Liputan6.com, Jakarta - Sudah banyak penelitian yang mengungkap tentang kandungan mikroplastik pada udara hingga makanan. Namun, penelitian terbaru pada Februari 2024 membuat publik tercengang, karena 90 persen sampel protein hewani dan nabati dinyatakan positif mengandung mikroplastik.
Mengutip dari laman CNN, Selasa, 23 April 2024, situasi itu bahkan tak bisa dihindari kaum vegetarian, menurut sebuah penelitian pada 2021. Jika plastiknya cukup kecil, buah-buahan dan sayuran dapat menyerap mikroplastik melalui sistem akarnya dan memindahkan bahan kimia tersebut ke batang, daun, biji, dan buah tanaman.
Baca Juga
Garam bisa dikemas dengan plastik. Sebuah studi pada 2023 menemukan garam kasar merah muda Himalaya yang ditambang dari tanah memiliki mikroplastik paling banyak, diikuti garam hitam dan garam laut. Gula juga merupakan "jalur penting paparan mikropolutan ini pada manusia," menurut sebuah penelitian pada 2022.
Advertisement
Termasuk kantong teh, kebanyakan terbuat dari plastik yang dapat melepaskan plastik dalam jumlah besar. Para peneliti di Universitas McGill di Quebec, Kanada menemukan bahwa menyeduh satu kantong teh plastik melepaskan sekitar 11,6 miliar partikel mikroplastik dan 3,1 miliar nanoplastik ke dalam air.
Beras juga merupakan pelakunya. Sebuah penelitian di University of Queensland menemukan bahwa untuk setiap 100 gram (setengah cangkir) nasi yang dikonsumsi seseorang, mereka mengonsumsi tiga hingga empat miligram plastik.
Jumlah tersebut melonjak menjadi 13 miligram per porsi untuk nasi instan. Anda dapat mengurangi kontaminasi plastik hingga 40 persen dengan mencuci beras, kata para peneliti. Hal ini juga membantu mengurangi arsenik yang terkandung dalam beras dalam jumlah tinggi.
Temuan Air Kemasan Mengandung Mikroplastik
Jangan lupakan air kemasan. Satu liter air setara dengan dua air kemasan ukuran standar yang mengandung rata-rata 240 ribu partikel plastik dari tujuh jenis plastik, termasuk nanoplastik, menurut sebuah penelitian pada Maret 2024. Meskipun mikroplastik telah ditemukan di paru-paru manusia, jaringan plasenta ibu dan janin, ASI, dan darah manusia, hingga saat ini hanya ada sedikit penelitian tentang bagaimana polimer ini memengaruhi organ dan fungsi tubuh.
Sebuah studi pada Maret 2024 menemukan orang dengan mikroplastik atau nanoplastik di arteri pada leher dua kali lebih mungkin terkena serangan jantung, stroke, atau kematian karena sebab apa pun selama tiga tahun ke depan dibandingkan orang yang tidak memilikinya.
Nanoplastik adalah jenis polusi plastik yang paling mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia, kata para ahli. Hal ini karena partikel yang sangat kecil dapat menyerang sel dan jaringan individu di organ-organ utama, berpotensi mengganggu proses seluler dan menyimpan bahan kimia yang mengganggu endokrin seperti bisfenol, ftalat, penghambat api, zat per dan polifluorinasi, atau PFAS, dan logam berat.
Advertisement
Dampak Buruk bagi Kesehatan
"Semua bahan kimia tersebut digunakan dalam pembuatan plastik, jadi jika plastik masuk ke tubuh kita, bahan kimia tersebut juga ikut terbawa," kata Sherri Sam Mason, direktur keberlanjutan di Penn State Behrend di Erie, Pennsylvania. CNN dalam wawancara sebelumnya.
"Karena suhu tubuh lebih tinggi dibandingkan suhu di luar, bahan kimia tersebut akan bermigrasi keluar dari plastik dan berakhir di tubuh kita," kata Mason.
Ia menyambung, bahwa bahan kimia tersebut dapat dibawa ke hati, ginjal, dan otak Anda dan bahkan melewati batas plasenta dan berakhir pada janin. Sementara saat ini, tidak ada konsensus ilmiah mengenai potensi dampak kesehatan dari partikel nano dan mikroplastik.
"Karena itu, pemberitaan media berdasarkan asumsi dan dugaan tidak lebih dari sekadar menakut-nakuti masyarakat,” kata juru bicara Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan Internasional, sebuah asosiasi industri, kepada CNN sebelumnya.
Hampir Tidak Ada Bahan Makanan Bebas Mikroplastik
Dalam studi Februari 2024, yang dipublikasikan di Environmental Research, para peneliti mengamati lebih dari selusin protein yang biasa dikonsumsi. Bahan makanan tersebut seperti daging sapi, udang yang dilapisi tepung roti dan jenis lainnya, dada ayam dan nugget, daging babi, makanan laut, tahu, dan beberapa alternatif daging nabati.
Studi ini menunjukkan bahwa semua jenis protein mengandung mikroplastik, termasuk protein hewani dan nabati. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jenis makanan yang benar-benar bebas dari kontaminasi mikroplastik.
Dalam penelitian yang sama, peneliti juga menemukan bahwa makanan laut, seperti udang, mengandung jumlah mikroplastik yang lebih tinggi daripada jenis protein lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan laut dapat menjadi sumber paparan mikroplastik yang signifikan bagi manusia.
Meskipun belum ada konsensus ilmiah tentang dampak kesehatan mikroplastik pada manusia, penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus lebih waspada terhadap kontaminasi mikroplastik dalam makanan yang kita konsumsi. Mencuci makanan dengan hati-hati dan memilih produk yang dikemas dengan plastik yang lebih sedikit dapat membantu mengurangi paparan mikroplastik.
Sebagai cara melindungi kesehatan manusia dan lingkungan, langkah-langkah perlu diambil untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mempromosikan penggunaan alternatif yang ramah lingkungan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari paparan mikroplastik dan mengembangkan solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement