Sukses

Inovasi Nasi Jagung dan Singkong yang Enak Dikonsumsi dan Pulen, Alternatif Karbohidrat Rendah Gula untuk Penderita Diabetes

Nasi jagung dan nasi singkong bisa menjadi alternatif karbohidrat pengganti nasi yang lebih rendah gula, serta aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Liputan6.com, Jakarta - Nasi sudah menjadi menu wajib sehari-hari masyarakat Indonesia yang sulit untuk dilepaskan, bahkan ada istilah 'belum makan namanya kalau belum makan nasi'. Padahal nasi memiliki kandungan gula yang cukup tinggi.

Konsumsi nasi terlalu banyak akan memengaruhi Indeks Glikemik yaitu indikator cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan dalam meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh. Tentu orang dengan penyakit diabetes tidak disarankan makan nasi putih, dokter atau ahli gizi akan menyarankan karbohidrat kompleks yang memiliki kandungan banyak serat.

Dokter Spesialis Gizi, dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, mengatakan bahwa, nasi putih sangat identik dengan penyakit metabolik yaitu diabetes melitus. "Indonesia masih memerangi penyakit ini, penderita diabetes di dunia bahkan pada 2021 lalu mencapai 537 juta dan diperkirakan akan naik menjadi 783 juta pada 2024," sebutnya dalam Talk Show bertema "Inovasi Diversifikasi Nasi Jagung dan Nasi Singkong Dailymeal sebagai Solusi Sehat Untuk Diabetes” pada Jumat, 31 Mei 2024.

Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan penderita diabetes sebanyak 19,5 juta pada 2021. Menurut dr Muliyanah angka tersebut merupakan akumulasi, karena diabetes itu genetik dan lifestyle.

"Genetik hanya 10--20 persen, sisanya adalah lifestyle. Tapi genetik bisa dikendalikan, jika lifestyle baik," sambungnya lagi.

Diabetes yang sangat erat berhubungan dengan angka konsumsi gula di Indonesia dari anak-anak dan orangtua. Ia menyarankan maksimal orang dewasa hanya boleh mengonsumsi sebanyak 4 sendok makan per hari, sementara anak-anak hanya boleh 4--6 sendok teh per hari. 

2 dari 4 halaman

Ganti dengan Nasi Jagung dan Singkong

Namun pada kenyataannya kebanyakan orang Indonesia masih mengkonsumsi gula berlebih, karena biasanya bumbu masakan seperti kecap menambahkan juga gula. Untuk itu perlu pengaturan diet dalam mengonsumsi gula, agar terhindar dari penyakit diabetes.

Di sisi lain, dr. Mulianah menyebut bahwa karbohidrat tidak boleh dihilangkan sebagai konsumsi sehari-hari, karena kebutuhan makronutrion dari karbohidrat sangat diperlukan tubuh. "Karbohidrat sebagai satu-satunya nutrisi yang masuk ke otak dan karbo fungsinya sangat banyak, bahkan 50--60 persen kebutuhannya per hari," tegasnya.

Tapi karbohidrat pun bisa dikategorikan, dengan banyak ahli menganjurkan agar mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah, nasi jagung, maupun nasi singkong. "Karbohidrat kompleks ini memiliki kandungan serat, semakin tinggi kandungan seratnya maka akan semakin kompleks," cetusnya.

Serat pada nasi jagung dan nasi singkong terbilang tinggi. Hal ini mendukung Serat sangat 70 persen sistem imun di pencernaan. Serat jadi obat kolesterol alami, dari lauk hewani yang sudah pasti ada. Sehingga serat dari sayur bisa mengikat lemak dari lauk.

"Prebiotik juga salah satu manfaat dari serat. Jangan lupa prinsip gizi seimbang, protein hewani dan nabati, serta buah sayur-sayuran," dr. Mulianah memberi saran. 

 

3 dari 4 halaman

Inisiasi Hoki Inovasi Program

Sayangnya yang menjadi akar masalahnya, orang Indonesia sudah terbiasa setiap hari mengonsumsi nasi putih. Di sisi lain, sebenarnya sudah ada solusi untuk mengganti nasi putih dengan jenis karbohidrat lain karena Indonesia memiliki banyak variasi sumber pangan seperti singkong, jagung, maupun umbi-umbian lain.

Menjawab hal itu Vice President Marketing PT. Hoki Distribusi Niaga (Dailymeal), Amar Ramdani, mengatakan pihaknya telah membuat inovasi agar nasi jagung dan nasi singkong lebih terasa enak dikonsumsi.

"Kenapa orang Indonesia suka makan nasi? karena kebiasaan sejak kecil meski tinggi gula, makanya ini satu inovasi untuk mengembangkan nasi jagung dan nasi singkong," ujar Amar di kesempatan yang sama. 

Ia mengatakan, PT Hoki Distribusi Niaga (Topikoki Group) melalui brand Dailymeal menginisiasi Hoki Inovasi Program, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengembangkan inovasi produk diversifikasi pangan di Indonesia. Menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman. 

4 dari 4 halaman

Program CSR Teknologi Pangan Gandeng Universitas

Amar mengatakan, kesehatan masyarakat saat ini menjadi perhatian utama, terutama dengan meningkatnya prevalensi penyakit metabolik terkait pola makan, seperti gangguan gula darah, tekanan darah, obesitas, dan kolesterol. Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang yang mendorong PT Hoki Distribusi Niaga melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Hoki Inovasi, untuk menjawab tantangan kesehatan modern dengan solusi inovatif.

"Melalui kolaborasi inovatif yang diserahkan secara simbolis pada hari ini," terang Amar.

Pihaknya pun berharap dapat terus mengembangkan produk pangan yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan berpotensi untuk dipasarkan secara internasional. Untuk diketahui, Hoki Inovasi Program adalah langkah awal untuk menghadirkan produk pangan inovatif yang dapat dinikmati di dalam dan luar negeri.

Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P., IPU., ASEAN Eng, Ketua LPPM Unsoed mengatakan makanan bisa disukai penikmatnya berawal dari rasa, untuk menimbulkan dari sensornya. Tapi makanan yang dikonsumsi setiap orang akan memiliki efeknya terhadap kesehatan. 

Untuk itu LPPM Unsoed ikut membantu diversifikasi pangan lewat inovasi dan penelitian lebih lanjut lewat pendanaan yang diberikan PT Hoki Distribusi Niaga. Dengan publikasi jurnal ilmiah dan hasil penelitian ke depannya pangan dari umbi-umbian sebagai alternatif pengganti nasi putih bisa lebih dikembangkan dan bahkan diekspor ke luar negeri.