Sukses

Singapore Airlines Didenda Rp42 Jutaan karena Penumpang Komplen Kursi Tak Bisa Direbahkan Selama Penerbangan 14 Jam

Singapore Airlines sebelumnya menawarkan kompensasi miles untuk sepasang penumpang yang tak bisa merebahkan kursi kelas bisnisnya secara elektronik.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Singapore Airlines diperintahkan untuk membayar dua penumpangnya sebesar 200.000 rupee, sekitar Rp39 jutaan, ditambah biaya lainnya. Sebelumnya, kedua penumpang mengajukan keluhan mengenai kursi recliner maskapai Singapura itu dalam penerbangan dari Hyderabad, India, ke Australia.

Kasus bermula pada 23 Mei 2023. Ravi Gupta yang menjabat sebagai direktur jenderal kepolisian negara bagian Telengana, India, bepergian bersama istrinya di kelas bisnis. Dengan membayar tiket total 133.500 rupee (sekitar Rp26 juta), keduanya tak mendapat layanan maksimal dalam penerbangan jarak jauh tersebut.

Kursi penumpang kelas bisnis itu semestinya bisa direbahkan otomatis menggunakan tombol elektronik. Pasangan itu diketahui membeli tiket kelas bisnis Z yang mendapat potongan harga tapi tidak bisa dikembalikan.

Mengutip The Strait Times, Minggu (28/4/2024), faktanya kursi mereka tidak dapat direbahkan. Ravi menyatakan akibat kerusakan tersebut, dia harus terjaga selama hampir 14 jam, menurut media India Deccan Chronicle.

Keluhan mereka sebelumnya direspons dengan tawaran maskapai untuk masing-masing mendapat 10.000 KrisFlyer miles. Namun, mereka menolak tawaran tersebut.

Dia pun mengajukan pengaduan ke Komisi Penyelesaian Sengketa Konsumen Distrik-III di Hyderabad. Komisi itu memerintahkan Singapore Airlines mengembalikan 97.500 rupee kepada pasangan tersebut, bersama dengan biaya bunga sebesar 12 persen sejak tanggal pengaduan.

Maskapai penerbangan juga harus menanggung biaya sebesar 100.000 rupee untuk "penderitaan mental dan fisik" yang dialami keduanya, serta membayar 10.000 rupee untuk menutupi biaya pengaduan tersebut. Total dendanya sekitar Jumlah totalnya sekitar 3.580 dolar Singapura atau sekitar Rp42 juta.

 

 

2 dari 4 halaman

Belum Diketahui Apakah Akan Bayar Denda

Dalam pengaduannya, pasangan tersebut mengaku merasa seperti penumpang kelas ekonomi. Hanya saja, mereka memiliki ruang kaki ekstra, lapor Deccan Chronicle. Dalam pernyataannya kepada The Straits Times, pihak maskapai mengakui keputusan komisi tersebut.

"SIA dapat mengonfirmasi bahwa meskipun fungsi sandaran otomatis pada kursi Tuan dan Nyonya Gupta rusak, fungsi sandaran manual berfungsi. Kami meminta maaf kepada Tuan dan Nyonya Gupta atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh masalah mekanis ini," kata pihak maskapai. Maskapai tidak menjawab pertanyaan apakah mereka akan membayar pasangan tersebut sesuai perintah atau mengajukan banding terhadap keputusan tersebut.

Sementara itu, Indigo Airlines diperintahkan membayar penumpang sebesar rupee 30.000 karena tidak memberi tahu sebelumnya tentang pembatalan penerbangannya. Penerbangan pria tersebut dijadwalkan pada pukul 10.05, sementara maskapai mengirimkan pesan tersebut pada pukul 4.31 pagi di hari yang sama, lapor The New Indian Express.

Dia baru melihat pesan itu pada jam 8 pagi, ketika sedang dalam perjalanan ke bandara. Maskapai tersebut mengatakan bahwa pembatalan penerbangan tersebut disebabkan oleh "kendala operasional yang berada di luar kendali mereka", namun tidak dapat memberikan bukti mengenai hal ini di kemudian hari.

3 dari 4 halaman

Kasus Pengembalian Dana Gara-Gara Kursi Penumpang Basah

Kasus pengembalian dana terkait kursi penumpang juga dialami sepasang suami istri asal Selandia Baru. Mereka sebelumnya mengklaim duduk di kursi pesawat yang diduga basah karena air kencing.

Klaim pasangan itu tersebut terjadi dalam penerbangan internasional Qantas Airways yang panjang. "Sekarang kami tahu bahwa kami telah menduduki air kencing selama 10 jam perjalanan," kata salah satu pelancong dari Wellington yang tidak disebutkan namanya, kepada New Zealand Herald, dikutip New York Post, Rabu, 18 Januari 2024.

Insiden tak menyenangkan ini terjadi pada 30 Desember 2023 ketika pasangan ini terbang dari Bangkok, Thailand, ke Sydney, Australia, dalam perjalanan ke tanah air mereka. Penerbangan menjadi kacau ketika salah satu dari mereka meletakkan bantal Qantas dan barang-barang lainnya di bawah kursi di depan mereka.

Saat akan diambil, bantal tersebut dilaporkan dalam kondisi lembap. Kondisi lembap juga terjadi dengan kantong duty-free mereka yang berisi barang-barang senilai 70 dolar AS (Rp1 juta), kotak ponsel, dan bantal leher portabel.

Setelah beberapa jam, salah satu penumpang merogoh kolong kursi dan menemukan celana dalam anak-anak. Ia lantas menyimpulkan bahwa yang diduga "air" tersebut sebenarnya adalah air kencing.

4 dari 4 halaman

Ditemukan Celana Dalam Anak-Anak

Artinya, pasangan tersebut telah menduduki air kencing selama 10 jam penerbangan mereka. Selain itu, salah satu penumpang mengaku telah menggunakan bantal leher yang kotor tersebut selama beberapa jam "dengan asumsi hanya sedikit basah karena air".

Penumpang membuang bantal perjalanan yang diduga terkena air kencing itu serta kantong duty-free beserta isinya saat mendarat. Mereka kemudian berbicara dengan supervisor maskapai penerbangan, yang dilaporkan menawarkan 10.000 poin Qantas untuk masalah mereka.

Pasangan ini merasa dirugikan menganggap penggantian yang diberikan tidak sepadan dan menambahkan bahwa poin tersebut tidak berguna karena mereka tidak berencana untuk terbang dengan perusahaan itu lagi. Ketika pasangan tersebut memohon kepada Qantas untuk memberikan pengembalian dana penuh, permintaan mereka awalnya ditolak karena "tiket mereka telah digunakan sepenuhnya," berdasarkan email yang dikirimkan maskapai kepada pasangan itu pada 10 Januari 2024.

Mereka menganggap tanggapan ini "tidak dapat diterima" dan menuntut 3.827 dolar AS (Rp59,7 juta), biaya perjalanan Bangkok-Sydney, Yahoo News melaporkan. Setelah berbagai perundingan, Qantas akhirnya menyerah dan memberikan penggantian biaya penuh kepada para pelancong, serta permintaan maaf atas insiden tersebut.