Sukses

Kata Wisatawan saat Menyaksikan Sendratari Meras Gandrung: Mata Sampai Tak Mau Berkedip

Sendratari Meras Gandrung merupakan pementasan kolosal para penari gandrung.

Liputan6.com, Banyuwangi Banyuwangi memiliki kekayaan budaya yang kaya, beragam, dan dapat memikat para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu kekayaan budaya tersebut adalah Meras Gandrung.

Dilansir dari kanal Regional Liputan6.com, sendratari Meras Gandrung merupakan pementasan kolosal para penari gandrung. Pementasan tersebut menggambarkan prosesi perjuangan seorang penari dalam mengatasi tantangan dan ujian agar dapat "lulus” menjadi penari gandrung.

Sendratari Meras Gandrung tersebut pun mampu memikat wisatawan yang berlibur ke Banyuwangi pada libur Lebaran tahun ini. Pasalnya, pementasan yang digelar di Taman Gandrung Terakota sebagai lokasi pagelaran penuh dengan penonton.

"Sungguh pengalaman yang menarik, mata saya sampai tidak mau berkedip. Konsep wisata ini yang kami cari, memadukan pemandangan alam dan atraksi budaya yang memukau," ujar Utami, wisatawan asal Jakarta.

Senada dengan Utami, wisatawan asal Bandung, Alex Firgiawan, mengaku takjub dengan keindahan alam dan budaya Banyuwangi.

“Ini pertama kali saya ke Banyuwangi. Saya langsung jatuh cinta dengan keindahan alamnya. Setelah menyaksikan Sendratari Meras Gandrung, saya menyadari bahwa Banyuwangi lebih dari sekadar pemandangan, tapi juga tentang orang-orangnya, budayanya, dan cerita yang hidup mereka,” ucapnya.

2 dari 2 halaman

Jadi Daya Tarik

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengatakan bahwa budaya Banyuwangi yang sangat kental telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi.

"Siapa pun yang ingin tahu tentang Gandrung, datang saja ke Taman Gandrung Terakota. Tidak hanya sendratari-nya, tapi bisa melihat banyak patung Gandrung serta cerita tentang Gandrung itu sendiri," katanya.

"Wisata berbasis budaya ini yang membuat keunikan Banyuwangi dan kekayaan budaya ini harus kita jaga. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk terus  mempertahankan jati diri di tengah gempuran globalisasi," jelas Ipuk.

 

(*)