Liputan6.com, Jakarta - "Peneliti merupakan pekerjaan yang tidak kalah seksi," sebut Guru Besar Institut Teknologi Bandung, sekaligus Board of Jury L'Oreal-UNESCO For Women in Science Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany di acara "Media Gathering Beauty That Moves: Women in Science" di bilangan Jakarta Selatan, Rabu, 22 Mei 2024.
Ia adalah salah satu dari empat figur peneliti perempuan inspiratif yang hadir sebagai perwakilan alumni program L'Oreal-UNESCO For Women in Science dari seluruh Indonesia. "Awalnya mau jadi peneliti karena termotivasi cita-cita ayah saya, dan saya suka sains berlatar kehidupan," kata pemenang program L'Oreal-UNESCO For Women in Science di tingkat nasional pada 2006 dan internasional pada 2007.
Keluarga juga jadi pengaruh penting bagi Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto. CEO Lipotek Pty Ltd, perusahaan yang bergerak di bidang medis dan pembuatan vaksin, itu berbagi bahwa rasa ingin tahunya dipupuk dari rumah dengan selalu diajak mempertanyakan banyak hal.
Advertisement
Orangtua Dr. Ines juga bergelut di bidang sains. "(Saya) selalu diajarkan bahwa pendidikan membuka jalan yang sangat besar," cerita pemenang pertama dari Indonesia untuk program L'Oreal-UNESCO For Women in Science pada 2004 itu.
Senada dengan itu, pekerjaan ayahnya juga membuat Dr. Noryawati Mulyono S. Si familiar dengan bahan-bahan kimia. "Akhirnya saat sekolah, kimia jadi pelajaran paling mudah untuk saya. Belajar kimia itu seperti membaca novel kehidupan," ia berbagi.
Tidak Hanya di Dalam Negeri
Sementara itu, Dr. Pietradewi Hartrianti, Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences, sekaligus tertarik pada sains karena penyakit autoimun yang diidapnya. "Saya bertanya-tanya, 'Kok tidak ada obatnya?' Makanya saya masih fokus terus di sini," ucap dia.
Di penelitian yang membuatnya jadi pemenang program L'Oreal-UNESCO For Women in Science 2023, apt. Pietradewi berupaya menciptakan model jaringan kanker buatan dalam bentuk 3D menggunakan keratin dari rambut manusia sebagai bahan dasar pencetakan. Metode ini diklaim tidak hanya meningkatkan akurasi pengujian, tapi juga lebih efektif secara biaya dan mendukung aspek keberlanjutan dalam penelitian medis.
"Bekerja sebagai seorang perempuan peneliti tentu jadi mimpi dan harapan saya. Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan dukungan berbagai pihak, potensi karier sebagai peneliti semakin terbuka lebar. Saya melihat bahwa saat ini, semakin banyak peluang untuk melakukan penelitian yang dapat berkontribusi nyata bagi masyarakat."
"Tidak hanya di dalam negeri, namun juga di tingkat internasional. Kesempatan untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian semakin banyak," menurut dia.
Advertisement
Dorong Pembuatan Kebijakan Berlandaskan Sains
Merangkul itu, Dr. Ines, yang sudah 15 tahun berkarier di Australia, bersemangat besar kembali ke Indonesia untuk berkontribusi melalui kolaborasi dan kemitraan dengan pemerintah. Ia ingin sains dan hasil penelitian digunakan sebagai landasan pembuatan kebijakan.
Dr. Ines menyampaikan, penting bagi para perempuan peneliti untuk memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik sebagai modal dalam meniti karier di berbagai bidang. "Kemampuan berkomunikasi ini terutama penting, karena kalau tidak bisa ngomong, bagaimana penelitiannya bisa disebarluaskan?" sebut dia.
Ia menyambung dengan menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarpihak demi mendukung penelitian yang berkontribusi nyata pada publik. "Kemudian, bisa juga kok jadi peneliti yang tidak linier," ucap dia. "Terakhir, seorang peneliti perempuan harus bisa melihat pulang dan berani mengambil peluang tersebut."
Prof. Fenny menyambung, ada beberapa langkah strategis dalam memajukan peran perempuan. "Pertama, pentingnya pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan lokakarya yang khusus dirancang untuk peneliti perempuan yang difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis dan manajerial," kata dia.
"Kedua, mentorship dan networking sehingga peneliti perempuan bisa mendapat bimbingan dari peneliti senior yang sudah berpengalaman untuk membantu mereka menavigasi dunia penelitian yang kompetitif. Ketiga, dukungan dari institusi pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan lingkungan penelitian yang inklusif dan suportif, termasuk fasilitas penelitian yang memadai."
Hasil Penelitian yang Berdampak
Tidak hanya berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, Dr. Noryawati membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui bisnis produk ramah lingkungan. Usahanya fokus pada menangani masalah sampah plastik dengan memproduksi biopackaging.
"Penghargaan yang saya dapatkan pada program L'Oreal-UNESCO For Women in Science pada 2010 membantu saya membangun dasar yang kuat untuk penelitian saya tentang bioplastik. Inspirasi saya mendirikan Biopac.id datang dari keinginan membawa hasil penelitian langsung ke masyarakat," ucapnya.
'Sebagai peneliti, saya merasa bertanggung jawab untuk mewujudkan solusi yang saya kembangkan, terinspirasi oleh praktik keberlanjutan energi dari L'Oreal. Kami menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda perkotaan yang berbakat, namun kurang beruntung, serta bekerja sama dengan petani rumput laut untuk menyediakan bahan baku bioplastik."
Program L'Oreal-UNESCO For Women in Science sendiri telah berlangsung selama 20 tahun. Chief of Corporate Affairs Engagement and Sustainability L'Oréal Indonesia Melanie Masriel menyampaikan, "Sains dan perempuan merupakan dua hal yang sangat dekat bagi L’Oreal."
"Secara global, kami memiliki lebih dari empat ribu peneliti yang berhasil menghasilkan 610 paten hanya pada 2023. Lebih dari setengahnya, yakni 54 persen, hak paten tersebut dihasilkan para peneliti perempuan. Di Indonesia, kami terus mendukung kemajuan perempuan yang berkarya di bidang sains dan ilmu pengetahuan," tandasnya.
Advertisement