Liputan6.com, Jakarta - Kota Malmo di Swedia dibanjiri ribuan demonstran yang mengibarkan bendera Palestina pada Kamis, 9 Mei 2024. Aksi tersebut dilakukan untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza dan memprotes partisipasi Israel dalam Eurovision 2024.
Mengutip Washington Post, Jumat (10/5/2024), kontes menyanyi yang ditonton lebih dari 150 juta orang tersebut memang sering kali dikaitkan dengan politik. Namun, beberapa pengamat mengatakan bahwa tahun ini adalah edisi kontes yang paling bermuatan politik dalam 68 tahun sejarahnya.
Penampilan membawakan lagu berjudul Hurricane membuat Eden Golan (20) dari Israel berhasil mengamankan tempat di malam final besok, Sabtu, 11 Mei 2024. Di sisi lain, para seniman dan aktivis telah mendesak Eurovision melarang keikutsertaan Israel selama berminggu-minggu.
Advertisement
Suara helikopter polisi yang berputar-putar di pusat kota Malmo pada Kamis sore diredam teriakan, "Eurovision memalukan! Tangan kalian juga berlumuran darah (warga sipil Palestina)!" Jenny Oberg (49) melakukan perjalanan dari Stockholm, ibu kota Swedia, untuk bergabung dalam protes tersebut.
"Ribuan orang tewas," katanya ketika asap dari suar menyebar ke kerumunan. "Tidak masalah apakah ini Olimpiade, atau acara apapun. Jika Anda membunuh 40 ribu orang, Anda tidak boleh berpartisipasi."
Para pengunjuk rasa yang mengkritik Eurovision mengenakan keffiyeh, syal khas Palestina, dan pakaian berpayet dengan tema warna bendera Palestina. Mereka memulai pawai dan berkeliaran di jalan-jalan sekitar.
Karena aksi itu, Swedia meningkatkan kewaspadaan dan mengantisipasi kemungkinan aksi tambahan. Keamanan di Malmo minggu ini sangat ketat, dengan meningkatkan jumlah petugas yang berpatroli, baik yang jalan kaki, naik van, maupun menunggang kuda. "Kami telah bersiap untuk setiap skenario yang mungkin terjadi," kata juru bicara polisi, Jimmy Modin.
Ada Bentrokan Pendapat
Kendati demikian, tidak semua pihak menentang. Sejumlah seniman dari Swedia, Finlandia, dan Islandia mendorong seniman lain membela penyelenggara kontes tersebut, karena mengizinkan keikutsertaan Israel.
"Kontes Lagu Eurovision merupakan ajang musik non-politik dan kompetisi antar lembaga penyiaran layanan masyarakat yang tergabung dalam EBU. Ini bukan persaingan antar pemerintah," kata Direktur Jenderal EBU, Noel Curran, dalam sebuah pernyataan.
Sedangkan, para kritikus mengecam narasi itu. Mereka menilai ada standar ganda dalam kontes tersebut, mengingat EBU langsung mengeluarkan larangan keikutsertaan peserta dari Rusia akibat invasi negara tersebut ke Ukraina.
Saat itu, penyelenggara mengatakan, masuknya peserta dari Rusia akan "menodai kompetisi." Saat demonstrasi, Kamis, Mahmud Mustafa (28) yang istrinya adalah warga Palestina, mengatakan partisipasi Israel adalah "normalisasi" kondisi di Gaza.
"Setelah invasi Rusia ke Ukraina, EBU dengan cepat mengatakan, 'Tidak.' Namun hal ini tidak berlaku bagi Israel," kata Mahmud. Sebagai tanggapan, aksi balasan pendukung kebijakan itu juga digelar.
Advertisement
Aksi Protes Dinilai Tidak Tepat
Sekitar 200 orang berkumpul di alun-alun Davidshall pada Kamis malam dan mengibarkan bendera Swedia dan Israel untuk mendukung Golan dan para korban serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Ketika lagu Israel tahun 1983 berjudul Chai karya Ofra Haza terdengar dari pengeras suara, beberapa orang bergandengan tangan dan menari dalam lingkaran.Â
"Kami pikir tidak menyenangkan menyambut Golan dengan kebencian dan demonstrasi," kata Jehoshua Kaufman (67). Di sela-sela protes malam itu, seorang anggota klub penggemar Eurovision Denmark mengatakan bahwa aksi protes keikutsertaan Golan dinilai tidak tepat.
"Saya percaya pada kebebasan berpendapat dan demonstrasi, tapi menurut saya, ini bukan tempat yang tepat. Slogannya adalah 'Disatukan oleh Musik,'" kata penggemar asal Denmark, Louise Jensby (53). "Saya merasa sangat kasihan pada Eden Golan. Dia baru berusia 20 tahun. Dia tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi."
Leila Hashtroudi (43) juga mengatakan dia turut "prihatin" terhadap Golan. "Saya harus menunjukkan bahwa tidak semua orang di sini seperti itu," katanya.
Ancaman pembunuhan terhadap Golan mendorong penyelenggara kontes, European Broadcasting Union (EBU), mengeluarkan pernyataan pada April 2024Â untuk mengutuk pelecehan terhadap peserta. Media Israel melaporkan, kepala dinas rahasia Shin Bet, Ronen Bar, mengunjungi Malmo pekan lalu untuk memeriksa kondisi keamanan delegasi negara tersebut.
Ada Lirik yang Dipolitisasi
Golan adalah orang Israel. Ia dilahirkan di pusat kota Kfar Saba dari ibu yang berasal dari Ukraina dan ayah dari Latvia. Ia menceritakan dalam wawancara bahwa keluarganya pindah ke Moskow karena pekerjaan ayahnya ketika ia berusia enam tahun. Namun, tidak lama setelah invasi besar-besaran Rusia dua tahun lalu, Golan dan keluarganya pindah kembali ke Israel.
Ia mengikuti kontes di Eurovision dengan memenangkan kompetisi TV Israel bertajuk "Rising Star" pada Februari 2024. Dengan mengenakan pin pita kuning di atas panggung yang dikelilingi kursi kosong, ia mendedikasikan penampilan terakhirnya dengan membawakan lagu Aerosmith I Don’t Want to Miss a Thing untuk para sandera yang ditahan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lagu yang dinyanyikan Golan di Eurovision awalnya berjudul October Rain. Lagu ini dibuka dengan seruan, "Pencetak sejarah! Berdirilah bersama saya!" dan di dalamnya terdapat lirik, "Saya masih basah karena hujan di bulan Oktober ini." Menteri Kebudayaan Israel mengatakan hal itu mewakili perasaan negaranya.
Namun, penyelenggara Eurovision menganggapnya sebagai pelanggaran karena ada lirik yang dipolitisasi. Hanya setelah intervensi dari Presiden Isaac Herzog, stasiun penyiaran Israel, Kan, menyetujui "penyesuaian yang diperlukan."
Lagu tersebut kini dibuka dengan, "Penulis simfoniku/ Mainkan bersamaku," dan bagian refrainnya berbunyi, "Sayang, berjanjilah padaku bahwa kamu akan memelukku lagi/ Aku masih hancur karena badai ini."
Advertisement