Liputan6.com, Jakarta - Seiring populer, tren skincare kian cepat berubah. Kendati perkembangannya menciptakan skin goals yang berbeda dari waktu ke waktu, penekanan utamanya tetap pada kulit yang sehat, tidak semata bercahaya.
Vice President of Research and Development PT. Paragon dr. Sari Chairunnisa, Sp. KK mengungkap bahwa pengguna skincare sekarang tidak lagi terlalu tergila-gila pada produk pencerah kulit. "Tetap ada (yang cari produk perawatan yang mencerahkan kulit), tapi produk pelembap naik," katanya saat jumpa pers usai acara pembukaan Indonesia Cosmetic Ingredients (ICI) Expo and Seminar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.
Baca Juga
Ia menyambung bahwa konsumen sekarang juga lebih memperhatikan perawatan skin barrier. "Beberapa tren lainnya adalah microbiome skincare dan bahan-bahan baku eksotis," ungkapnya. "Beberapa bahan aktif yang sudah lama eksis, seperti vitamin C dan panthenol, pun masih diminati."
Advertisement
Tidak kalah penting, dr. Sari menggarisbawahi bahwa transparansi bahan-bahan baku produk kecantikan juga penting. "Menambah keberagaman produk juga krusial, terutama di complexion, supaya lebih representatif," ia menambahkan.
Head of Marketing PT Haldin Natural Putri Happy KC mengatakan bahwa tren skincare sekarang mengarah pada pemanfaatan makanan jadi bahan baku produk perawatan kulit. "Salah satunya, kami mengembangkan susu kambing untuk masuk ke pasar (kosmetik) Indonesia dan beberapa negara ASEAN," ucapnya di kesempatan yang sama.
Ia juga menyebut bahwa penting untuk merek kecantikan sekarang memiliki komitmen berkelanjutan. "Microbiome skincare yang tadi disebut dr. Sari juga sedang naik daun," Putri menyepakati.
Apa Itu Skincare Ramah Mikrobiom?
Commercial Director PT Merpati Mahardika Listianawati Setio juga mengatakan skincare ramah mikrobiom sebagai salah satu tren produk perawatan kulit. Sebagai konteks, di kesempatan berbeda, dokter spesialis kulit, dr. SK Sulistyaningrum, Sp.KK, menjelaskan bahwa mikrobiom adalah virus, arkea, bakteri, dan jamur yang hidup berdampingan di kulit manusia.
"Ketidakseimbangan mikrobiom akan menyebabkan masalah kulit," katanya saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat, 27 September 2022. Ia menjelaskan bahwa sel mikrobiom memenuhi setidaknya 70 persen bagian tubuh manusia.
"Tingkat mikrobiom dalam tubuh bisa dipenuhi beragam faktor," tuturnya. "Ini termasuk genetik, lingkungan sekitar, diet harian, gaya hidup, dan hormon."
Selain struktur berlapis, tubuh memiliki kadar mikrobiom yang beragam, tergantung pada paparan sinar ultraviolet, tingkat pH, suhu, kelembapan, kandungan sebum, dan topografi. Karena itu, kulit manusia bisa diklasifikasi ke dalam tiga grup. "Permukaan cenderung berminyak ada pada bagian wajah, dada, dan punggung. Lalu, lembap biasanya didapati di siku dan bagian belakang siku, kemudian cenderung kering di lengan bagian bawah dan telapak tangan," papar dr. Sulistya.
Ketidakseimbangan kadar mikrobiom akan menyebabkan berbagai gangguan kulit, seperti jerawat, dermatitis atopik, psoriasis, bahkan kanker kulit. Karena itu, memformulasikan skincare ramah mikrobiom jadi dinilai penting.
Advertisement
Pakai Bahan Baku Lokal
Seiring berkembangnya produk skincare, dorongan untuk menggunakan bahan baku lokal menggema. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mohamad Kashuri mengatakan, pihaknya menangani sekitar 700 izin edar produk baru per hari.
"Ini sangat banyak," ungkapnya di acara pembukaan ICI 2024, Rabu. "Lebih banyak dari produk global (yang mengajukan izin edar ke BPOM)."
Di kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjabarkan bahwa industri kosmetik tumbuh 43,11 persen di periode 2020–2023. "Itu (menyumbang) 6,8 persen PDB (Produk Domestik Bruto) industri sektor pengolahan setelah industri makanan sebesar 17,2 persen," ungkapnya.
Kashuri kemudian mengidentifikasi isu terkait bahan baku produk kosmetik lokal. "Sembilan puluh persen masih impor," sebut dia. Ini, menurutnya, sangat disayangkan karena Indonesia punya keanekaragaman hayati yang bisa dimanfaatkan.
"Apalagi, tren global mengarah ke kosmetik tematik," Kashuri menambahkan. "Harapannya, Indonesia tidak hanya jadi pasar bagi bahan (baku produk dari) luar negeri. Mereka (perusahaan pengimpor bahan baku) harus didorong alih investasi dan teknologi untuk menghasilkan ingredients lokal."
Punya 30 Ribu Tanaman Berkhasiat
Terkait ini, Menperin mengaku pihaknya siap membantu percepatan perolehan bahan baku lokal. "Kita punya kekuatan luar biasa dari alam kita," menurut dia.
Agus juga meminta perusahaan multi-nasional untuk mulai berinvestasi di Indonesia. "Potensi kita sangat besar. Dari 30 ribu jenis tanaman berkhasiat yang bisa diolah, baru 350 jenis yang sudah dimanfaatkan industri," ungkapnya.
Selain produk kosmetik berbahan baku lokal, Agus membahas kosmetik halal yang akan jadi mandatory dua tahun mendatang. "Potensinya luar biasa, baik pasar domestik secara khusu maupun internasional," sebut dia.
Merujuk Indonesian Halal Market Report 2021/2022, ia menjabarkan, Indonesia adalah negara dengan konsumen produk halal terbesar kedua di dunia setelah India. "Maka itu, kami juga memfasilitasi sertifikasi halal dan terus mendorong keikutsertaan industri lokal dalam pameran internasional untuk memperkenalkan produk halal," kata dia.
Tantangan-tantangan di atas berupaya dibahas selama penyelenggaraan ICI. Tahun ini, acara tersebut diikuti lebih dari 200 perusahaan dalam dan luar negeri, menampilkan 453 stan pameran. ICI juga menyediakan stan tidak berbayar bagi 14 stan instansi pemerintah dan universitas, serta 30 stan produk jadi sebagia besar UKM mewakili berbagai Pengurus Daerah Perkosmi.
Â
Advertisement