Liputan6.com, Jakarta - Insiden di dunia aviasi tak hendak berhenti. Sebuah pesawat Boeing 737-800 milik Southwest Airlines tujuan Houston terpaksa putar balik ke Denver pada Minggu, 7 April 2024, waktu AS, atau hari ini Senin (8/4/2024) waktu Indonesia.
Pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Denver sekitar pukul 07.49 waktu setempat, menuju Bandara William P. Hobby di Houston. Pesawat kembali ke Denver hanya 25 menit kemudian, mendarat pada pukul 08.14 sebelum ditarik ke gerbang.
Insiden itu dipicu setelah awak kabin melihat lembaran logam penutup mesin pesawat terlepas saat pesawat itu mengudara. Dalam video yang diunggah di X, dulunya Twitter, oleh Kepala Reporter Transportasi ABC Sam Sweeney, logam penutup mesin itu tertiup angin seperti kertas yang terlepas.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, dikutip dari NY Post, Senin (8/4/2024), Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mengonfirmasi bahwa bagian pesawat yang berfungsi sebagai penutup mesin telah terlepas dan mengenai salah satu pesawat. Ketika dihubungi melalui email, juru bicara Southwest Airlines menyatakan bahwa insiden itu disebabkan oleh 'masalah mekanis' pada pesawat yang dproduksi pada 2017, menurut catatan FAA.
Pihak maskapai menyatakan pesawat yang bermasalah berhasil mendarat dengan selamat. "Pelanggan kami akan tiba di Houston Hobby dengan pesawat lain, sekitar tiga jam terlambat dari jadwal," kata juru bicara Southwest kepada The Post.
"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan atas keterlambatan ini, namun prioritas utama kami adalah keselamatan tertinggi bagi pelanggan dan karyawan kami. Tim pemeliharaan kami sedang meninjau pesawat tersebut."
Rentetan Kecelakaan Fatal yang Libatkan Pesawat Boeing
FAA saat ini sedang menginvestigasi insiden yang lagi-lagi melibatkan pesawat buatan Boeing. Namun, juru bicara produsen pesawat asal Amerika Serikat itu mengarahkan agar pertanyaan langsung ditujukan kepada maskapai.
Insiden tersebut melanjutkan serangkaian masalah keselamatan yang menghantui Boeing sepanjang 2024. Sebelumnya, pada 5 Januari 2024, pesawat Boeing 737-9 Max milik Alaska Airlines mengalami insiden panel badan pesawat yang semestinya menjadi pintu terlepas saat pesawat terbang di ketinggian 16 ribu kaki.
Pesawat akhirnya mendarat darurat di Portland, Oregon, dengan lubang di sisi kabin penumpang seukuran lemari es. Ajaibnya, hanya satu dari 177 penumpang penerbangan yang terluka.
Namun bulan lalu, Departemen Kehakiman mengumumkan telah meluncurkan penyelidikan kriminal atas insiden tersebut. Boeing dan Alaska Airlines juga terkena tuntutan hukum senilai USD 1 miliar atas masalah keselamatan pesawat.
Masih di tahun ini, kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing juga menimpa maskapai United Airlines tujuan Selandia Baru. Pesawat itu tiba-tiba menukik tajam hingga banyak penumpang yang sedang tidak memakai sabuk pengaman terluka. Sekitar 50 orang dilaporkan terluka dalam insiden yang berlangsung pada awal Maret 2024 itu.
Advertisement
Saham Boeing Anjlok
Sementara itu, CEO Boeing David Calhoun mengumumkan akan mengundurkan diri akhir tahun ini. Pembayaran saham untuk Calhoun di tahun ini juga akan dipotong hampir seperempat karena anjloknya harga saham Boeing sejak peristiwa pesawat Alaska Airlines pada Januari 2024.
Pada tahun lalu, Dave, biasa dipanggil, menerima kompensasi senilai USD 33 juta atau setara Rp524,2 miliar. Kompensasi yang diperoleh David Calhoun ini hampir seluruhnya dalam bentuk saham. Melansir MarketScreener, Minggu, 7 April 2024, Boeing mengatakan bahwa setelah kecelakaan di Alaska Airlines Boeing 737 Max, Calhoun menolak bonus tahun lalu yang mencapai hampir USD 3 juta atau Rp 47,6 miliar.
Calhoun mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri pada akhir 2024 karena Boeing sedang menangani berbagai penyelidikan terhadap kualitas dan keamanan produksinya. Perusahaan mengatakan dalam pengajuan peraturan bahwa Calhoun mendapat gaji sebesar USD 1,4 juta (Rp 22,2 miliar) tahun lalu dan pemberian saham senilai USD 30,2 juta (Rp 479,8 miliar).
Sejak 5 Januari 2024, ketika panel penutup pintu terbuka di tengah penerbangan Alaska Airlines di atas Oregon, Boeing berada dalam krisis terdalam sejak sepasang kecelakaan mematikan yang melibatkan pesawat Maxnya pada 2018 di Indonesia dan 2019 di Etiopia. Saham Boeing anjlok 26 persen hingga akhir perdagangan reguler pada Jumat, 5 April 2024.
Kepercayaan pada Boeing Anjlok
Boeing mengatakan Calhoun dan eksekutif puncak lainnya akan melihat penghargaan saham mereka untuk tahun ini berkurang sekitar 22 persen, yang menurut perusahaan setara dengan penurunan harga saham sejak kecelakaan hingga tanggal pemberian saham. Calhoun menjadi CEO Boeing sejak Januari 2020, ketika pesawat Max masih dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan tersebut.
"Bulan-bulan dan tahun-tahun ke depan sangatlah penting bagi Boeing untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mendapatkan kembali kepercayaan yang hilang dalam beberapa waktu terakhir, untuk kembali ke jalur yang benar dan berkinerja seperti perusahaan yang kita semua tahu bahwa Boeing dapat dan harus seperti itu, setiap hari," kata pemimpin baru Boeing, Steve Mollenkopf, dalam suratnya kepada pemegang saham.
"Dunia membutuhkan Boeing yang sehat, aman, dan sukses, dan itulah yang akan didapatnya," tuturnya.
"Meskipun kecelakaan Alaska Airlines Penerbangan 1282 menunjukkan bahwa Boeing masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan, Dewan percaya bahwa Calhoun telah menanggapi peristiwa ini dengan cara yang benar dengan mengambil tanggung jawab atas kecelakaan tersebut, dan mengambil langkah-langkah penting untuk memperkuat kualitas Boeing," kata perusahaan dalam pengajuan, Jumat lalu.
Advertisement