Sukses

Kata Dokter soal Jangan Pakai Sunscreen Korea Saat Cuaca Panas

Sunscreen Korea dinilai membuat kulit lebih berminyak saat cuaca panas yang akhirnya menimbulkan masalah baru, seperti jerawat. Benarkah demikian?

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca panas yang belakangan terasa telah menimbulkan banyak diskusi di media sosial, mulai dari memilih aroma parfum yang tepat, sampai produk tabir surya yang tentu sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV. Di antaranya, muncul rekomendasi untuk jangan memakai sunscreen Korea.

"NEGARA INI LAGI KENA GELOMBANG PANAS DAN KALIAN NEKAT PAKE KOREAN SUNSCREEN YANG FINISHNYA SANGAT LEMBAP, HINYAI, DAN BECEK ITU???!!!!" cuit sebuah akun X, dulunya Twitter, Selasa, 14 Mei 2024. "Ini POV dari oily acne prone skin yang gampang banget gerah minyakan tersumbat kalo pake SS (sunscreen) terlalu berminyak🤣."

Menanggapi itu, magister anti-aging, sekaligus penggagas Privee Clinic dr. Almond Wibowo menyebut bahwa pernyataan tersebut "sebenarnya tidak salah." Di sela acara perayaan ulang tahun ke-7 klinik kecantikannya, trainer dari ratusan dokter estetika di Indonesia ini lebih dulu menegaskan adanya perbedaan sunscreen dan sunblock.

"Terutama di bahan pembentuk," sebutnya di bilangan Jakarta Selatan, Rabu, 15 Mei 2024. "Sunscreen sifatnya agak sedikit oily, jadi udara panas atau uap panas (dari dalam tubuh) susah keluar. Istilah katanya, di wajah itu jadi demek."

Merawat kulit saat cuaca panas, idealnya, sambung dr. Almond, ia lebih menyarankan memakai sunblock daripada sunscreen. Sebagai konteks, sunblock, sesuai namanya, secara harfiah menghalangi sinar UV dengan membentuk perisai fisik. Sementara itu, sunscreen menyerap sinar UV sebelum menembus ke dalam kulit, rangkum Health.com.

Dokter Almond menyambung, sebelum mengaplikasikan sunblock, seseorang harus lebih dulu memakai pelembap dan produk perawatan skin barrier. "Kenapa? Biar kadar air (dalam kulit) tetap terjaga," sebut dia.

 

2 dari 4 halaman

Pakai Pelembap dan Produk Perawatan Skin Barrier

Dokter Almond menjelaskan, "Sunblock itu benar-benar hanya memblokir sinar UV, tapi penguapan kadar air (dalam kulit) tetap bisa jalan (terutama saat cuaca panas). Penguapan terjadi untuk menurunkan suhu tubuh, makanya pelembap dan produk skin barrier dipakai untuk menjaga kadar air, supaya kulit tidak sensitif dan kering."

Ia juga meluruskan anggapan pemilik kulit mudah berjerawat sebaiknya jangan pakai pelembap di runititas perawatan pagi hari. "Salah banget (anggapan tersebut)," dr. Almond menegaskan. "Kulit kita punya dua kelenjar: kelenjar keringat dan minyak. Kelenjar keringat tidak pernah membentuk jerawat, itu biasanya (dibentuk) kelenjar minyak."

"Bakteri memang lebih gampang tumbuh di minyak daripada air, jadi pelembap yang bahan utamanya air, itu akan aman," imbuhnya. Ia mengatakan bahwa ada istilah "pelembap kuat" dengan tekstur lengket yang biasanya karena "kebanyakan minyak."

"Dibilang bagus sih ya, tapi itu kulit ditutup minyak, proses penguapan (air dalam kulit) juga jadi susah," ucapnya. Kondisi itulah yang nantinya akan membentuk jerawat, dr. Almond menambahkan.

3 dari 4 halaman

Dampak Cuaca Ekstrem pada Kesehatan Kulit

Terkait spray sunscreen, dr. Almond menyarankan untuk memakainya hanya di tubuh. "Jaga-jaga aerosol terhirup (kalau disemprot di wajah). Skin barrier di tubuh jauh lebih tebal, makanya lebih aman (untuk mengaplikasikan spray sunscreen)," ujar dia.

Dokter Almond menyebut bahwa cuaca esktrem akibat krisis iklim memang berdampak langsung pada kesehatan kulit. "Sinar UV makin hebat karena tidak terfilter (lapisan ozon setebal dulu). Paparannya akan menembus kulit dan merusak DNA," katanya.

Skin barrier, ia melanjutkan, umumnya mulai terganggu di usia 35 dengan catatan orang tersebut tidak pernah melakukan perawatan exfoliation. "Lapisan kulit sebenarnya akan terkelupas per bulan secara alami. Dalam proses itu, skin barrier biasanya akan tumbuh dulu, baru terbuang (bersama lapisan kulit yang mengelupas)," ia menjelaskan.

Sayangnya, dr. Almond menambahkan, warna skin barrier itu tidak bagus dan cenderung membuat wajah kusam. "Makanya akhirnya orang melakukan exfoliation supaya kulitnya bagus, mulus, tapi dalam prosesnya membuang skin barrier," ia mengingatkan.

 

4 dari 4 halaman

Merawat Skin Barrier

Dokter Almond menegaskan bahwa skin barrier treatment penting dilakukan secara rutin untuk mencegah sinar UV berpenetrasi makin dalam ke dalam kulit. "(Perawatan kecantikan ini akhirnya juga akan) mencegah pigmentasi dan mengurangi kadar air dalam kulit yang menguap karena cuaca panas. Karena skin barrier ikut terangkat (karena exfoliation), lapisan terluar (pelindung kulit) tidak ada, akhirnya kanduangan air dalam kulit menguap terus, dan ini bisa menyebabkan kerutan halus," ia menjelaskan.

Exosome jadi salah satu jenis perawatan yang direkomendasikan dr. Almond untuk memperkuat skin barrier karena merangsang pembentukannya langsung di kulit. Sebagai pelengkap, ia menyarankan skin booster treatment guna mengembalikam kadar air dalam kulit.

Paparan sinar matahari, dr. Almond menyambung, sebenarnya tidak selalu berdampak buruk. "Bagusnya itu bisa membantu pembentukan vitamin D, tapi kalau intensitasnya terlalu kuat, sinar UV bisa merusak struktur DNA di kulit, dan (dampak) paling ekstremnya meningkatkan risiko kanker kulit," ujar dia.

Ia menyambung, "Flek hitam sebenarnya bagian dari mekanisme pertahan untuk membentuk sunblock alami, tapi keluarnya belum tentu rata, dan kemudian malah menyebabkan hiperpigmentasi." Paparan sinar UV yang terlalu kuat, menurut dr. Almond, juga membuat kulit jadi kering dan akhirnya merah setiap kali tergores.

Â