Liputan6.com, Jakarta - Kasus diduga pungli di Masjid Raya Al-Jabbar mendapat sorotan publik setelah seorang pengguna X, dulunya Twitter, menyampaikan keluhan saat berkunjung ke masjid berlokasi di Gedebage, Bandung, Jawa Barat itu. Awalnya, ia mengaku kesulitan menemukan tempat parkir di kawasan Masjid Al-Jabbar.
Setelah berkeliling, ia akhirnya berhasil menemukan tempat parkir. Pemilik akun itu mengaku, ada petugas parkir pakai rompi di dalam area masjid. Ketika baru saja keluar mobil, ia menyebut langsung dimintai uang parkir "seikhlasnya" karena sudah bantu memarkirkan kendaraan.
"Kasih 2 ribu nggak mau. Lah katanya ikhlas," tulis akun @petanirumah pada 13 April 2024.
Advertisement
Tidak berhenti di situ, ia mengaku masih ditagih uang parkir oleh petugas berbeda dengan rompi yang sama saat berjalan menuju bangunan masjid. Petugas parkir tersebut memintanya membayar "seikhlasnya." Total, uang yang dikeluarkannya mencapai Rp30 ribu untuk salat di Masjid Al Jabbar, padahal ia tidak masuk ke ruangan yang berbayar sama sekali.
Insiden diduga pungli berkedok bayar uang parkir "seikhlasnya" ini mengundang kemarahan warganet, dengan tidak sedikit dari mereka meminta nama masjid tersebut diubah jadi "Masjid Pungli." "Ganti nama aja aja jadi masjid pungli", tulis seorang pengguna dalam unggahan akun Instagram @masjidrayaaljabbar pada Jumat, 12 April 2024.
"Jangan ke Al Jabbar banyak pungli, nama baik kota Bandung udah tercemar gara-gara banyak pungli di Al Jabbar, miris," tulis pengguna lain pada Minggu, 14 April 2024.
Petugas Dinilai Tidak Ramah
Bukan hanya di tempat parkir, kesabaran pemilik akun yang mengaku jadi korban pungli itu diuji di tempat penitipan sepatu. Ia mengaku, petugas yang melayaninya saat itu tidak mau menerima karena sepatunya tidak dimasukkan ke plastik. Terpaksa, ia membeli plastik yang dijual sebelum pelataran seharga Rp5 ribu.
"Akhirnya bisa titip sepatu dan dikasih nomor," tulisnya.
Ia kemudian ke toilet sebelum berwudu. Tapi, sikap petugas di toilet dilaporkan tidak ramah. Ia mengaku, pintu toilet digedor-gedor petugas yang berbicara menggunakan toa, menyebut, "Di toilet jangan lama-lama."
Ia akhirnya tidak jadi masuk toilet, langsung menuju tempat wudu. Area itu disebutnya besar dan sepi.
Selesai salat, ia kembali ke tempat penitipan sepatu untuk mengambil sepatunya. Ia menunggu 30 menit, tapi petugas yang melayaninya lagi-lagi bersikap tidak ramah, bahkan menyuruhnya mencari di tempat lain padahal nomor penitipan sudah ditunjukkan.
"Akhirnya petugas lain bantuin. Ternyata sepatunya ada di bawah kaki dia," keluhnya.
Advertisement
Bukan Tempat Ibadah, tapi Tempat Wisata
Sejak kasus ini viral di media sosial, banyak warganet yang mengeluhkan bahwa Masjid Al Jabbar kini bukan lagi tempat ibadah, melainkan tempat wisata. Mereka mengaku kecewa setelah berkunjung ke masjid raya tersebut.
"Dulu saya kagum dengan keindahan Al Jabbar, sekarang kekaguman jadi hilang karena masjid seolah jadi tempat wisata buat foto-foto dan banyak pungli," keluh warganet dalam komentar online pada Minggu, 14 April 2024.
"Jujur kagum dengan masjid ini awalnya, dan bangga sebagai orang Bandung ada masjid megah gini. Tapi kecewa karena pengunjung yang jorok, mau wisata tapi sampah tidak dijaga, preman berkeliaran terlebih di parkiran, bayar parkir berapa, pak ogahnya lagi. Kenapa setiap pengunjung yang datang tidak mau menjaga tempat ibadah ini? Minimal jaga sampah sendiri dan jangan ngotorin, terus amanin dong kang parkir liar meresahkan," tulis yang lain
Selain petugas parkir, banyak warganet mengeluhkan sikap petugas Masjid Raya Al-Jabbar. Mereka menilai, petugas-petugasnya ketus dan banyak yang merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Beberapa warganet bahkan kapok datang ke masjid itu.
"Cantik sih, tapi gak mau ke sini lagi. Bikin masjid buat ibadah jangan buat wisata. Mana petugasnya ketus-ketus banget," tulis salah satu warganet.
Kata Pemprov Jabar
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) angkat bicara terkait kasus tersebut. Sekda Provinsi Jawa Barat mengatakan akan segera menertibkan pungli yang dilakukan juru parkir dan petugas penitipan barang di area Masjid Al Jabbar.
"Pagi ini Dewan Eksekutif Masjid Al Jabbar membahas langsung termasuk dengan para petugas di lapangan," ujar Herman Suryatman yang juga Ketua Harian Dewan Eksekutif Masjid Raya Al Jabbar, Minggu, 14Â April 2024, dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com.
Menurut Herman, dewan eksekutif selaku pihak yang memelihara masjid raya provinsi ini ingin masalah tersebut segera tuntas. Jika ditemukan pungli oleh petugas, ia berjanji pihaknya akan segera menertibkan.Â
Sejak dulu, ia mengaku prioritas utama Dewan Eksekutif Masjid Al-Jabbar adalah kenyamanan dan keamanan jemaah. Karena itu, pihaknya menyesalkan kejadian yang membuat jemaah tidak nyaman. "Atas nama Dewan Eksekutif Masjid Raya Al Jabbar kami menyampaikan permohonan maaf," ucap dia.
Advertisement