Sukses

Virus Flu Burung Ditemukan dalam Susu Pasteurisasi di Amerika Serikat, Apa Aman Dikonsumsi?

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan potongan-potongan virus flu burung telah terdeteksi pada beberapa sampel susu pasteurisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan bahwa potongan-potongan virus flu burung telah terdeteksi pada beberapa sampel susu pasteurisasi (proses pemanasan makanan atau minuman untuk menghilangkan bakteri dan kuman yang bisa menyebabkan pembusukan dan penyakit). Meskipun badan tersebut menyatakan bahwa susu tersebut aman untuk diminum, pihaknya masih menunggu hasil penelitian untuk mengonfirmasi hal ini.

Mengutip NBC News pada Rabu, 24 Februari 2024, temuan ini muncul kurang dari sebulan setelah wabah flu burung jenis H5N1 ditemukan untuk pertama kalinya pada kawanan sapi perah di beberapa negara bagian. Sejak saat itu, penyakit ini juga telah terdeteksi pada kawanan ternak di delapan negara bagian.

FDA bekerja sama dengan Departemen Pertanian AS (USDA) dan juga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, untuk menyelidiki wabah ini. Mereka menguji sampel untuk membuktikan kebenaran adanya virus tersebut dengan metode pengujian PCR. Metode pengujian tersebut dilakukan dengan mencari potongan materi genetik dari virus.

Temuan awal menunjukkan hasil positif. Meskipun begitu, hal itu tidak bisa langsung disimpulkan bahwa virus hidup yang ditemukan dapat menular.

"Berdasarkan informasi yang tersedia, pasteurisasi kemungkinan akan menonaktifkan virus, namun proses tersebut diperkirakan tidak akan menghilangkan keberadaan partikel virus," kata badan tersebut dalam rilis yang dipublikasikan pada Selasa malam, 23 April 2024. "Sampai saat ini, kami belum melihat adanya hal yang dapat mengubah penilaian kami bahwa pasokan susu komersial aman."

2 dari 4 halaman

Melakukan Pengujian Lanjutan

FDA secara khusus menguji apakah pasteurisasi menonaktifkan flu burung dalam susu sapi atau tidak. Hasil temuan ini akan keluar dalam "beberapa hari hingga minggu ke depan," kata badan tersebut.

Sebagai bagian dari pengujiannya, mereka akan menggunakan apa yang disebut tes inokulasi telur yang dianggap sebagai standar emas untuk menentukan apakah suatu sampel menular. Tes ini akan menggunakan telur ayam, dengan telur tersebut disuntik dengan sedikit susu yang terinfeksi. Telur tersebut akan dipantau untuk melihat apakah virus bersifat aktif dan mulai berkembang biak.

Pakar penyakit menular dan direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota, Michael Osterholm, mengatakan tidak terkejut dengan temuan awal tersebut.

"Jika Anda menguji sebagian besar susu, Anda akan menemukan E. coli, listeria, dan bahan lain di dalamnya juga, tapi semuanya mati. Pasteurisasi tidak menghilangkannya, hanya membunuh mereka," katanya. Artinya, partikel yang mati akan kecil kemungkinannya menyebabkan seseorang sakit.

"Saya sama sekali tidak akan kesulitan minum susu malam ini dari sudut pandang influenza," kata Osterholm. "Cucu-cucu saya bisa minum susu malam ini."

3 dari 4 halaman

Satu Orang Telah Terinfeksi

Namun, ada informasi yang kurang mengenai masalah ini yang berasal dari departemen pertanian Amerika Serikat (USDA), katanya. Diperlukan lebih banyak data untuk memahami sepenuhnya apa yang terjadi dengan virus flu burung yang menyerang sapi perah.

"Kami membutuhkan banyak informasi tambahan yang belum tersedia," kata Osterholm. "Kami tidak mengetahui epidemiologi di peternakan ini. Kita tidak tahu berapa banyak peternakan, berapa banyak sampelnya. Kami sangat prihatin."

FDA juga merekomendasikan agar produsen susu melakukan pencegahan saat membuang susu dari sapi yang sakit agar susu yang dibuang tidak menjadi sumber penularan. Satu orang telah terinfeksi selama wabah saat ini. Orang tersebut adalah pekerja susu di Texas. Ia menderita penyakit ringan dan menderita konjungtivitis, atau penyakit mata merah.

Seorang pejabat senior di CDC juga mengatakan bahwa badan tersebut sedang memantau situasi untuk mencari tanda-tanda penyakit yang tidak biasa pada manusia. Sejauh ini, mereka belum melihat adanya penyakit lain selain kasus di Texas. Meski begitu, virus ini masih menjadi perhatian para pejabat kesehatan, mengingat tingkat kematiannya yang sangat tinggi, yaitu sekitar 50 persen. 

Flu burung tidak menular dengan mudah dari orang ke orang, meski ada kekhawatiran bahwa penyakit ini dapat bermutasi dari yang menyebar di antara sapi, hingga menyebar juga di antara manusia. Sejauh ini, tidak ada bukti yang menunjukkan hal itu telah terjadi, menurut CDC.

4 dari 4 halaman

Penyebab dan Cara Mencegah Virus Flu Burung

Secara umum, penyebab flu burung adalah virus flu burung atau yang disebut virus H5N1. Sama halnya dengan virus penyebab penyakit COVID-19, virus H5N1 juga bermutasi dan memunculkan varian virus baru. 

Mulanya, flu burung adalah hal alami dan biasa pada unggas liar. Meski begitu, flu burung dapat menyebar ke unggas domestik, seperti ayam, kalkun, bebek, dan angsa. Mengutip Kanal Hot Liputan6.com pada Rabu, 24 April 2024, penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan kotoran burung yang terinfeksi, atau sekresi dari hidung, mulut atau matanya.

Selain pada hewan, virus ini pun bisa terjadi pada manusia. Penyebab flu burung pada manusia juga bisa dipicu oleh pasar terbuka, seperti tempat telur dan burung dijual. Pasar menjadi salah satu sarang infeksi dan dapat menyebarkan penyakit ke masyarakat luas. Daging unggas yang kurang matang atau telur dari unggas yang terinfeksi dapat menularkan flu burung. 

Salah satu cara menanganinya yaitu dengan vaksinasi. Vaksinasi menjadi satu langkah penting untuk mencegah penularan flu burung lebih meluas pada manusia. Selain itu, selalu jaga kebersihan diri mulai dari sesederhana cuci tangan yang bersih. Ini adalah salah satu cara paling sederhana dan terbaik untuk mencegah segala jenis infeksi. 

Video Terkini