Liputan6.com, Jakarta - Industri kecantikan Indonesia terus menggeliat. Pemain-pemain baru nyaris muncul setiap hari. Persaingan yang ketat membuat industri kosmetik lokal menjadi lebih kompetitif. Di sisi lain, Indonesia juga harus memantapkan industri kosmetik dalam negeri agar tidak hanya jadi pasar menggiurkan bagi produsen asing.
Untuk itu, Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI) menggandeng Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) untuk memantapkan ketahanan industri kosmetik lokal. Kedua pihak menandatangani nota kesepahaman yang menjadi landasan kerja sama di bidang riset, kajian, dan pengembangan bahan alam sebagai bahan baku kosmetik.
Baca Juga
"Kami bercita-cita membentuk satu ekosistem dari hulu ke industri kita sendiri. Penguatan industri semakin penting, di samping regulasi yang diharapkan memberi kenyamanan bagi industri kosmetik," kata Ketua Umum PPAKI Solihin Sofian di Jakarta, Selasa, 2 April 2024, dalam keterangan tertulis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com.
Advertisement
Hal itu juga diamini oleh Direktur PT Mustika Ratu Kusuma Ida Anjani. Ia menegaskan bahwa kosmetika tematik Indonesia berpeluang besar untuk berkembang mengingat bahan alami sebagai bahan baku tersedia melimpah.
"Menurut Research Series Kementerian Luar Negeri, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam luar biasa. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies yang di antaranya memiliki fungsi tanaman obat, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat dan makanan kesehatan. Inilah peluang yang harus bisa kita optimalkan ke depannya," ujar Ajeng, sapaan akrabnya.
Â
Potensi Industri Kecantikan Halal
Selain bicara bahan baku, tak kalah menarik untuk pemain sektor kecantikan lokal adalah produk halal. Pertumbuhannya pesat dipicu oleh meningkatnya kesadaran terhadap gaya hidup halal dan preferensi akan produk atau brand yang mengadopsi praktik berkelanjutan.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam mencapai 86,7 persen pada November 2023 menurut World Population Review, dan proyeksi Pew Research Center yang memperkirakan peningkatan populasi Muslim global hingga 30 persen pada 2030, Indonesia berpeluang untuk mendefinisikan ulang industri kecantikan halal.
"Dengan inovasi produk berkelanjutan dan branding yang efektif, Indonesia berpotensi besar menjadi pemimpin pasar kecantikan halal dunia, memanfaatkan kekayaan bahan baku lokal untuk menegaskan posisinya di pasar global," kata Achmad Alkatiri, CEO dan pendiri Hypefast, dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat (5/4/2024).
Di kancah global, pertumbuhan demografis Muslim memberikan kesempatan bagi brand kecantikan halal asal Indonesia untuk tidak hanya menjangkau pasar domestik, tetapi juga memperluas cakupan ke pasar internasional. Di tingkat nasional, Indonesia sudah memiliki basis legalnya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2021 tentang sertifikasi halal.
Â
Advertisement
Sertifikasi Halal Bukan Sekadar Syarat
Berdasarkan regulasi, seluruh produk kecantikan yang beredar di Indonesia harus tersertifikasi halal pada 2026. Untuk itu, industri harus mampu beradaptasi dengan memprioritaskan kepercayaan konsumen dan keunggulan kompetitif.
"Dengan landasan yang kuat dan visi ke depan, industri kecantikan halal di Indonesia siap mengambil peran kepemimpinan di kancah internasional, membukaera baru pertumbuhan dan inovasi," ucap Achmad.Â
Tri Widayanti dari Fabil Natural, jenama kecantikan halal berbahan herbal, menyatakan UMKM kecantikan di Indonesia bertumbuh signifikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Hal itu menuntut pemain di industri kecantikan agar semakin fleksinel dan inovatif menghadapi kompetisi.
"Efisiensi dalam menjangkau konsumen, mulai dari mengedukasi mereka secara transparan tentang kandungan yang terdapat dalam produk kecantikan halal, hingga memenuhi pesanan dan pengiriman yang cepat juga menjadi faktor penting untuk sukses di pasar kecantikan digital saat ini," katanya.
Para pelaku industri juga dituntut patuh pada standar BPOM dan sertifikasi halal sebagai wujud komitmen produsen terhadap kualitas dan keamanan. Tiwi menambahkan, "Adanya sertifikasi halal bukan hanya soal memenuhi regulasi, tetapi membangun fondasi kepercayaan yang lebih dalam dengan konsumen kita."
Kondisi Industri Kecantikan di Indonesia
Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, sektor industri kecantikan di Indonesia cukup menggiurkan, terutama setelah masuk pada fase endemi. Secara rinci, segmen pasar terbesar adalah segmen perawatan diri dengan volume pasar sebesar USD3,18 miliar pada 2022, disusul skin care sebesar USD2,05 miliar, kosmetik USD1,61 miliar, dan wewangian USD39 juta.
Berdasarkan keterangan Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI), pertumbuhan jumlah industri kosmetika Indonesia mencapai 21,9 persen, yakni 913 perusahaan pada 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023. Melihat tingginya angka pertumbuhan ini, pameran terbesar industri kecantikan di Indonesia, Cosmobeauté Indonesia, kembali digelar pada 12--14 Oktober 2023 di Hall A&B, Jakarta Convention Center.
Pameran yang digelar untuk ke-16 kalinya ini menghadirkan inovasi kecantikan terbaru dan mempertemukan para pelaku bisnis kecantikan dari Indonesia dan mancanegara. Cosmobeauté Indonesia 2023 mengajak industri kecantikan secara aktif menghadirkan solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Kami berkomitmen menjadikan Cosmobeauté Indonesia acara yang memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan yang sudah mulai tercemar seiring dengan terus meningkatnya industri kecantikan di Indonesia,"ujar Director PT Pamerindo Indonesia, Juanita Soerakoesoemah di Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2023.
Advertisement