Liputan6.com, Jakarta - Visual undangan pernikahan berbeda dari biasanya mencuri perhatian warga jagat maya. Alih-alih estetis, calon pengantin dan keluarganya memilih pendekatan lebih praktis, namun berguna dengan menempelkan undangan tersebut di produk bumbu instan.
Penampakan undangan pernikahan simpel ini dibagikan akun Instagram @ustadzahmadhomsani, Jumat, 19 April 2024, menulis, "Undangan di Cisauk (Kabupaten Tangerang) simpel pakai royco. Beres. Ini patut dicontoh." Undangan dalam selembar kertas kecil itu tetap memuat informasi penting, mulai dari nama kedua calon mempelai, tempat dan waktu pernikahan, sampai nama orangtua.
Baca Juga
Ide undangan pernikahan praktis ini mendapat pujian banyak warganet. "Di tempatku kalo buat ibu-ibu atau anak muda modelnya begini, kaya permen dua buah diklip. Kalo buat bapaknya undangan kertas jadi dapet dua," komentar seorang pengguna di video yang sudah mencatat empat juta penayangan saat artikel ini ditulis.
Advertisement
"Praktis, murah, berguna. Soalnya undangan mahal-mahal pun ujungnya dibuang juga," sahut yang lain. "Lebih bermanfaat ketimbang undangan kertas. Udahlah mahal ehh kadang gak sampe (sempat) dibuka."
Ada juga yang menyebut bahwa di daerah rumah mereka, undangan pernikahan biasanya diberikan bersama sesaset kopi instan. "Kayaknya tergantung kesepakatan ya, tapi coba kalau bisa jangan produk yang diboikot (terkait dukungan pada Palestina)," sebut pengguna berbeda.
"Bener juga, bagus gini kepake daripada kebuang 😂," warganet lain setuju. "Gak berlaku di daerahku deh kayaknya. Bakal dinyinyirin seumur hidup itu," timpal seorang pengguna.
Bumbu Dapur Jadi Seserahan
Tidak hanya di undangan pernikahan, bumbu dapur sebelumnya sudah dijadikan seserahan. Ya, alih-alih hantaran berisi ragam barang branded, pengantin perempuan asal Malaysia bernama Siti Masnida Abdul Malek memilih bumbu dapur sebagai seserahan pernikahan.
Berbicara pada mStar, dikutip 16 Januari 2024, Nida, sapaan akrabnya, mengaku menghabiskan 50 ringgit (sekitar Rp166 ribu) untuk mengisi tujuh nampan hantaran. Bingkisan itu dibalas pengantin pria dengan membawa lima nampan, juga berisi bumbu dapur, seharga 85 ringit (sekitar Rp283 ribu).
"Keputusan memberikan bumbu dapur sebagai seserahan merupakan kesepakatan bersama dengan suami," kata perempuan berusia 34 tahun tersebut.
Ia menyambung, "Karena saya tipe orang yang suka memasak, kami memilih menggunakan bumbu-bumbu kering saja karena mudah dan tidak boros. Kami tidak ingin mengikuti kebiasaan menempatkan barang-barang pribadi yang jauh lebih mahal. Kami sudah punya semuanya."
Advertisement
Tidak Sewa MUA dan Fotografer
Menurut Nida, upacara pernikahan dengan suaminya, Yusri (35), juga berlangsung sederhana dan hanya dilakukan satu kali di kediamannya di Manchis, Bentong, Pahang. Seperti yang diunggah di TikTok, Nida memperlihatkan nampan hantaran berisi bawang bombai, kentang, bunga kantan, jahe, kunyit, lengkuas, dan jeruk nipis.
Kemudian, ada satu nampan seserahan pernikahan berisi satu set kecap, kerupuk, dan bubuk kari.Terdapat pula nampan berisi ikan sarden, asam jawa, teh hijau, santan dan ragam bumbu, minyak, serta tepung.
Kian minim bujet, Nida bahkan tidak menyewa makeup artist atau fotografer profesional untuk hari bahagianya yang berlangsung pada 31 Desember 2023. Ia berbagi, "Kami hanya melakukan akad nikah. Tapi, pihak suami mengeluarkan biaya lebih banyak untuk bahan baku pesta kami, termasuk barang hantaran yang kami beli satu kali dan dibagi-bagi."
"Banyak keuntungan melakukan hal seperti ini dari segi penghematan biaya," imbuhnya. "Hantaran dan mejanya dibuat sendiri. Menu makanannya juga bisa bervariasi jika dibuat warga dan keluarga. Tukang rias dan fotografernya juga dari kalangan teman-teman."
Ogah Terlilit Utang
Perempuan yang menjalankan usaha kerupuk lekor bersama suaminya ini mengatakan, baju pengantin dan baju kurung berwarna putih yang mereka pakai di hari pernikahan dibeli dari butik setempat dengan harga kurang dari 600 ringgit (sekitar hampir Rp2 juta).
Berbicara lebih jauh mengenai konsep acara pernikahan hemat biaya, Nida mengaku keputusan tersebut cukup sulit diterima keluarga kedua belah pihak. Namun, setelah ia dan suami menjelaskan bahwa kehidupan setelah menikah membutuhkan biaya lebih, rata-rata anggota keluarga setuju dengan apa yang mereka lakukan.
"Awalnya keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, agak menolak. Tapi ketika diberi penjelasan, mereka menerimanya dengan baik. Saya tahu ada yang membicarakannya, tapi kami menutup telinga," bebernya.
Ia melanjutkan, "Kelebihan uang ini bisa kami simpan untuk keadaan darurat. Kami baru saja kembali dari bulan madu di Sabah. Kami senang bisa berlibur dan Alhamdulillah masih punya uang dan tabungan. Yang lebih penting, kami tidak terlilit utang."
"Saran saya bagi yang terinspirasi, tapi takut mengikuti ide kami, kalian hanya harus sedikit bertekad. Lawan arus dengan keteguhan hati. Ubah mentalitas yang mengatakan pernikahan membutuhkan banyak pengeluaran sementara kita bisa menekan banyak biaya," tandasnya.
Advertisement