Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Awu di Pulau Sangihe Besar yang Terkenal Dahsyat Letusannya

Letusan besar Gunung Awu terakhir terjadi pada 2004. Saat itu kubah lava baru muncul dan terlihat mirip dengan Gunung Kelud di Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Awu merupakan gunung berapi yang mendominasi bagian utara Pulau Sangihe Besar. Gunung ini memiliki fase sangat aktif dan berdasarkan catatan sejarah termasuk gunung api dengan masa istirahat yang panjang.

Gunung yang berlokasi di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara memiliki ketinggian 1320 mdpl. Letusan besar Gunung Awu terakhir terjadi pada 2004. Saat itu kubah lava baru muncul dan terlihat mirip dengan Gunung Kelud di Jawa Timur.

Mengutip dari Tim Regional Liputan6.com, aktivitas Gunung Awu telah dinaikkan dari level II waspada menjadi level III siaga, terhitung mulai 16 April 2024 pukul 18.00 Wita. Rekomendasi ini disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini dan aktivitas Gunung Awu hingga kini masih dipantau.

Masih banyak hal mengenai Gunung Awu selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Awu yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa, (7/5/2024). 

1. Letusan Tergolong Dahsyat 

Gunung berapi ini biasanya aman untuk didaki dan pendakian ke dan dari tepi kawah dapat dengan mudah diselesaikan dalam satu hari. Namun, perhatikan situasi terkini jika punya rencana mendaki gunung tersebut. 

Setiap letusan Gunung Awu tergolong besar. Sejak 1640 sampai dengan 1966 telah terjadi 5 kali erupsi yang menelan korban serta kerugian yang cukup besar. Bahkan letusan dahsyat pernah terjadi pada 1711, 1812, 1856, 1822, 1892, dan 1966 dengan aliran piroklastik dan lahar dahsyat dengan total 11.048 korban jiwa, akibat seluruh letusan sejak 1700. 

2 dari 4 halaman

2. Karakteristik Gunung Awu

Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Erupsi terakhirnya pada Juni 2004 menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 km di atas puncak dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi sekitar 30 meter.

3. Titik Awal Pendakian 

Jalur pendakian biasa di Kampung Angges hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari kota utama Tahuna dan kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Setelah sampai di ujung jalan (138 mdpl), jalan setapak yang menyenangkan mengarah melalui perkebunan kelapa, melalui beberapa gubuk yang cocok untuk beristirahat, dan beberapa area yang memiliki tanda Pos. 

Sebuah gubuk yang sangat bagus berada di ketinggian 399 mdpl tepat setelah bagian jalan yang curam. Sedikit lebih jauh lagi Anda akan melihat apa yang tampak seperti sensor vulkanologi di dekat Pos 6 (574 mdpl) yang dapat dicapai dalam waktu total sekitar 2 jam dari awal.

3 dari 4 halaman

4. Hati-Hati Lintah

Jelas terlihat bahwa gunung berapi ini cukup sering didaki oleh para penggemar pendakian setempat, dengan lokasi cukup luas untuk sekelompok orang berkemah di sini. Ada beberapa lintah tetapi tampaknya mereka adalah jenis lintah yang dapat dicabut dengan sangat mudah. 

Tidak jauh dari Pos 6, hutan mulai terbuka dan terdapat pemandangan indah hingga teluk Tahuna dan sisi selatan pulau. Jalur ini mengikuti punggung bukit dengan vegetasi dengan ketinggian sedang dan satu batu besar yang harus Anda panjat (713 mdpl) dan pemandangan secara umum tetap bagus mulai saat ini.

5. Akses Menuju Pulau Sangihe Besar

Sangihe memiliki bandara di Naha, sekitar 40 menit berkendara dari kota utama dan pelabuhan Tahuna. Ada penerbangan menuju atau dari Manado sekitar 3 kali seminggu. Alternatifnya, feri tercepat memakan waktu sekitar 6 jam dari Manado ke Tahuna.

Anda memerlukan waktu sekitar 4 jam untuk mencapai tepian dan disarankan untuk memberikan waktu 2,5-- 3,5 jam untuk turun. Ada banyak angkot/bemo yang tersedia di jalan utama Angges yang akan membawa Anda kembali ke kota Tahuna.

 

4 dari 4 halaman

6. Naik Status Setelah Gunung Ruang Meletus

 

 

 

Mengutip dari Antara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Awu dari sebelumnya waspada atau level II menjadi siaga atau level III. Selama dua pekan terakhir periode 1--15 April 2024, kegempaan Gunung Awu didominasi oleh gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam.

Data PVMBG mencatat ada 1 kali gempa frekuensi rendah, 284 kali gempa vulkanik dangkal, 71 kali gempa vulkanik dalam, 14 kali gempa tektonik lokal, dan 252 kali gempa tektonik jauh. Pada 1 Maret 2024 hingga 16 Maret 2024, PVMBG memantau deformasi menggunakan tilmeter di Stasiun Kolongan dan Stasiun Puncak.

Hasil pemantauan itu menunjukkan adanya inflasi atau peningkatan tekanan. Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangannya mengatakan, kemunculan gempa-gempa tektonik lokal berintensitas besar dapat pula memicu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Awu. Masyarakat diminta mewaspadai kejadian gempa-gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif.

 

 

Video Terkini