Liputan6.com, Jakarta - Adalah Danielle Hubbard, seorang perempuan yang mengaku hampir buta karena sulam alis. Pasalnya, ahli kecantikan di salon tempatnya menjalani prosedur itu diduga lupa melakukan tes alergi.
Yang lebih parah lagi, melansir Mirror, Sabtu, 10 April 2024, Danielle mengatakan, ia tidak dapat menuntut ganti rugi karena fasilitas tersebut tidak memiliki asuransi. Ia dilaporkan memesan perawatan kecantikan senilai 12 pound sterling (sekitar Rp241 ribu) itu sebelum liburan ke Malta.
Meski wajahnya semula baik-baik saja, mata kirinya membengkak keesokan paginya, sementara wajahnya "sangat merah dan meradang," sebut Danielle. "Saya tidak bisa melihat," katanya. "Saya melihat ke cermin dan merasa ngeri. (Mata saya) tertutup rapat dan alis saya terasa kencang, berkerak, meradang, dan merah."
Advertisement
Ia mengaku diberi steroid untuk mengobati reaksi alerginya di Rumah Sakit Royal Blackburn. Danielle menggunakan steroid oral selama dua minggu berikutnya saat wajahnya perlahan pulih. Ia kembali ke salon untuk mengeluh dan meminta pengembalian uang, namun mengatakan bahwa ahli kecantikannya "tidak menunjukkan penyesalan" dan tidak meminta maaf.
Danielle mengklaim, salon tersebut mencoba membuatnya menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa ia telah menerima uji tempel untuk mendapatkan uangnya kembali. Perempuan berusia 28 tahun ini menolak dan menghubungi pengacara untuk mengambil tindakan hukum terhadap salon tersebut.
Yang membuat Danielle frustrasi, pengacaranya mendapati salon tersebut beroperasi tanpa asuransi, sehingga ia berada dalam posisi tidak menguntungkan. "Saya tidak bisa menuntut atau mengeluh karena tidak punya hak untuk itu," katanya. "Saya hanya frustrasi. Saya tidak mengerti bagaimana mereka bisa lolos dengan menyebabkan luka seperti ini di wajah saya."
Â
Jadi Tidak Percaya Diri
Danielle melanjutkan, "Untungnya, itu tidak meninggalkan bekas luka permanen. Butuh waktu dua minggu untuk sembuh, pembengkakannya berangsur-angsur berkurang, tapi saya kesulitan melihat selama dua minggu."
Ia mengatakan perawatan itu juga berdampak besar pada liburannya. "Awalnya, saya akan pergi sendiri, tapi karena tidak percaya diri berjalan-jalan dengan alis seperti ini, adik saya terbang bersama saya sejak hari pertama."
"Alis saya membuat saya merasa sangat sadar diri. Saya harus berjalan-jalan memakai topi baseball dan kacamata hitam selama beberapa hari," ia menyambung. Danielle sangat marah karena salon dapat beroperasi tanpa asuransi dan membagikan foto-foto mengerikannya untuk memperingatkan orang lain agar berhati-hati dalam memilih ahli kecantikan.
"Orang-orang perlu tahu bahwa mereka perlu melakukan uji tempel jika hendak sulam alis," ujar dia. "Saya belum pernah sulam alis sebelumnya. Saya belum pernah kembali ke salon sejak itu dan saya tidak akan pernah menyulam alis saya lagi."
Advertisement
Tidak Lepas dari Risiko
Prosedur kecantikan memang tidak pernah lepas dari risiko efek samping, bahkan kematian. Tahun lalu, influencer, sekaligus bintang reality TV Brasil, Luana Andrade, meninggal dunia secara tragis setelah operasi sedot lemak dari lututnya gagal. Ia menghembuskan napas terakhir di usia 29 tahun, lapor NY Post, dikutip 10 November 2023.
Andrade pergi ke Rumah Sakit Sao Luiz di Sao Paulo pada 6 November 2023 untuk menjalani operasi sedot lemak lutut oleh seorang ahli bedah swasta dan ahli anestesi yang disewanya, menurut Globo 1. Ia dilaporkan mengalami "gangguan pernapasan" dan mengalami serangan jantung dua jam setelah operasi, menurut pernyataan rumah sakit.
Ahli bedah yang menanganinya tiba-tiba menghentikan prosedur dan melakukan tes pada pasien, yang diketahui menderita trombosis masif, ketika gumpalan darah menyumbat arteri. Ia kemudian dipindahkan ke ICU, namun sayangnya meninggal dunia pada 7 November 2023, pukul 5.30.
Emboli paru, penyumbatan arteri mendadak yang biasanya terjadi setelah kain terlepas dari pembuluh darah di kaki dan mengalir ke paru-paru, jadi penyebab resmi kematian Andrade setelah operasi plastik.
Kasus Berbeda
Di kasus berbeda, polisi Thailand meluncurkan penyelidikan terhadap Klinik Marichche di distrik Pak Kret, Provinsi Nonthaburi setelah seorang pelanggan kehilangan kesadaran dan meninggal dunia hanya enam jam setelah operasi pembesaran payudaranya selesai pada 23 Maret 2023.
Chatri Pinyai, seorang pengacara dari divisi hukum Departemen Kesehatan Thailand, mengatakan bahwa pembesaran payudara dianggap sebagai operasi besar. Tapi, klinik tersebut hanya memiliki izin untuk melakukan operasi kecil, dikutip dari The Thaiger, 30 Maret 2023.
Keluarga korban menuntut 10 juta baht (sekitar Rp4,4 miliar) sebagai kompensasi dari Klinik Marichche, yang setuju membayar biaya awal 100 ribu baht (sekitar Rp44 juta) untuk menutupi biaya pemakaman mendiang Kanokwan yang berusia 37 tahun.
Tuntutan kompensasi disampaikan dengan alasan korban, yang bekerja selama bertahun-tahun sebagai tukang pijat di Dubai, adalah tulang punggung keluarga dan mengirim uang ke rumah setiap bulan. Ibu Kanokwan, Champee, mengatakan, putrinya memperoleh gaji bulanan sekitar 40 ribu baht (sekitar Rp17,6 juta) di Dubai, setelah kembali ke Thailand hanya tiga hari sebelum operasi.
Segera setelah operasi Kanokwan selesai pada pukul 11 malam, ia mulai batuk. Sekembalinya ke rumah sekitar tengah malam, Kanokwan mengaku menderita sakit punggung. Pada pukul 4 pagi, saudara perempuan Kanokwan menemukannya tidak sadarkan diri dengan pakaian dalam yang kotor.
Petugas penyelamat melakukan CPR, tapi Kanokwan meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Bang Pa-In, lapor ThaiRath. Otopsi awal mengidentifikasi pendarahan di dada sebagai penyebab kematian Kanokwan, tapi tidak menyebut bahwa ini adalah penyebab langsung dari operasi plastik yang dijalani.
Advertisement