Sukses

Perjalanan Penyeduh Kopi Indonesia Ryan Wibawa Jadi Juara 3 World Brewers Cup 2024, Boyong Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ke Panggung Dunia

Bukan kali pertama, penyeduh kopi asal Indonesia, Ryan Wibawa, sudah pernah mengikuti World Brewers Cup tahun 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Ryan Wibawa, penyeduh kopi asal Indonesia yang berhasil menorehkan prestasi kelas dunia. Pria yang memulai karier sebagai barista paruh waktu ini berhasil menyandang titel juara tiga World Brewers Cup 2024.

"Perasaan saya sekarang pastinya happy, happy banget, karena dapat peringat ketiga," katanya melalui pesan suara pada Lifestyle Liputan6.com, Jumat (18/4/2024). "(Saya) tambah senang karena kemarin bawa tema 'Bhinneka Tunggal Ika.'"

Ia bercerita, sebelum melaju ke World Brewers Cup 2024, ia sudah lebih dulu mengikuti national competition pada Desember 2023. "Saat itu, saya berkompetisi dengan 24 barista nasional. Puji Tuhan, (saya) dapat juara satu dan mewakili Indonesia di World Brewers Cup tahun ini."

Bukan kali pertama, kompetisi penyeduh kopi sedunia itu sudah pernah ia ikuti pada 2016, yang saat itu berlangsung di Dublin, Irlandia. "Saya mau mencoba lagi berkompetisi di tingkat dunia, dan mimpi itu bisa terwujud delapan tahun kemudian. Sekali lagi mewakili Indonesia dan memberi yang terbaik supaya bisa pulang bawa piala, itu goal saya," tuturnya.

Terkait persiapan, Ryan menyebut, itu berkelanjutan dari kompetisi tingkat nasional, akhir tahun kemarin. Terhitung dari waktu itu, ia punya waktu sekitar empat bulan untuk mempersiapkan segala sesuatu.

"Waktu pertama (World Brewers Cup 2016) itu pengalaman pertama banget untuk saya dan Indonesia, karena itu pertama kali Indonesia mengirimkan wakil ke World Brewers Cup," ujar dia. "Tahun ini, persiapannya lebih matang. Kami lebih tahu apa yang harus dipersiapkan untuk maju ke World Brewers Cup, mulai dari sisi pemilihan kopi sampai konsep."

2 dari 4 halaman

Beda Persiapan dari Kompetisi Tahun 2016

Ryan juga mengaku punya tim yang lebih solid. "Saya berterima kasih pada teman-teman di Common Grounds yang sangat suportif, mulai dari Pak Daryanto (Witarsa), Aston (Utan), dan Yoshua Tanu. Saya juga ditemani coach Emi Fukahori, juara World Brewers Cup 2018 yang membagikan pengalamannya dan membantu saya di kompetisi tahun ini," bebernya.

Masih dari tahap persiapan, proses pemilihan kopi dinilai berkesan oleh Ryan. "Kami punya ide membawa kopi Indonesia ke panggung dunia. Akhirnya terpilihlah Excelsa yang coba saya gabungkan untuk memberi harmoni yang berbeda dengan kopi Panama dan Columbia."

"Ketika saya coba, hasilnya sangat baik, dan menurut saya pribadi, itu memberi pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya akhirnya percaya diri membawa ketiga kopi itu, dan ini jadi catatan menarik. Trial and error-nya intens, (mulai dari) bagaimana cari proporsi yang tepat, kekasaran gilingan yang tepat, sampai metode seduhnya," Ryan bercerita, seraya menambahkan bahwa ia sangat menikmati prosesnya.

Secara khusus, ia mengaku awalnya fokus pada bagaimana bisa melaju ke babak final. Tapi, dengan tim yang suportif, Ryan berkesempatan menyampaikan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika." Ia berbagi, "Saya bangga bisa memperkenalkan bahwa Indonesia punya semangat yang sebenarnya merepresentasikan konsep kopi yang saya bawakan dan komunitas kopi di sana."

3 dari 4 halaman

Rangkaian Kompetisi

Masuk ke ranngkaian kompetisi, Ryan menjelaskan itu berlangsung pada 12--14 April 2024 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS). Babak pertama berlangsung pada 12 April 2024, disusul semifinal keesokan harinya, sampai final tanggal 14 April 2024. Masing-masing babak memiliki tantangan berbeda, sebutnya.

"Babak pertama itu merupakan open service round," ujar dia. "Di babak ini, semua finalis membawa kopi, alat seduh, bahkan air sendiri, lalu presentasi di depan tiga sensory judges. Tidak hanya menyeduh kopi dengan cara terbaik, tapi juga mempresentasikan kopi tersebut, mulai dari daerah tanam, sampai tasting notes apa yang akan dirasakan para juri."

Dari 41 negara, 12 negara terbaik dipilih maju ke babak semifinal. "Di babak ini, kami diberi kopi yang kami sendiri tidak tahu dari mana, processing-nya seperti apa, dan roasting-nya bagaimana. Kami diminta menyeduh kopi tersebut, diberi waktu 30 menit latihan, delapan menit persiapan, dan tujuh menit untuk proses penyeduhan," bebernya.

"Uniknya di sini," Ryan menambahkan. "Bahan bakunya semua sama, kopinya sama, harus memakai air dan alat giling yang sama pula. Cuma alat seduhnya yang boleh bawa sendiri, jadi fair game banget."

Menurut dia, babak ini menguji kemampuan para penyeduh memaksimalkan rasa kopi. "Tidak ada presentasi di babak ini. Juri juga menilainya di belakang panggung, jadi tidak lihat siapa yang menyeduhkan kopi," kata Ryan.

Setelahnya, enam finalis terbaik ditetapkan melaju ke babak final. Konsep tahap akhir, sebut Ryan, sama seperti open service round. "Tiga hari itu cukup melelahkan, tapi proses yang sangat menyenangkan. Setiap hari (seperti naik) roller coaster nunggu pengumuman di depan panggung," sebut penyeduh kopi yang mengaku puas finis di posisi ke-3 tersebut.

4 dari 4 halaman

Awal Perjalanan

Suasana selama kompetisi jadi hal yang paling berkesan untuk Ryan. "Sangat happy dengan suasananya," ia mengakui. "Kenalan dengan juara-juara dari banyak negara, menambah relasi dan teman. Lagi, saya jatuh cinta dengan industri kopi."

Masing-masing finalis, sebut dia, punya vibes yang positif dan sangat ramah. "Ini satu angkatan yang memorable banget untuk saya," imbuhnya.

Melalui prestasi barunya, Ryan mengaku ingin menyampaikan pesan Bhinneka Tunggal Ika yang juga ditemukan di industri kopi. "Di kompetisi itu kami datang dari berbagai negara dan latar belakang, kenalan di sana, mau apapun pekerjaan kita: finalis, pertani, relawan, atau juri, kami berkumpul di tempat yang sama untuk satu tujuan: kopi."

"Indonesia ternyata punya semboyan (yang merepresentasikan keadaan itu). Kita adalah bangsa yang punya keanekaragaman luar biasa, tapi bisa satu sebagai Indonesia. Bangga dan happy banget bisa memperkenalkan semboyan tersebut di panggung dunia."

Ryan ingin titel barunya berdampak lebih baik ke orang di sekitarnya, sesama barista, maupun industri kopi Indonesia. "(Semoga) jadi motivasi Indonesia untuk jadi juara dunia. Semoga bisa menginspirasi barista-barista di Indonesia khususnya. Bagi saya, ini bukan akhir, tapi awal perjalanan ke depan," tandasnya.