Liputan6.com, Jakarta - Seorang guru menjadi viral setelah ia kerap mengunggah konten ia memakai beragam baju unik yang dibuat anak didiknya. Salah satu video yang diunggah oleh akun Tiktok @alalindra pada Rabu, 22 Mei 2024, bahkan telah ditonton sebanyak 486 ribu kali. Baju-baju itu banjir pujian warganet.Â
Kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, pada Sabtu, 25 Mei 2024, guru tersebut bernama Indra Gunawan (48), asal Belitung yang saat ini sudah 13 tahun mengajar tata busana di SMKN 1 Pandak Bantul. Dia menceritakan bahwa jurusan tata busana di sekolah tempat ia mengajar terdapat jurusan Tata Busana menjadi yang paling diminati siswa.
Baca Juga
"SMKN 1 Pandak ini sebenarnya adalah SMK yang berfokus pada pertanian dan peternakan, tapi beberapa tahun yang lalu diciptakanlah jurusan tata busana akibat dari semakin menurunnya minat anak-anak untuk masuk jurusan pertanian dan peternakan. Tapi ternyata setelah dibuka, banyak yang masuk ke jurusan tata busana," jelas Indra.
Advertisement
Setiap anak biasanya memproduksi satu busana dalam kurun waktu pengerjaan selama kurang lebih empat kali pertemuan kelas. Setelah jadi, busana itu tidak berhenti jadi koleksi saja, namun biasanya untuk dijual.
"Kita punya galeri kalau ada expo-expo juga kita ikuti serta untuk menjualkan busana tersebut kepada khalayak umum," ujarnya. "Biasanya busana-busana itu dijual mulai dari harga Rp50 ribu, Rp75 ribu, sampai paling mahal itu biasanya Rp300 ribu," tambahnya.
Punya Usaha Fesyen Sendiri
Kecintaan Indra pada dunia fesyen sudah dipupuk sejak muda. Alumni jurusan Tata Busana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu sempat bekerja menjadi asisten desainer di Yogyakarta saat masih kuliah. Ia lalu bekerja sebagai pegawai toko tekstil di bidang konsultan fesyen selepas menamatkan kuliahnya.
"Jadi ada orang yang membeli kain terus saya sebagai pelayan juga merangkap sebagai orang yang memberikan konsultasi terkait bagaimana warna, bagaimana desain yang tepat untuk tipe tubuh dan kulit," Indra menerangkan pekerjaannya.Â
Pada 2008, Indra mendirikan usaha fesyen sendiri yang dinamai Alalea Mode. Ia mengaku terinspirasi membuka usaha setelah banyak orang yang meminta sarannya juga diminta dijahitkan bajunya. Awalnya, tempatnya bekerja tidak mengizinkan. Tapi karena banyaknya permintaan dan pelanggan tidak akan jadi beli jika tidak dijahitkan, akhirnya Indra diizinkan bekerja sambil menerima jahitan.
Pesanan pelanggan semakin hari semakin banyak, Indra kewalahan untuk jahit sendiri. Ia akhirnya meminta bantuan teman-temannya untuk membantu menjahit. Berawal dari hanya dikerjakan di tempat kos, tempat jahit busana Indra akhirnya menempati bangunan yang lebih layak seiring waktu.
Advertisement
Bawa Karya ke Panggung Jogja Fashion Week 2023
Sekitar tiga tahun kemudian, ia ikut tes CPNS dan berhasil diterima sebagai guru SMKN 1 Pandak. Kesukaannya pada dunia fesyen bisa disalurkan sembari mengajar para siswa.Â
Selain di ruang kelas, para siswa juga berkesempatan magang di tempat jahitnya. Ia juga menerima siswa Tata Busana dari sekolah lain, seperti Dlingo, Sewon, Wonosari, hingga Jepara. Dalam satu periode, ada satu hingga dua sekolah yang magang di tempat usahanya, dengan setiap sekolah mengirimkan tiga hingga empat anak untuk dibimbing.
"Anak-anak tersebut mengerjakan busana-busana dengan karakter yang saya instruksikan. Kebanyakan karya yang saya usung untuk di Alalea Mode adalah mengolah limbah perca atau mengolah kembali busana-busana yang tidak layak pakai, didedel, disusun kembali menjadi busana baru," jelasnya.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil menampilkan rancangan anak didiknya di Jogja Fashion Week 2023. Total ada delapan set koleksi yang merupakan hasil kolaborasi anak magangnya di Alalea Mode dengan siswa-siswi Tata Busana SMKN 1 Pandak.
"Bahan dasarnya, mozaik stitching, itu dikerjakan oleh anak-anak sekolah Pandak, sedangkan menjahitnya dan desainnya adalah anak-anak yang magang di Alalea," ujarnya.
Fokus pada Fesyen Berkelanjutan
Indra mengatakan fokusnya saat ini bukan di pengembangan bisnis, melainkan mendidik siswa. Tempat usahanya saat ini dijadikan semacam 'laboratorium' pengembangan ide, inovasi, dan kreasi Indra. Bila tidak ada pekerjaan, kata Indra, dia membuat semacam diskusi sederhana bersama dengan rekan kerjanya atau mulai berinovasi tentang pola hingga kreasi pengolahan limbah.
Pembahasan dalam diskusi tersebut biasanya adalah tentang cara memecahkan masalah-masalah dalam bidang fesyen, seperti masalah pengolahan limbah perca mulai dari yang besar sampai dengan yang kecil. Ia mengungkapkan ketertarikannya pada sustainable fashion, khususnya dalam pengelolaan limbah tekstil.
Ia mengaku resah melihat kondisi sekelilingnya yang banyak busana tidak layak pakai dan hasil kerja siswa yang menumpuk di gudang. "Kalau mau dibuang sayang, tapi kalau ditumpuk juga menimbulkan masalah dalam pengelolaan ruang. Jadi saya berpikir bagaimana caranya mengelola bahan-bahan tekstil ini mulai dari yang besar sampai yang sangat kecil menjadi produk yang bisa mempunyai nilai,"Â tuturnya.
Dalam proses pengelolaan limbahnya, Indra mengelompokkan tekstil menurut jenis material, motif, bahan dasar tekstil, hingga baju bekas atau baju baru berkualitas buruk. Bahan tekstil yang sudah dikelompokkan tersebut akan diolah menjadi produk baru.
"Di sinilah tugas saya untuk menganalisa dan membuat penelitian bagaimana caranya membuat produk-produk tersebut lebih bermakna," tambahnya.
Advertisement