Sukses

Viral Video Polisi Pria Amerika Serikat Buka Paksa Hijab 4 Mahasiswi Peserta Demo Pro Palestina

Senior para polisi Amerika itu membela tindakan koleganya dengan alasan hijab yang dipakai mahasiswi peserta demo pro Palestina itu bisa digunakan untuk menyimpan senjata.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi demonstrasi para mahasiswa di Amerika Serikat yang menuntut divestasi Israel dari negara dan kampus mereka terus berlanjut dengan banyak drama. Salah satu yang jadi sorotan adalah tindakan polisi yang membuka paksa hijab empat mahasiswa Arizona State University (ASU) pada akhir pekan lalu.

Mengutip laman kold.com, Rabu (1/5/2024), aksi tidak terpuji polisi itu terekam dalam sebuah video yang kemudian beredar viral di media sosial. Sekitar empat polisi pria berompi anti-peluru terlihat mengelilingi beberapa mahasiswi berhijab yang tangannya diborgol. Rekaman itu diambil dari seberang jalan.

Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) Arizona mengecam tindakan tersebut. David Chami, pengacara sekaligus anggota dewan sukarela CAIR Arizona menyatakan tidak ada alasan sah untuk petugas menggeledah mereka. Walaupun mereka ditahan, petugas perempuan lah yang seharusnya menggeledah mereka secara pribadi, bukan di tempat terbuka oleh empat petugas laki-laki.

 

“Sangat jelas sejak awal bahwa penegak hukum bertekad untuk menghancurkan protes tersebut, untuk mencegah para mahasiswa dan warga negara menjalankan hak Amandemen Pertama mereka. Ini mengingatkan kita pada apa yang akan Anda lihat di negara otoriter. Ini bukan apa yang Anda harapkan terjadi di Amerika Serikat," kata Chami.

Chami menegaskan bahwa demo pro Palestina dilakukan secara damai. Menurutnya, tidak ada alasan bahwa para demonstran tersebut menyimpan senjata. "Tidak ada kecurigaan yang masuk akal bahwa siapapun memiliki senjata. Tidak ada ancaman pada petugas yang masuk akal. Dan hanya karena kami bisa melakukan sesuatu tidak berarti kamu harus melakukan sesuatu itu," imbuh Chami.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Aksi Polisi Dibela Seniornya

Sebelumnya, pensiunan petugas Polisi Mesa, Bill Richardson, membela para koleganya dengan mengatakan polisi berhak menggeledah seseorang secara benar. Dia menjelaskan senjata seperti senjata kecil dan pisau cukur bisa disembunyikan di balik jilbab. Dia menjelaskan, satu-satunya upaya penggeledahan yang membutuhkan perintah pengadilan adalah untuk penggeledahan rongga tubuh.

"Cuma prosedurnya saja. Itulah yang harus dilakukan. Mungkin terlihat buruk dan menyinggung perasaan orang, namun kenyataannya hal itu sah dan harus dilakukan untuk melindungi petugas dan masyarakat," kata Richardson.

Richardson juga beralasan bahwa polisi perlu menggeledah seseorang yang ditangkap sebelum mereka dimasukkan ke dalam kendaraan polisi. Karena itu, ia melihat para polisi tidak melanggar aturan apapun.

"Jika petugas tidak melakukan tugasnya, mereka akan berada dalam masalah jika seseorang yang mereka tangkap memiliki senjata yang disembunyikan di balik jilbab dan mereka mengeluarkannya dan mulai menembak dan orang yang tidak bersalah tertembak dan seorang petugas polisi tertembak karena petugas tersebut ditembak karena takut untuk menggeledah mereka karena mereka berhijab. Sekarang, di mana kita?" kata Richardson.

3 dari 4 halaman

Mahasiswi yang Dipaksa Buka Hijab Diskors Kampus

Chami kembali menegaskan penggeledahan tidak diperlukan. Ia juga mengklaim para pengunjuk rasa yang ditangkap tidak dibacakan hak Miranda mereka. Sementara, pihak kampus ASU sudah dimintai tanggapannya. Mereka menyatakan bahwa masalah tersebut sedang ditinjau.

Chami mengatakan, empat mahasiswa yang diduga hijabnya dilepas paksa telah diskors kampus dan tidak bisa menghubungi dosennya. Dia mengatakan para siswa telah menunjuk pengacara. Ia menjelaskan bahwa CAIR-AZ dan dirinya, dalam kapasitas tertentu, akan terlibat dalam tindakan hukum.

Direktur Eksekutif CAIR Arizona, Azza Abuseif, mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Amandemen Pertama menjamin kebebasan beragama. Polisi tidak dapat menangguhkan hak ini. Kami mengutuk tindakan polisi ASU yang dilaporkan dan menyerukan penyelidikan penuh atas insiden ini."

ACLU Arizona ikut mengomentari tindakan polisi tersebut lewat unggahan di X, "Video yang menunjukkan polisi secara paksa melepas pakaian keagamaan seorang wanita adalah keterlaluan. Muslim, seperti kita semua di Amerika Serikat, mempunyai hak untuk menjalankan agama mereka. Penegakan hukum harus menghormati hak kebebasan beragama setiap orang yang melakukan protes di Arizona."

4 dari 4 halaman

Dalih Kampus Biarkan Polisi Tangkapi Demonstran

Mengutip CNN, pada Sabtu pagi, 27 April 2024, Polisi ASU menahan 69 orang karena masuk tanpa izin setelah “perkemahan tidak sah” didirikan, menurut rilis dari universitas. Menurut pihak kampus, sekelompok orang yang 'kebanyakan bukan mahasiswa, dosen, atau staf ASU' telah membuat perkemahan dan demonstrasi mereka berlangsung hingga pukul 23.00, waktu setempat pada Jumat, 26 April 2024, ketika kelompok tersebut 'berulang kali' diperintahkan untuk bubar.

Mereka yang menolak untuk pergi setelah beberapa kali diperingatkan, ditangkap dan didakwa melakukan pelanggaran pidana, kata rilis tersebut. ASUs mengatakan meskipun perkemahan dilarang di properti ASU, 'demonstrasi yang sah' diperbolehkan terjadi di kampus, kecuali antara jam 11 malam. dan jam 5 pagi.

"Meskipun universitas akan terus menjadi lingkungan yang menganut kebebasan berpendapat, prioritas pertama ASU adalah menciptakan lingkungan yang aman dan terjamin yang mendukung pengajaran dan pembelajaran," bunyi pernyataan itu. Tiga orang juga ditangkap di kampus ASU pada Jumat sehubungan dengan perkemahan, lapor CNN sebelumnya.