Liputan6.com, Jakarta - Warganet Indonesia dihebohkan dengan sebuah video yang menampilkan rombongan diduga turis Indonesia merusak bunga sakura di Jepang. Video yang viral di media sosial itu merekam aksi seorang pria dari rombongan menggoyang-goyangkan dahan tanaman tersebut hingga bunga-bunganya rontok dan berjatuhan.
"Yah jatuh," ucap si perekam video yang juga bagian dari rombongan turis vandal tersebut sambil tertawa cekikikan.Tak hanya warganet yang meradang melihat video tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ikut menanggapi kejadian terebut.
Baca Juga
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya,mengatakan, pariwisata itu bukan hanya milik Kemenparekraf, tetapi punya semua orang Indonesia.
Advertisement
"Pariwisata itu bisnis persepsi, tidak bisa dibawa barangnya. Jadi kita semua harus hati-hati dalam bertindak, di mana pun kita berada dan itu harus dari kesadaran kita sendiri," ucap Nia dalamn The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid di Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024).
Ia menambahkan, penting untuk menjaga kelakuan wisatawan asal Indonesia saat berlibur ke luar negeri. Wisatawan nasional harus punya kesadaran berwisata sebagai ambasador pariwisata untuk menjaga nama negara.
"Negara ini harus maju dan harus memiliki kesadaran kolektif, jadi bukan karena Kemenparekraf para wisatawan kita berlaku baik di luar negeri, tapi itu tadi harus dari diri kita sendiri. Kalau melakukan tindakan tidak menyenangkan yang malu kan kita sendiri," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Nia juga menanggapi rombongan wisatawan yang tterdiri dari ibu-ibu terlihat menggelar tikar dan makan lesehan di salah satu sudut di Bandara Changi di Singapura. Warganet menduga orang-orang dalam video yang juga sedang viral itu merupakan wisatawan asal Indonesia, terlihat dari adanya cobek berisi sambal yang identik dengan budaya makan di Tanah Air.
Turis Indonesia dan Wisman Nakal di Bali
Meski tidak menyebut apakah kegiatan tersebut diizinkan atau tidak, Nia tetap memberikan respons yang sama, soal pentingnya memiliki kesadaran kolektif selagi berwisata di luar Indonesia. Sementara itu, Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf, Fadjar Hutomo mengatakan, semua wisatawan harus memahami tanggung jawab mereka sebagai wisatawan.
Ia pun menyinggung masalah turis nakal yang marak terjadi di Bali dalam beberapa tahun terakhir. "Kita juga menghadapi masalah ketika di Bali ada beberapa turis asing yang berbuat nakal dan tidak menghormati budaya lokal. Kan kita enggak suka juga dan para wisman itu banyak dihujat dan ada yang sampai dideportasi ke negaranya,” jelas Fadjar.
"Kalau kita enggak suka tempat kita dibegitukan, tentunya pas kita ke luar jangan berperilaku seperti itu juga," sambungnya.
Ia menambahkan dan berpesan kepada seluruh warga negara untuk menjadi masyarakat yang bertanggung jawab termasuk menjadi wisatawan yang bertanggung jawab atau responsible tourist.
Advertisement
Turis Indonesia Dihujat Warganet
Sementara itu, video yang diduga turis dari Indonesia dan merusak bunga Sakura awalnya diunggah di grup Facebook Japan Travel Tips & Planning pada 11 April 2024. Video itu dibagikan kembali oleh akun Instagram @kanankiri.traveler pada 13 April 2024 itu, juga menampilkan sebuah tangkapan layar percakapan di kolom komentar unggahan di grup Facebook tersebut.
"Bahasa apa yang mereka tuturkan?" tanya seorang pengguna Facebook."Saya tanya kepada pria tersebut dan dia bilang Indonesia. Saya kaget ketika melihat mereka melakukannya," balas seorang pengguna anonim yang membagikan video tersebut.
Pengunggah juga mengatakan bahwa kejadian itu terjadi di Kota Nara, dua hari sebelum ia membagikan video, yaitu 9 April 2024. Kelakuan tidak sopan itu sontak panen hujatan dari netizen Indonesia. Banyak dari mereka merasa marah dan malu melihat kelakuan kelompok pelancong tersebut.
"SDM rendah 😀 percuma you punya money banyak tapi gabisa ajarin yang baik buat anak² you 😢," ucap seorang penulis komentar di Instagram.
"Minimal kalo gak pernah bikin malu di Indonesia, gausah malu maluin di negri orang," sahut yang lainnya, marah.
Etika Melihat Bunga Sakura di Jepang
Lalu, bagaimana etikanya ketika sedang menikmati bunga sakura yang di Jepang dikenal sebagai tradisi hanami itu? Dikutip dari laman cathaypacific.com, Minggu, 14 April 2024, ada beberapa etika yang harus diperhatikan ketika menikmati keindahan bunga tradisional Jepang atau yang disebut sebagai hanami.
Pertama, jangan rakus dalam mengambil tempat untuk melihat-lihat. Biasanya, lokasi untuk menikmati bunga sakura terbatas pada area tertentu. Jadi, jangan sampai orang lain merasa terganggu dengan keberadaan kita.
Kedua, jika ingin piknik dan membawa tikar, bawalah sesuai dengan jumlah rombongan yang ada. Jangan tinggalkan tikar di taman tersebut tanpa pengawasan karena biasanya akan diambil dan disita oleh pengelola taman.
Ketiga, pohon sakura sangat lembut, jangan sampai kita duduk atau berdiri di atas akar-akarnya. Hal paling penting adalah jangan sekali-sekali berani untuk menyentuh kelopak dan dahannya sebab bunga ini hanya boleh dikagumi dari kejauhan.
Keempat, cuaca musim semi di Jepang tidak menentu. Karena itu, jangan lupa membawa pakaian hangat jika ingin menikmati yozakura (melihat sakura di malam hari).
Advertisement