Liputan6.com, Jakarta - Sebuah hotel bintang 5, dikenal pula sebagai resor mewah, jadi sorotan tajam setelah sebuah video viral yang diunggah akun TikTok @ishakmaja20 merekam saat-saat mereka di'usir' dari laut saat hendak surfing. Dalam video singkat itu, seorang perempuan berkaus biru dongker yang mengaku manajer hotel duduk di atas perahu melarang warga lokal surfing di sekitar area laut dekat hotel itu.
Kejadian tersebut terjadi di Desa Soba Wawi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, menurut video yang diunggah pada 25 Mei 2024.
Baca Juga
"Ini dari Nihi Watu? kenapa bisa larang. Atas dasar apa kami dilarang?" tanya warga lokal itu kepada perempuan tersebut.
Advertisement
"Kami punya izin pemanfaatan bapak, usaha kami punya izin," jawab perempuan tersebut, menambahkan bahwa pihaknya dapat izin dari pemerintah pusat.
Pria dalam video tersebut kembali mempertanyakan dasar hukumnya. "Atas dasar apa sehingga laut bisa dilarang?" tanyanya lagi.
"Kan ada pemanfaatan di sini Pak," sahut pihak Nihi Sumba. "Kita manfaat, kerja juga," balas warga lokal itu.
Kemudian, pengelola bertanya lagi apakah ia memiliki izin untuk beraktivitas di laut itu. Warga lokal tersebut merasa bahwa tidak bisa dituntut terkait izinnya untuk mencari nafkah di laut.
"Kalau kakak larang kami, itu dari hukum mana, pasal berapa ayat mana? Dari KUHP mana?" jawab warga lokal tersebut, sambil mengajak untuk berbicara lebih lanjut terkait masalah izin dan hukumnya.
Warganet Ikut Berkomentar
Menanggapi video yang viral dengan 21 ribu lebih tanda suka tersebut, warganet ikut berdebat di kolom komentar. Banyak yang membela warga lokal tersebut, tapi ada pula yang coba menjelaskan tentang izin pemanfaatan.
"Itu area pemanfaatan jadi dilarang untuk surfing di situ," tulis seorang warganet.
"Emang ibunya yang bikin tu laut," yang lain membela warga lokal.
"Laut memang milik masyarakat tapi ingat untuk batas jarak tertentu dari tepian harus memiliki izin," yang lain mengingatkan.
"Mereka boleh beli tanah tapi tidak bisa beli laut, mereka buat hotel juga sudah melewati batas negara, kalau ombaknya tidak ganas mungkin mereka sudah buat rumah di laut," balas warga lokal tersebut menjawab warganet.
"Kaka laki-laki tanyakan ke Kementerian Maritim dan Investasi untuk pemanfaatan pantai dan laut biar jelas," yang lain memberi saran penyelesaian.
"Pulau oke lah bisa milik pribadi, lah laut??? kocak bener," ungkap warganet lain.
Liputan6.com berusaha mengonfirmasi hal tersebut kepada pihak hotel. Namun, hingga berita ini ditulis belum ada tanggapan dari yang bersangkutan.
Advertisement
Nihi Sumba Masuk Hotel dan Resort Terbaik di Dunia 2023
Nama Nihi Sumba tak asing dengan banyak publikasi positif dari berbagai media internasional. Conde Nast Traveler yang merilis Golden List misalnya, memasukkan Nihi Sumba dalam kategori Hotel dan Resort Terbaik di Dunia 2023.
Daftar tahunan ke-29 itu dipilih dengan "penuh semangat oleh tim internasional kami," tulis mereka, dikutip dari situs webnya, Kamis, 4 Januari 2024. Daftarnya mengungkap termasuk resor tepi laut mana yang mereka kunjungi setiap bulan Agustus.
"Sekarang yang harus Anda lakukan adalah memilih pengalaman yang tepat untuk Anda, dan melakukan perjalanan," seru pihaknya.
NIHI Sumba sebagai salah satu rekomendasi dituliskan sebagai akomodasi yang cukup sulit dicapai. Mereka mencatat, "Ada penerbangan panjang ke Bali, dilanjutkan penerbangan domestik ke Pulau Sumba. Setelah mendarat, (kami masih harus berada) satu setengah jam di belakang jip safari yang berkelok-kelok melalui sawah bertumpuk dan desa-desa dengan gubuk beratap jerami."
"Tapi begitu Anda mencapai papan kayu bertuliskan, 'Selamat datang di Edge of Wildness,' Anda sudah tahu bahwa Anda akan dengan senang hati melakukannya lagi," mereka menyambung. "Anda akan melakukannya untuk melihat dan merasakan (keseluruhan pengalamannya)."
Aktivitas Menarik di Nihi Sumba
Jika suka berselancar, gelombang aquamarine akan jadi daya tarik menurut pihaknya. Belum lagi ada pemandangan kuda poni berjalan menyusuri pantai saat matahari terbit.
"Anda akan melakukan perjalanan panjang itu lagi untuk tidur di vila luas yang terbuat dari bambu diikat yang berlindung di taman bugenvil merah muda cerah," kata publikasi itu. "Anda akan kembali untuk aktivitas imersif, terlalu banyak untuk dijejalkan dalam masa tinggal selama seminggu."
Rangkaian aktivitas yang direkomendasikan adalah piknik di laguna kaca dan wisata belanja berpemandu untuk memilih ragam kerajinan kayu dan keranjang khas Sumba yang dianyam dengan daun palem. "Namun yang terpenting, Anda akan kembali karena Anda tahu bahwa kontribusi Anda akan membuat perbedaan bagi orang-orang di pulau ini," mereka mencatat.
Pihaknya menambahkan, "Anda akan melihatnya secara langsung di klinik malaria tepat di luar gerbang resor, atau selama pelajaran bahasa Inggris sukarela dan program makan siang bergizi di sekolah-sekolah setempat, semuanya dibiayai The Sumba Foundation, di mana Nihi dan pelanggan tetapnya memastikan mereka berdampak nyata pada komunitas lokal.
Advertisement