar, menyelam, dan olahraga air lainnya.

Tidak hanya aktivitas di air, resor ini juga akan menyediakan banyak kegiatan yang dapat diikuti oleh para tamu, seperti perawatan spa yang menenangkan dan banyak pilihan tempat makan yang mewah. Tujuannya agar para tamu bisa tetap rileks setelah berolahraga atau kegiatan lainnya.

2 dari 4 halaman

Bagian Proyek Ambisius Arab Saudi

Mengutip situs resmi NEOM pada Sabtu, 23 Maret 2024, pihak pengembang berkomitmen untuk menjadikannya tempat yang ramah lingkungan dan akan menjaga serta berintegrasi dengan ekosistem pesisirnya. Peluncurannya juga selaras dengan inisiatif pariwisata berkelanjutan di Teluk Aqaba, yaitu Leyja, Epicon, Siranna, Utamo, Norlana, Aquellum, Zardun, Xaynor, Elanan dan Gidori, yang melambangkan komitmen dan kolektivisme ini.

Treyam hanyalah salah satu dari banyak proyek ambisius di Arab Saudi karena kerajaan tersebut menghabiskan USD1 triliun atau sekitar Rp15 kuadriliun untuk menghilangkan ketergantungannya pada minyak. Melalui investasi besar-besaran sebagai bagian dari Visi Arab Saudi 2030, negara ini telah meluncurkan proyek-proyek ambisius yang didanai miliaran minyak dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sejalan dengan visi megalomania Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Arab Saudi juga sangat berambisi menjadi pusat dunia. Harga masing-masing proyek belum diketahui, tetapi Saudi diperkirakan menghabiskan USD 175 miliar USD atau sekitar Rp2 kuadriliun setiap tahun untuk proyek-proyek besar antara 2025 dan 2028.

3 dari 4 halaman

Dituding Langgar Hak Asasi Manusia

Di balik kedok mewah itu, terdapat juga kisah ancaman, penggusuran paksa, bahkan pertumpahan darah. Banyak proyek yang dikritik keras atas pelanggaran hak asasi manusia, termasuk proyek NEOM yang senilai 500 miliar USD (sekitar Rp7 kuadriliun).

Disebutkan setidaknya ada 20.000 anggota Suku Huwaitat yang tergusur, tanpa informasi mengenai di mana mereka akan tinggal di masa depan. Seorang aktivis yang berbasis di Inggris dan merupakan salah satu anggota suku tersebut, Alya al-Huwaiti, mengatakan dia diberitahu bahwa drone diterbangkan secara teratur di Provinsi Tabuk. Suku adat percaya bahwa ponsel dan akun media sosial mereka diawasi secara ketat.

Pihak berwenang yang berada di kota pelabuhan Jeddah juga menghancurkan banyak rumah demi rencana pembangunan tersebut. Ribuan penduduk setempat digusur secara ilegal. Salah satu penggiat menyatakan, "Neom dibangun di atas darah Saudi".

Namun, nyawa para penentang terancam karena mereka berhadapan dengan putra mahkota. Beberapa kasus terjadi pada orang-orang yang sempat menolak proyek tersebut. Satu orang dibunuh karena menolak, sementara yang lain akan dieksekusi dan beberapa lainnya telah dijatuhi hukuman penjara dengan waktu yang lama.

4 dari 4 halaman

Pengembangan Wisata di Kota Terkutuk

Direktur Organisasi Hak Asasi Manusia Reprieve di Timur Tengah, Jeed Basyouni, mengatakan, "Kami telah melihat, berkali-kali, bahwa siapa pun yang tidak setuju dengan putra mahkota, atau menghalangi jalannya, berisiko dijatuhi hukuman penjara atau kematian."

Bukan sekali Arab Saudi membuat keputusan kontroversial demi mengembangkan pariwisatanya. Al Ula yang memiliki reputasi buruk hingga diwanti-wanti Nabi Muhammad untuk tidak berkunjung ke sana malah dikembangkan sedemkian rupa untuk menarik pengunjung. 

Pada 2022, Arab Saudi dilaporkan mengucurkan modal hingga USD15 miliar atau sekitar Rp214 triliun untuk proyek kota Al Ula. Pembangunan Al Ula rencananya dibagi menjadi tiga tahap, yakni 2023, 2030, dan 2035. Sebagai dana awal, Saudi memberi USD2 miliar atau sekitar Rp28 triliun untuk mengembangkan kawasan Al Ula.

Alasan Nabi Muhammad melarang adalah karena itu dikenal sebagai tempat tinggal kaum Tsamud yang durhaka dan mendapat azab dari Allah SWT. Kaum Tsamud adalah salah satu kaum yang disebutkan sebagai kaum yang mendustakan Nabi Saleh dan menentang perintah Allah SWT.