Sukses

Asa Merawat Bangunan Cagar Budaya di Pasar Baru Lewat Antara Heritage Center, Bisa Jadi Lokasi Foto Prewedding

Selain mengembalikan marwah jurnalistik, Antara Heritage Center bermaksud hadir memenuhi fungsi sosial agar bisa berdaya bagi publik. Karena itu, kompleks banguanan cagar budaya itu rebranding jadi ikon baru destinasi wisata sejarah dan jurnalisme di Jakarta, tepatnya di kawasan Pasar Baru.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar Baru bukan hanya tentang jelajah kuliner maupun berburu barang fesyen, namun juga sarat akan wisata sejarah. Memperkuat narasi itu, Antara Heritage Center (AHC) telah diresmikan pada Selasa, 14 Mei 2024.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bahwa kehadiran kompleks bersejarah seluas 4,5 ribu meter persegi ini merupakan perwujudan komitmen untuk berkembang dan menghadirkan informasi berkualitas. "Jangan hanya menceritakan sejarah, namun juga menciptakan sejarah baru," katanya di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa.

Direktur Utama (Dirut) Perum LKBN Antara Akhmad Munir mengatakan dalam sambutannya bahwa renovasi bangunan AHC telah melalui proses panjang. "Menunggu rekomendasinya saja hampir tujuh bulan, karena ini merupakan bangunan cagar budaya kelas A,"  tuturnya.

"Pembangunan dan perihal teknisnya agak rumit," ia menyebut. "(Seluruh bagian) harus dikembalikan ke bangunan asli, tanpa boleh ada yang diubah."

Ditemui Tim Lifestyle Liputan6.com di sela acara peresmian, Direktur Komersil, Pengembangan Bisnis, dan Teknologi Informasi Perum LKBN Antara Jaka Sugiyanta Suryo bercerita bahwa ini merupakan gedung kantor pertama Antara saat berdiri pada 1937. "Empat kavling (di Jalan Antara) itu punya kami, hanya saja satu di tengah yang bukan (milik mereka)," sebut pria yang sekaligus jadi pimpinan proyek renovasi AHC itu.

Akhirnya dalam proses revitalisasi dan renovasi, mereka bernegosiasi membeli satu kavling yang sempat jadi convenience store trersebut. "Sekarang (kavling yang dimaksud) jadi area yang disebut Taman Langit," imbuhnya.

Mengamini ungkapan Munir, Jaka juga bercerita panjangnya proses pengajuan izin untuk revitalisasi. Ia berbagi, "Karena ini bangunan cagar budaya kelas A, fasadnya tidak boleh diubah sama sekali. Kalau peruntukannya boleh. Tanah kavling 55 yang (bangunannya) sudah hancur (karena sempat jadi convenience store), kami kembalikan utuh seperti sedia kala."

2 dari 4 halaman

Mengusung Konsep Terbuka

Perbedaan setelah renovasi, yakni pelepasan plafon di lantai dua, supaya "kuda-kuda (kayu) jatinya" terlihat, sebut Jaka. "Selebihnya semua sama," ia mengaskan. "Apalagi, Ruang Adam Malik di lantai dua, itu sama persis, heritage banget. Masih dengan jati dan marmernya. Beberapa tegelnya memang kami ganti, tapi dengan warna yang sama."

Pembaruan bangunan bersejarah ini juga tentang menonjolkan konsep terbuka. "Kenapa demikian? Kami ingin (bangunan) ini punya fungsi publik, bisa dipakai publik, jadi (lokasi) pameran, diskusi, seminar, bahkan sudah ada tiga resepsi pernikahan (yang akan berlangsung di sana)," bebernya.

Memupuk asa bangunan ini bisa punya fungsi sosial, Jaka mangatakan, seluruh lantai dasar gedung di kompleks AHC tidak dijadikan kantor redaksi, sehingga bisa disewa untuk masyarakat dari semua kalangan. "Kami juga bekerja sama dengan Asosiasi Pedagang Pasar Baru untuk sama-sama menghidupkan kawasan Pasar Baru," ia menambahkan.

Kunjungan wisata ke museum dalam kompleks bangunan bersejarah itu juga sudah mulai. "Nuansanya sangat heritage," ceritanya. "Ada spot di Taman Langit yang kalau difoto itu nuansanya Eropa. Makanya, sudah ada orang foto prewedding. Beberapa produser film juga sudah kontak kami untuk syuting di sini."

 

3 dari 4 halaman

Mengembalikan Marwah Jurnalistik

Selain menghidupkan fungsi sosial dengan menambah "peran" bangunan cagar budaya, kehadiran AHC bermaksud mengembalikan marwah jurnalistik Antara ke "rumah pertama" mereka. "Antara lahir dan besar di sini. Dari sini pula kemerdekaan RI diberitakan, begitulah Antara sebagai kantor berita perjuangan," tuturnya.

Menguatkan akar sebagai destinasi jurnalisme, mereka memiliki program kunjungan, mulai dari anak SD, SMA, sampai mahasiswa. "Ada juga pelatihan jurnalistik untuk anak SMA. Kami buka kelas fotografi jurnalistik, videografi, bahkan drone untuk mahasiswa, pelajar SMA, dan umum. Program-program ini akan kami kembangkan terus," ia menjelaskan.

Dijelaskan bahwa Kompleks AHC terdiri dari Griya Aneta dan Graha Antara. Griya Aneta dibangun seorang raja media asal Hindia Belanda, Dominique Willem Barrety, pada 1917.

Gedung ini kemudian jadi Kantor Berita Belanda Aneta dan beralih kepemilikan ke Kantor Berita Antara pada 1962. Itu terjadi saat Presiden Sukarno menguatkan posisi dan memastikan kantor berita Aneta dan kantor berita Jepang Domei di Pasar Baru jadi milik Kantor Berita Antara.

4 dari 4 halaman

Jangan Persulit Upaya Memelihara Banguanan Cagar Budaya

AHC merupakan salah satu bagian dari Weltevreden, yakni kawasan tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia, Hindia Belanda, yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Batavia lama ke arah selatan. Kawasan gedung ini merupakan saksi sejarah termasuk tempat pertama kali proklamasi kemerdekaan digaungkan ke seluruh penjuru dunia.

Gedung ini juga telah melewati masa perjuangan yang tidak sederhana dan per tahun 2024, umurnya telah mencapai 107 tahun. Setelah revitalisasi, AHC dilengkapi sejumlah fasilitas dan ruangan, yakni Ruang Rapat Adinogoro, Ruang Rapat Kolaborasi, Museum Antara, Galeri 1, Galeri 2, Loby Utama Adam Malik, Ruang Atelier, Selasar Taman Langit, Taman Langit 1, dan Taman Langit 2.

Sebagai penutup, Jaka berpesan pada pemerintah untuk tidak mempersulit upaya pihak-pihak yang ingin "membantu merawat" bangunan cagar budaya. "Kami, Antara, posisinya ingin merawat (bangunan) cagar budaya dengan biaya sendiri, dan semoga yang lain tergerak (melakukan hal yang sama)," ujar dia.

"Maka itu, tolong jangan dipersulit, kecuali negara ikut membiayai," ia menyambung. "Kita sama-sama lihat, bangunan rumah pribadi di Menteng (yang merupakan bangunan cagar budaya) banyak yang hilang. Kami sendiri merasakan, mengurus izin bangunan heritage itu melelahkan. Perlu ada negosiasi, dan yang penting itu (bangunan cagar budaya) terawat."

Video Terkini