Liputan6.com, Jakarta - Banjir bandang menggenangi jalan-jalan di Riyadh akibat dari hujan lebat yang mengganggu kehidupan di Arab Saudi pada Selasa, 1 Mei 2024. Pihak berwenang Arab Saudi menutup sekolah-sekolah di beberapa wilayah menyusul banjir bandang di gurun Teluk.
Mengutip dari laman The Economic Times, Jumat, (3/5/2024), Pusat Meteorologi Nasional mengeluarkan peringatan merah untuk Qassim dan wilayah lain, ibu kota Riyadh, dan provinsi Madinah yang berbatasan dengan Laut Merah. Mereka memperingatkan akan adanya "hujan lebat disertai angin kencang, kurangnya jarak pandang horizontal, hujan es, hujan lebat, dan petir."
Baca Juga
Cek Fakta: Tidak Benar Video Cristiano Ronaldo Nonton Langsung di Stadion Laga Arab Saudi Vs Timnas Indonesia
Terinspirasi Suporter Jepang, Fans Timnas Indonesia Bersihkan Sampah di GBK Usai Laga Lawan Arab Saudi
Top 3 Berita Bola: Shin Tae-yong Ungkap Strategi Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Arab Saudi
Curah hujan lebat yang terjadi minggu ini di Arab Saudi terjadi setelah hujan lebat yang melanda wilayah tersebut pada pertengahan April, menewaskan 21 orang di Oman dan empat di UEA. Tak hanya wilayah Riyadh, sebelumnya dalam unggahan media sosial Al Jazeera di YouTube maupun Instagram terlihat luapan air juga menggenangi kota Madinah pada 29 April 2024.
Advertisement
"Video menunjukkan hujan lebat dan banjir melanda sebagian kota #Medina di Arab Saudi," tulis akun resmi Instagram Al Jazeera @aljazeeraenglish, diunggah pada 1 Mei 2024.
Terlihat air yang menggenangi mobil-mobil milik warga, serta jalanan yang luber dengan air banjir. Warganet dunia pun bersuara terkait peristiwa banjir ini.
"Kekuatan Allah! Bebaskan palestina," tulis seorang warganet.
"Kita tidak membutuhkan pemimpin atau negara Arab untuk meraih kemenangan!Kita HANYA membutuhkan YANG MENCIPTAKAN KITA: ALLAH!," yang lain menambahkan.
"Para pemimpin mengira mereka kuat? Allah dapat menghilangkan kekuatan mereka dalam waktu singkat!!" warganet lain menimpali.
"Video ini menunjukkan kuasa-Nya!!" tulis yang lain.
"Air mata anak-anak Gaza... Nikmati Starbucks Anda sekarang," tulis warganet pendukung Palestina.
"Apakah mereka tidak dapat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah???😢 Ataukah mereka masih buta dan diam?" komentar warganet menyindir dengan salah satu ayat Al-Quran.
Kesaksian Mahasiswa Indonesia Saat Demo Pro-Palestina
Gerakan protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat menjadi sorotan global dalam beberapa minggu terakhir, diinisiasi mahasiswa Columbia University. Protes bukan hanya terjadi di Columbia University, tapi menyebar hingga ke kampus-kampus lain di AS, salah satu yang terdekat adalah New York University (NYU).
Tim Lifestyle Liputan6.com menghubungi salah seorang mahasiswa Indonesia yang berada di New York. Nafasya Maura (25) asal Jakarta yang saat ini tengah berkuliah di NYU mengungkapkan bahwa protes anti-Israel mulai kencang terdengar di kampus-kampus AS sejak 17 April 2024.
"NYU sendiri mengeluarkan memorandum yg isinya kedatangan NYPD dan pihak keamanan dilakukan karena mereka mengutamakan keamanan civitas akademika," kata Nafasya lewat pesang langsung Instagram pada Minggu, 28 April 2024.
Dalam tangkapan layar yang dibagikannya, tertulis NYU telah menutup Gould Plaza sebagai respons atas demonstrasi mahasiswa tanpa izin dari pihak kampus.
"Sebagai resposnnya, universitas segera menutup akses ke plaza untuk menjaga keamanan; kami memasang penghalang, dan menegaskan kami tidak akan mengizinkan pengunjuk rasa tambahan untuk bergabung karena protes tersebut sudah sangat mengganggu kelas dan kegiatan lain di kampus di sekitar plaza," keterangan dari NYU dalam memorandum yang diterbitkan pada 22 April 2024.
Advertisement
Mahasiswa Dirikan Tenda di Sisi Kampus
Dari laporan Nafasya, pada Kamis, 25 April 2024 mahasiswa mulai membuat tenda-tenda di salah satu sisi kampus. Dikabarkan bahwa saat ini keadaan menjadi semakin ramai. Belum diketahui apakah akan ada eskalasi lanjutan para demonstran di NYU ke depannya namun tampaknya belum ada tanda-tanda protes akan dihentikan hingga berita ini dirilis.
Nafasya juga menyampaikan bahwa pihak kampus, baik dari dosen dan staf tidak merekomendasikan international students atau mahasiswa asing untuk mengikuti demo. Bahkan, saat keadaan memanas saat unjuk rasa pada 17 April 2024, dosen juga meminta para mahasiswa untuk pulang.
Columbia University yang terletak di Kota New York jadi pemicu awal bergeraknya serangkaian protes pro-Palestina yang menyebar ke kampus-kampus lain di seluruh AS. Protes tersebut nyatanya digagas dengan latar belakang penolakan investasi kampus terhadap pembuat senjata dan Pemerintah Israel.
"Protes di Columbia itu digagas sama mahasiswa karena mereka tidak mau Columbia melanjutkan investasi ke pembuat senjata dan perusahaan lain yang mendukung militer dan Pemerintah Israel," tutur Nafasya.
Pemicu Mahasiswa Unjuk Rasa
Meski tidak ikut demonstrasi secara langsung karena alasan keamanannya sebagai mahasiswa asing, Nafasya mengatakan bahwa ada setidaknya sepuluh orang mahasiswa Indonesia yang mengikuti unjuk rasa tersebut. Ia juga menambahkan bahwa mereka juga tidak ikut dalam protes sepenuhnya akibat kondisi keadaan mereka sebagai pemegang visa pelajar di negara asing.
Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, Senin, 29 April 2024, protes pro-Palestina yang menyebar ke kampus-kampus di seluruh Negeri Paman Sam semakin dipicu oleh penangkapan massal lebih dari 100 orang di kampus Columbia University lebih dari seminggu yang lalu. Pada Minggu, 28 April 2024, demonstrasi duel fisik pecah di University of California, Los Angeles (UCLA), setelah kelompok-kelompok luar berdemonstrasi menentang kelompok pro-Palestina.
Dalam pernyataannya, Wakil Rektor Komunikasi Strategis UCLA Mary Osako menjelaskan sekelompok demonstran melanggar penghalang yang dimaksudkan untuk memisahkan kedua kelompok pengunjuk rasa. Osako mengatakan hal ini mengakibatkan "pertengkaran fisik".
"UCLA memiliki sejarah panjang sebagai tempat protes damai. Kami sedih atas kekerasan yang terjadi," ujarnya seperti dilansir CBS News.
Advertisement