Sukses

6 Fakta Menarik Masjid Imam Khomeini di Iran yang Memiliki Kubah Emas

Masjid Imam Khomeini yang dulunya bernama Masjid Shah, dikenal juga sebagai Masjid Soltāni. Masjid tersebut berganti nama menjadi Masjid Imam Khomeini setelah Revolusi Iran 1979.

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Imam Khomeini yang dulunya bernama Masjid Shah, dikenal juga dikenal sebagai Masjid Soltāni yang bermakna kerajaan. Masjid ini berganti nama menjadi Masjid Imam Khomeini setelah Revolusi Iran 1979.

Mengutip laman Lonely Planet, Rabu, 10 April 2024, tempat ibadah ini adalah  kompleks indah dari awal abad ke-18 tersebut terlihat lebih baik karena restorasi interiornya. Masjid tersebut merupakan salah satu masjid terbesar dan tersibuk di Kota Teheran dan dikelilingi oleh Grand Bazaar.

Masjid ini memiliki empat pintu masuk, tetapi yang utama berada di luar Jalan Panzdah-e Khordad. Gerbang utamanya akan membawa Anda langsung ke halaman besar dengan kolam renang tengah yang besar untuk jamaah berwudhu sebelum salat.

Masih banyak hal mengenai Masjid Imam Khomeini selain lokasi dan sebutan lainnya. Berikut enam fakta menarik Masjid Imam Khomeini yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis, 11 April 2024.

1. Dibangun oleh Fath-Ali Shah Qajar

Masjid ini dibangun atas perintah Fath-Ali Shah Qajar dari Persia selama periode Qajar, sebagai salah satu dari beberapa simbol legitimasi dinasti baru. Pada saat penyelesaiannya, masjid ini dianggap sebagai monumen arsitektur terpenting di Teheran.

Pada masa pemerintahan Naser al-Din Shah Qajar, dua menara saat ini ditambahkan ke dalam struktur. Masjid ini di atasnya terdapat kubah emas kecil. Masjid ini juga memiliki dua Shabestan, yaitu ruang bawah tanah yang biasanya ditemukan pada arsitektur tradisional masjid, rumah, dan sekolah di Iran kuno.

2 dari 4 halaman

2. Kemiripan Arsitektur

Pembangunan masjid ini dimulai pada 1611 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1629. Ada beberapa kesamaan arsitektur yang signifikan antara Masjid Shah, Masjid Vakil di Shiraz, dan Masjid Kerajaan di Borujerd. Masjid ini diakui sebagai salah satu ciptaan paling indah dari Kerajaan Persia di era Islam.

3. Punya 4 Pintu Masuk

Mengutip dari laman Travital, masjid ini memiliki empat pintu masuk besar di empat sisinya. Pintu di sisi utara, selatan, dan timur memiliki ruang depan yang biasanya berbentuk segi delapan. Terdapat juga koridor penghubung antar ruang.

Bagian atas pintu utara dan timur berbentuk melengkung dan dibuat secara artistik dari plester dan ubin. Langit-langit ruang depan, di sisi utara, selatan dan timur yang terbuat dari batu bata, berbentuk kubah dengan banyak lengkungan dan didesain dengan ubin. Dengan desainnya, masjid ini terbukti memiliki arsitektur dan keindahan yang luar biasa karena halamannya yang luas dan pintu masuk yang menarik.

3 dari 4 halaman

4. Arsitek Masjid Imam Khomeini

Dalang arsitektur di balik keindahan Masjid Imam Khomeini adalah Ali-Akhbar Isfahani. Cara berpikirnya yang inovatif membawanya untuk mengukir namanya di masjid di atas ambang pintu.

Masjid Shah dirinci dengan 18 juta batu bata dan 475.000 ubin. Pada masa pemerintahan Naser al-Din Shah Qajar, dua menara yang ada saat ini ditambahkan ke dalam struktur bangunan masjid.

5. Terdapat Prasasti Berubin dari Al-Quran

Terdapat empat serambi di keempat sisi Masjid Imam Khomeini, serta area untuk salat malam. Di belakang serambi bagian barat masjid terdapat prasasti yang mengungkapkan tanggal akhir pembangunan Masjid Imam Khomeini pada 1342 H.

Di masjid ini terdapat mimbar marmer selain altar. Di bagian atas serambi barat terdapat kubah kecil berhiaskan ubin berwarna biru. Ada pula prasasti berubin dari Alquran, di sekeliling serambi barat dikerjakan dengan ubin putih dengan latar belakang ubin berwarna biru. 

4 dari 4 halaman

6. Saksi Bisu Revolusi di Iran

Pada 11 Desember 1905, vāli Teheran memerintahkan pencambukan di depan umum terhadap 17 pedagang terkemuka di Bazaar di halaman utama Masjid Shah, menyalahkan mereka atas kenaikan harga gula. Penghinaan publik terhadap para pedagang dikutuk oleh Bazaaris dan sebagai protesnya, Grand Bazaar menutup pintunya.

Reaksi publik terhadap pemerintah dalam serangkaian insiden terkait memicu Revolusi Konstitusi Persia. Pada 7 Maret 1951, Haji Ali Razmara, Perdana Menteri Iran yang anti-komunis, menghadiri upacara peringatan Ayatollah Feyz di Masjid Shah.

Dalam perjalanannya ke masjid, dia ditembak mati di halaman masjid oleh Khalil Tahmasebi, yang digambarkan sebagai "fanatik agama" oleh The New York Times. Mengutip laman Encyclopædia Britannica, Tahmasebi adalah anggota kelompok aktivis Syiah "Self-Sacrificiers of Islam" sebuah organisasi keagamaan ekstremis yang memiliki hubungan dekat dengan kelas pedagang tradisional dan para ulama.

Pada 1952, Tahmasebi dibebaskan dan diampuni oleh Parlemen Iran pada masa jabatan perdana menteri Mohammad Mosaddegh dan dia dinyatakan sebagai Tentara Islam. Setelah kudeta Iran pada 1953, Tahmasebi ditangkap kembali dan diadili. Dia dieksekusi pada 1955.