Liputan6.com, Jakarta - Okbum tukang ojek yang mematok tarif mahal Rp400 ribu kepada wisatawan di kawasan wsiata Gunung Bromo, akhirnya terungkap dan meminta maaf. Penyedia jasa ojek bernama Purwanto, warga Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, ini menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Penyampaian maaf itu disampaikan oleh Purwanto, saat memenuhi panggilan dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), selaku pengelola wisata kawasan Gunung Bromo. Video dan surat pernyataan maaf tukang ojek itu beredar luas di dunia maya, termasuk di akun Instagram @pendakilawas pada Rabu, 29 Mei 2024.
Baca Juga
Purwanto, mengakui apa yang dilakukannya salah karena telah mematok tarif Rp400 ribu, yang tak sesuai dengan kesepakatan dan membuat kegaduhan.
Advertisement
"Saya yang bertanda tangan di bawah ini nama Purwanto, agama Hindu alamat Wonokitri. Sehubungan dengan video viral yang ada di media sosial, atas kejadian kesalahpahaman dan ketidaknyamanan pelayanan jasa wisata ojek di Bromo," ujar Purwanto, melalui sebuah video klarifikasi yang dibuat oleh BB-TNBTS.
Pria ini juga meminta maaf secara terbuka kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan, terutama wisatawan yang merasa dirugikan, hingga merekam dengan ponselnya. Ia juga mengaku sudah diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya.
"Saya mohon maaf dan mengakui kesalahan kepada seluruh pihak terkait, khususnya kepada Pak Dira dan tim, yang saya rugikan. Saya berjanji tidak akan mengulangi kejadian tersebut, demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai bentuk penyesalan dan permohonan maaf, fanpa ada paksaan dari pihak manapun," terangnya.
Belum lama ini, seorang wisatawan Bromo merasa dirugikan dan mengaku ditembak tarif ojek dengan harga mahal. Dalam video yang dibagikan akun TikTok @Fbrdira, Minggu, 26 Mei 2024, wisatawan pria itu mengeluh ojek meminta ongkos lebih mahal dari kesepakatan awal.
Naik Ojek Pangkalan
"Bukan gak iklas. Cuman ketipu aja sama tukang ojeg di bromo..," tulisnya dalam keterangan unggahannya.
"Kalau naik ojek ke sini, jangan sampai ketipu ya guys. Tadi perjanjian cepek (seratus ribu rupiah)... Sampai sini kita ditembak empat ratus (ribu rupaih)," ucapnya dalam video tersebut.
"Sama Pak Pur, inget ya atas nama Pak Pur. Tadi awalnya kita satu orang gocap (lima puluh ribu rupiah), lalu (karena) naik turun (Pulang Pergi/PP) jadi cepek (seratus ribu rupiah). Sekarang kita (malah) dikenakan 400 ribu rupiah (per ojek) ya guys," tambahnya.
Wisatawan itu mengaku awalnya sudah memesan jip untuk ke spot matahari terbit atau sunrise. Namun, jip yang mereka sewa tidak bisa lewat karena banyak jip yang parkir sembarangan, bahkan ada yang menghalangi jalan.
Mereka kemudian memutuskan untuk pakai jasa ojek pangkalan. Sebelum naik ojek, wisatawan Bromo itu mengaku sudah tawar-menawar harga. Hasil dari tawar-menawar itu menyepakati harga setiap ojek Rp200 ribu membawa dua penumpang.
Advertisement
Melanggar Kesepakatan Awal
"Akhirnya kami memesan 3 ojek. Akhirnya deal setiap ojek 200 ribu pulang pergi (PP) dengan kondisi penumpang 2 dan 1 driver," jelasnya. Wisatawan itu juga mengaku sebelum tawar-menawar, tukang ojek mengajukan harga Rp400 ribu pulang pergi untuk dua orang saja. .
"Coba bayangkan dengan logika apakah kalian akan deal dengan harga Rp 400 ribu untuk 2 orang? Saya yakin banyak yang tidak akan mau kecuali kalian yang memang orang berlebih," ujarnya.
Kenyataannya, kesepakatan dilanggar. Pengemudi ojek pangkalan tetap meminta Rp400 ribu per ojek untuk pulang pergi. Dari video yang diunggah, pria itu pun berharap agar para wisatawan Bromo lainnya agar berhati-hati. "Dan untuk pengelola harus ada perbaikan dan solusi," tutupnya.
Saat itu belum ada keterangan resmi dari pihak pengelola wisata Bromo terkait ojek yang mematok harga mahal kepada wisatawan tersebut. Video itu pun viral hingga menuai beragam komentar dari warganet. Banyak warganet heran karena mahalnya harga ojek di Bromo.
Komentar Menparekraf Soal Tukang Ojek Bromo
Namun, beberapa warganet meyakini harga tersebut sudah sesuai kesepakatan. Kasus itu ikut mengundang komentar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia menyesalkan hal tersebut, namun meminta agar kasus itu tidak digeneralisir karena yang melakukan disebutnya hanya oknum.
Mencegah hal itu berulang, ia meminta agar ada standar biaya yang ditetapkan secara transparan untuk para wisatawan. Pihaknya mendorong pelaku wisata di Bromo dan tempat lain mendigitalisasi layanannya sehingga wisatawan bisa tahu dan menyiapkan anggarannya.
Khusus kepada tukang ojek tersebut, pihaknya fokus membina dan menertibkan. Sementara, sanksi kepada oknum tersebut semestinya diberikan oleh komunitas sendiri.
"Karena yang akan dicoreng namanya dari tindakan ilegal yang dilakukan tukang ojek ini, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, yang kena itu bukan hanya ojek saja, tapi seluruh rangkaian ekosistem yang ada di destinasi wisata tersebut. Jadi, kita harus saling mengingatkan diri," kata Sandiaga dalam Weekly Brief with Sandi Uno secara hybrid di Jakarta, Senin, 27 Mei 2024.
Advertisement