Liputan6.com, Jakarta - Media sosial telah menghubungkan orang dari belahan dunia yang jauh menjadi dekat. Bahkan, orang yang tidak saling kenal bisa berinteraksi dengan membalas komentar lewat beragam bahasa, karena ada fitur penerjemah. Hal itu terjadi saat seorang nelayan asal Lousiana, Amerika Serikat, membalas komentar warganet Indonesia yang berbahasa daerah di akun media sosial TikTok miliknya @jacobcortwz1984.
Akun dengan 701,5 ribu pengikut itu terbilang unik. Jacob (39) terbilang rajin mengunggah konten di TikTok pribadinya. Ia kerap membagikan konten seputar kegiatan sehari-hari saat bekerja sebagai nelayan di kawasan rawa dan sungai.
Baca Juga
Ia mencari ikan, udang, serta berburu kepiting dan hasil tangkapan lain yang bisa dijual. Jacob menunjukkan momen mengangkat perangkap jaring. Raut wajahnya tampak bahagia ketika jaringnya telah terisi penuh.
Advertisement
Pekerjaan Jacob sebagai nelayan memicu keingintahuan warganet. Terlebih, profesi itu tidak banyak jadi pilihan anak muda zaman sekarang. Kebanyakan orang saat ini mencari nafkah di kota, duduk nyaman di kursi dan menyelesaikan pekerjaan di depan perangkat komputernya.
Di unggahan lain, ia terlihat bersama nelayan lainnya ikut membelah sungai dengan perahu kecilnya. Jacob juga mengajak anak laki-lakinya yang kerap membantunya mengambil hasil tangkapan kepiting. Meski masih remaja, ia terlihat lihai dengan pekerjaan tersebut.Â
Warganet Indonesia pun bertanya dalam bahasa Jawa, "Anakmu kok ga melu meneh to pakdhe?" Pertanyaan berbahasa daerah yang berarti menanyakan ke mana anak Jacob itu lalu dijawab, "Hes videoing."
Â
Warganet Banjiri TikTok Jacob Setelah Viral
Di lain waktu, Jacob yang sepertinya dapat hasil panen melimpah. Kadang kala saat sedang beruntung, ia mendapatkan lobster ukuran jumbo.
Ia juga mengunggah sedang makan bersama keluarganya. Kepiting segar hasil tangkapannya itu tampak berwarna merah.Â
Tampak warganet yang sudah lama menyimak kontennya memahami kegiatan sehari-harinya. Ada pula yang menanyakan kabar sang nelayan memakai bahasa Jawa, "Jacob, piye kabare?"
"I'm good,"Â balas Jacob singkat memakai bahasa Inggris.
Warganet Indonesia juga ada yang menanyakan umur Jacob dalam bahasa Sunda, "Sampean umure piro?"
Jacob pun membalas, "39."
"Om ga takut kecemplung kah?"Â Tanya warganet lagi.
"No,"Â tulis Jacob.
Setelah viral di media sosial karena kerap membalas komentar warganet Indonesia yang berbahasa daerah, TikTok Jacob akhirnya makin ramai. Warganet iseng menanyakan berbagai hal dan berharap akan dibalas oleh Jacob. Namun, kini tak semuanya komentar warganet ia balas.
Â
Advertisement
Merawat Bahasa Daerah
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang tahun ini jatuh pada 21 Februari 2024 jadi momentum bagi semua orang untuk mengingatkan kembali tentang bahasa daerah masing-masing. Apalagi, banyak dari ratusan bahasa daerah yang tercatat di Indonesia telah kehilangan penutur aslinya.
Upaya merawat bahasa daerah bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya menggunakan musik dan lagu populer sebagai media. Itu pula yang diupayakan musisi asal Banyuwangi, Wandra Restusiyan. Pelantun lagu Kelangan itu mengenang awal mula terjun ke industri musik berbahasa daerah.
"Saya sangat cinta dengan kebudayaan yang ada, khususnya di kota tercinta saya, Banyuwangi. Saya punya impian lagu-lagu Banyuwangi ini bisa disukai di berbagai daerah lain, bahkan di seluruh Indonesia," ujarnya melalui pesan tertulis kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Sabtu, 17 Februari 2024.Â
Sebagai anak muda, ia merasa bertanggung jawab untuk melestarikan budaya dan bahasa daerah di Banyuwangi. Musisi kelahiran 15 Juni 1995 itu kerap menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Osing ketika berkarya. Genre musiknya tidak terbatas pada jenis tertentu, namun bisa berganti-ganti agar bervariasi, seperti pop, koplo, orkestra, musik etnik, hingga jazz.
"Bahasa lagunya tetap lokal," katanya.
Merawat Bahasa Daerah Lewat Lagu
Walau diakui bahwa secara market terbatas, ia menyatakan bahwa bahasa hanya kata-kata, pengemasanlah yang paling menentukan karya tersebut bisa diterima pasar yang lebih luas. "Walau bahasa daerah, kalau konsep musiknya keren, kekinian, dan tetap bahasa daerah, saya rasa itu suatu terobosan baru," katanya.
"Saya udah membuktikannya, alhamdulillah berhasil," ungkap pemilik nama asli Ainur Rofik Wandra Restusiyan tersebut. Walau begitu, ia mengingatkan bahwa lagu dan musik daerah juga memerlukan para fans fanatik dan orang-orang yang mencintai bahasa daerahnya sendiri agar bisa terus lestari.
Melalui media sosial, ia menggencarkan promosi. Karya musik yang universal dan terdengar familiar di telinga pendengar membuatnya banyak mendapat tawaran manggung dari luar kota. Pendengarnya pun tak hanya orang Jawa, tetapi dari berbagai suku di Indonesia.
"Dia suka lagu-lagu saya, namun kadang tidak tahu artinya. Jadi, itu suatu hal yang patut disyukuri. Paling tidak, orang lain yang enggak ngerti bahasa daerah saya itu suka dulu dengan lagunya. Baru nanti perlahan, pasti dia sedikit demi sedikit tahu dan mau belajar Bahasa Osing dan Jawa," katanya optimistis.
Advertisement