Liputan6.com, Jakarta - Libur lebaran saatnya meraup sejumlah tempat wisata menangguk pendapatan lebih. Itu juga berlaku di Desa Wisata Penglipuran Bali yang terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, terlebih Pulau Dewata menjadi destinasi utama wisatawan saat libur lebaran tiba nanti.
Menurut Sumiarsa, salah satu pengurus Desa Wisata Penglipuran, jumlah wisatawan yang datang ke desanya pada saat hari biasa berkisar 1.000--1.200 orang per hari. Pengunjung bukan hanya dari wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara.
Baca Juga
"Liburan lebaran di desa kami lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara, di mana kunjungan sudah mulai ada peningkatan dari H-7 sebelum lebaran," tutur Sumiarsa kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 28 Maret 2024.
Advertisement
Menyambut lonjakan pengunjung, desanya bersolek dengan menghiasi beberapa tempat dengan dekorasi bernuansa Idulfitri. Pihaknya juga melibatkan lebih banyak masyarakat untuk menyambut pengunjung, membuat pertunjukan kesenian yang melibatkan anak-anak muda di desa, hingga menjual paket-paket, seperti paket menginap.
"Dampak positif perekonomian di desa kami lebih baik, banyak lapangan pekerjaan yang tercipta, UMKM lebih bergeliat. Dengan adanya desa wisata ini, pekerjaan masyarakat kami lebih banyak berkaitan dengan kepariwisataan, seperti menjadi guide lokal, instruktur tari, dan lain-lain," ujarnya.
Tapi, pihaknya tidak menafikkan kedatangan pengunjung juga membawa imbas negatif, terutama terkait sampah yang dihasilkan semakin banyak. Maka itu, ia meminta agar seluruh wisatawan yang berencana berkunjung ke Penglipuran tetap menjaga kebersihan dengan mengurangi membawa plastik sekali pakai ke desanya.
"Sehingga desa kami tetap bersih," ucapnya seraya menambahkan bahwa pihaknya juga bekerja sama dengan petugas keamanan untuk mengamankan situasi di tengah tren lonjakan wisata.
Persiapan Desa Wisata Ketapanrame Mojokerto
Persiapan juga dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Ketapanrame yang berada di bawah lereng Gunung Welirang, Mojokerto. Ketua Pengelola sekaligus Manajer Unit Wisata Ketapanrame, Saifudin memprediksi jumlah wisatawan yang datang di Lebaran 2024 akan mencapai 3.000 orang, dari hari biasa hanya 300 hingga 1.500 orang.
"Biasanya keluarga, orang sekitar yang mudik. Kalau H+1, orang luar kota dari kota-kota sekitar Mojokerto," ia menuturkan, dalam kesempatan terpisah.
Pada hari H lebaran, desa wisatanya akan mulai dibuka mulai pukul 9 pagi. Sama seperti tahun lalu, pihaknya menyiapkan sejumlah fasilitas untuk layak menyambut pengunjung. Begitu juga dengan pembersihan area.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada dua destinasi andalan untuk menarik pengunjung, yakni Taman Ganjaran dan Sawa Sumber Kepong. Namun, pihaknya juga berkolaborasi dengan pengelola objek wisata sekitar untuk menambah opsi bagi wisatawan, seperti wisata Air Terjun Telunjung dan wisata kebun kopi.
Pihaknya juga bekerja sama dengan warga yang memiliki usaha untuk menjual dagangan mereka sebagai oleh-oleh. "Ada kopi, produk kerajinan kepala barong, pengelolaan limbah kayu, bambu, suvenir, dan kuliner," kata Saifudin.
Advertisement
Mendatangkan Kesejahteraan dan Juga Macet
Pihaknya juga menyiapkan paket wisata yang terdiri dari pertanian dan perkebunan. Wisatawan yang ingin menginap juga disediakan empat jenis akomodasi, yakni homestay, guesthouse, vila, dan hotel. "Ada tujuh hotel yang kolaborasi di desa. Semua dikelola masyarakat," ucapnya.
Kehadiran wisatawan di musim libur lebaran, terutama, direspons positif karena bisa menyerap banyak tenaga kerja, mampu memberdayakan masyarakata, meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga meningkatkan PAD desa. "Tahun ini kita Rp800 juta untuk PAD. Itu ranahnya desa," katanya.
Sektor pariwisata juga menambah pendapatan masyarakat setempat, khususnya pemilik lahan yang tetap mempertahankan sawahnya sebagai sawah. Mereka bisa mendapatkan nilai tambah dari hasil penjualan tiket. "Rata-rata dapat Rp1--1,5 juta tiap bulan," ujarnya.
Sementara, pendapatan dari pariwisata juga diperoleh masyarakat 100 persen dengan membangun destinasi baru. Meski begitu, bukan berarti kunjungan wisata tak mendatangkan polemik. Macet adalah masalah utama yang kerap dihadapi selama menyambut wisatawan, terutama di musim libur lebaran.Â
"Karena jalan masih sempit, jadi macet. Belum ada transport umum, akhirnya harus ada kendaraan pribadi ke desa, jadi macet," katanya.
"Di ruas jalan Terawan-Prigen akan ditutup karena perbaikan jalan. Jadi, antisipasi macet info nanti disampaikan ke sosmed," imbuh Saifudin.
Persiapan Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko
Selain desa wisata yang bersolek, InJourney Destination Management yang mengelola kawasan wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko juga bersiap menyambut lonjakan pengunjung di musim libur lebaran. Mereka memperkirakan puncaknya terjadi pada 11--15 April 2024. dengan kenaikan pengunjung diperkirakan hingga 37 persen dari 2023, atau sekitar 244 ribu orang.
Untuk itu, pengelola menambah jumlah petugas operasional dan layanan pengunjung, menambah petugas keamanan dan kolaborasi dengan TNI dan Polri, termasuk kolaborasi dengan rumah sakit dan fasilitas kesehatan sekitar. Persiapan lain adalah menambah team help desk, menyediakan kendaraan listrik, mobil golf, dan sepeda listrik untuk menambah mobilitas.
Sejumlah acara yang menarik juga akan diselenggarakan seperti Lebaran di Candi dengan tema Kelana Cerita Tanah Jawa, di Candi Prambanan pada 11--15 April 2024. Tak ketinggalan, special show Ramayana Ballet, Roro Jongrang, dan Shinta Obong juga bisa disaksikan setiap hari selama libur Lebaran selama 11--20 April 2024.
Di Borobudur, pengunjung berkesempatan naik monumen Candi Borobudur dengan reservasi online. Menggunakan sandal khusus, dan dibatasi 8 sesi per hari, dengan 150 pengunjung tiap sesinya. Pamong Carita akan memandu selama sesi naik monumen Candi Borobudur. Tiket bisa dibeli di ticket.borobudurpark.com.
"Kita ada kuota 150 orang per satu waktu ya. Jadi ada delapan sesi per hari," kata Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis InJourney Destination Management, Hetty Herawati, beberapa waktu lalu. Pihaknya juga melibatkan warga dari desa sekitar Borobudur untuk menggelar berbagai pertunjukan tradisional agar bisa memecah kepadatan.
Advertisement