Sukses

Tak Ingin Dibebani Tambahan Kerjaan, Wanita China Diduga Racuni Air Rekan Kerjanya yang Hamil

Wanita China yang bekerja sebagai pegawai di salah satu institusi yang berafiliasi dengan pemerintah diduga nekat meracuni rekannya yang hamil karena tak ingin diberi tambahan pekerjaan bila rekannya cuti hamil.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video berdurasi 11 detik beredar viral di media sosial Tiongkok. Seorang wanita yang diketahui sebagai pegawai Biro Investigasi Hidrologi dan Sumber Daya Air di Provinsi Hubei, China, berjalan ke meja rekan wanitanya yang sedang hamil.

Ia terekam menuangkan semacam bubuk ke dalam cangkir temannya sebelum berjalan pergi. Video itu kemudian ramai dibahas pegawai yang hamil dengan teman-temannya di WeChat.

Ia mengaku merasa airnya terasa aneh beberapa kali, yang awalnya diduga terkait persediaan air di kantor. Namun, rasa aneh itu ternyata tetap ada setelah beralih mengonsumsi air kemasan yang direbus.

Ketika temannya bercanda bahwa seseorang mungkin telah meracuni airnya, perempuan hamil itu pun curiga. Ia lalu menggunakan iPad-nya untuk merekam mejanya dan siapa pun yang mendekatinya akhirnya menangkap basah rekannya yang sedang beraksi.

Menurut media Tiongkok, dikutip dari AsiaOne, Senin, 1 April 2024, bubuk itu diduga menyebabkan keguguran. Perempuan hamil itu telah melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung.

Namun, South China Morning Post melaporkan dugaan motif pegawai tersebut bertindak nekat. Ia diduga tidak ingin rekannya mengambil cuti hamil dan harus menanggung beban kerja tambahan karena ketidakhadiran salah seorang rekannya.

Kantor tempat kedua pegawai itu bekerja mengatakan pada Cover News pada 18 Maret 2024 bahwa mereka menangani insiden tersebut dengan sangat serius. Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan polisi sebelum mengambil tindakan.

2 dari 4 halaman

Dihujat Warganet

Menurut seorang pengacara yang berbicara pada Sina Business Daily, jika tindakan wanita tersebut didorong oleh niat untuk menyakiti rekannya, hal tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan yang melukai, terlepas dari apakah zat tersebut beracun atau benar-benar menyebabkan kerusakan fisik.

Sejumlah warganet China terkejut atas insiden yang terjadi di lembaga terafiliasi pemerintah tersebut. Pasalnya, institusi itu terkenal sangat selektif saat merekrut pegawai. Mereka harus melewati ujian dan wawancara yang ketat. Pekerjaan di lembaga-lembaga ini sering disebut sebagai 'mangkuk nasi besi' karena keamanan dan stabilitasnya.

"Bagaimana orang seperti itu bisa lulus ujian untuk bekerja di lembaga yang terkait dengan pemerintah? Tampaknya ujian hanya bisa menyingkirkan kandidat yang miskin secara akademis, bukan kandidat yang korup secara moral," kata salah satu pengguna Weibo.

"Sangat kejam, sangat mengerikan. Meracuni hanya karena tidak ingin mendapat tambahan kerjaan lagi," sahut warganet berbeda.

3 dari 4 halaman

Rumah Sakit di China Tutup Layanan Persalinan

Usaha China untuk meningkatkan angka kelahiran belum menunjukkan tanda positif. Banyak rumah sakit di China berhenti memberikan layanan persalinan bayi pada tahun ini lantaran angka kelahiran baru yang semakin merosot.

Dilansir CNA, Rabu, 20 Maret 2024, dalam dua bulan terakhir, rumah sakit di berbagai provinsi seperti Zhejiang dan Jiangxi, mengumumkan bahwa mereka akan menutup departemen kebidanan mereka. The Fifth People's Hospital of Ganzhou City di Provinsi Jiangxi mengumumkan melalui akun WeChat resminya bahwa layanan kebidanan ditangguhkan mulai 11 Maret 2024.

Sementara, Rumah Sakit Jiangshan di Zhejiang juga mengumumkan bahwa bisnis kebidanan mereka akan berhenti mulai 1 Februari 2024. Data terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional China menunjukkan jumlah rumah sakit bersalin turun menjadi 793 pada 2021 dari 807 pada 2020.

Media lokal termasuk Daily Economic News mengatakan anjloknya jumlah bayi baru lahir membuat banyak rumah sakit tidak mungkin tetap mengoperasikan departemen kebidanan mereka. "'Musim dingin kebidanan' tampaknya akan datang dengan tenang," lapor surat kabar tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Penyebab Penurunan Angka Kelahiran di China

Mengutip kanal Global Liputan6.com, penutupan ini terjadi ketika para pembuat kebijakan di China sedang berupaya dalam meningkatkan keinginan pasangan muda untuk memiliki anak. China saat ini menghadapi masalah demografi yang semakin besar akibat masyarakat yang menua dengan cepat.

Terdapat kombinasi faktor yang menjadi penyebab penurunan angka kelahiran di China, yakni:

  • Konsekuensi luas dari kebijakan satu anak di China yang diperkenalkan pada tahun 1980-an (tetapi sudah ditinggalkan).
  • Perubahan sikap terhadap ide pernikahan dan keluarga di kalangan pemuda Tionghoa.Ketidaksetaraan gender yang mengakar.Tantangan membesarkan anak-anak di kota-kota mahal China.
  • Ketidaksetaraan gender yang mengakar dan berdampak pada ketidakadilan pembagian pekerjaan rumah tangga membuat perempuan-perempuan berpendidikan dan mandiri di China semakin menyangsikan pilihan menikah dan berkeluarga.

Di saat angka kelahiran menurun, angka kematian justru meningkat karena populasi lansia di negara itu menjadi membengkak. Di sisi lain, jumlah angkatan kerja menyusut sehingga memicu kekhawatiran tentang penurunan ekonomi, yang akan menimbulkan masalah potensial bagi seluruh dunia.