Liputan6.com, Jakarta - Kontes kecantikan kecerdasan buatan pertama di dunia telah diluncurkan The Fanvue World AI Creator Awards (WAICA) dengan sejumlah peserta dari dunia model dan influencer yang dihasilkan oleh teknologi Artificial Intelligence (AI). Kegiatan itu memperebutkan USD20 ribu atau Rp325 juta sebagai hadiahnya dan akan berakhir dengan tiga juara utama pada akhir Juni.
Dikutip dari Euronews, Rabu (5/6/2024), peserta kontes Fanvue Miss AI ini akan dinilai berdasarkan tiga kategori. Pertama, penampilan seperti aspek klasik kecantikan, ketenangan, dan jawaban unik untuk serangkaian pertanyaan.Â
Baca Juga
Kedua, aspek keterampilan dan penerapan AI yang digunakan, termasuk penggunaan petunjuk dan detail visual di bagian tangan dan mata. Terakhir, para model juga mesti berpengaruh dalam sosial media yang dilihat dari jumlah keterlibatan mereka dengan penggemar, pertumbuhan fans, dan pemanfaatan kanal sosial media lain.
Advertisement
Salah satu pendiri konten kecantikan ini, Will Monanage, berharap acara ini akan menjadi Oscar bagi para kreator AI. Ia mengatakan bahwa dunia konten kreator adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi saat ini.
"Terdapat pertumbuhan eksponensial dalam jumlah kreator AI yang memasuki dunia ini, mengembangkan basis penggemarnya, dan memonetisasi konten," ucapnya
Para wanita buatan ini harus mengirimkan video mereka dengan menjawab serangkaian pertanyaan. Salah satunya adalah "Apa impianmu untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik?"
Mereka yang ikut dalam kontes Fanveu Miss AI akan dikelompokkan menjadi sepuluh besar sebelum tiga kontestan pemenang akhir diumumkan pada acara penghargaan virtual nantinya. Pemenang utama akan mendapatkan uang tunai USD5.000 atau setara dengan Rp81 juta dan program mentoring untuk si pencipta dengan harga sampai Rp50 juta.
Â
Panel Juri Campuran AI dan Manusia
Sejarawan kontes kecantikan Inggris, Sally-Ann Fawcett adalah bagian dari panel juri dan merupakan salah satu dari dua juri manusia yang akan menilai para kontestan buatan tersebut. Selain Fawcett, ada model AI Emily Pelligrini yang pernah viral tahun lalu setelah pesepakbola dan selebritis lainnya menulis surat kepadanya karena yakin dia adalah manusia asli.
Berikutnya, Aitana Lopez, model Spanyol AI berambut merah muda yang menghasilkan hingga 10 ribu euro atau Rp177 juta sebulan untuk kreatornya dengan menjadi model untuk pakaian bermerek. Fawcett mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Daily Mail bahwa, sebagai satu-satunya sejarawan fashion show di dunia, ia sangat tertarik untuk terlibat dalam penghargaan yang terasa sangat futuristik seperti Miss AI satu ini.
"Menariknya, ada banyak kesamaan antara kontestan kontes kecantikan di kehidupan nyata dan model AI dan cara mereka berinteraksi dengan penontonnya," tambah Fawcett.
Di tengah kekhawatiran bahwa AI mengancam keamanan kerja dan profesi artistik, perpindahan ke dalam industri kontes kecantikan ini sepertinya telah dilakukan oleh pihak penyelenggara. "Mengingat kontes kecantikan sesungguhnya dikritik karena tidak memanusiakan perempuan, mari kita hindari hal tersebut dengan memiliki kontestan yang tidak memanusiakan perempuan, yaitu dengan menggunakan yang bukan manusia sejak awal!"
Â
Advertisement
Para Kontestan Dibuatkan Kepribadian dan Latar Belakang Layaknya Manusia
Ada juga fakta bahwa kontes kecantikan seperti ini semakin memperburuk standar kecantikan yang tidak realistis melalui 'kesempurnaan' yang dihasilkan komputer. Di sisi lain, belum ada kompetisi Mr AI yang sekali lagi memperkuat sifat misoginis terhadap norma kecantikan berdasarkan gender.
Miss AI, kontes perdana dari World AI Creator Awards, yang dibuka pada April untuk para influencer AI karena daya tarik mereka yang semakin tinggi akhir-akhir ini. Salah satu dari sepuluh finalis terpilih kontes tersebut adalah Zara Shavatari.
Juri Miss AI pada Senin, 3 Juni 2024, menyebut Shatavari sebagai salah satu dari 10 finalis mahkota berdasarkan pengaruh kecantikan, teknologi, dan media sosial. Dipilih dari lebih dari 1.500 peserta internasional, para pesaing yang 100 persen dihasilkan oleh AI ini sekarang akan bersaing untuk mendapatkan tiga tempat teratas, dan pemenangnya akan diumumkan pada akhir bulan ini.
Dilansir dari Forbes, Shatavari adalah wanita AI dari India dan bangga dengan adat istiadat negaranya. Dalam salah satu unggahannya, dia mengucapkan selamat Diwali kepada para pengikutnya dengan mengenakan sari merah di ruangan yang dipenuhi lilin hari raya tradisional dan lampu tanah liat yang melambangkan cahaya batin yang melindungi dari kegelapan spiritual.
Â
Â
10 Kontestan Miss AI yang Maju ke Tahap Tiga Besar
Shavatari juga digambarkan punya latar belakang sebagai pejuang bagi mereka yang menghadapi depresi dan sindrom ovarium polikistik, yang keduanya dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Dari semua kontestan yang maju, beberapa dari mereka adalah model dengan hijab yang punya kepribadian untuk memberdayakan perempuan di lingkungannya, meski pun ia sendiri tidak nyata.
"Seperti fashion show lain, selalu ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar Kreator AI ini dapat lebih mewakili dan memperjuangkan orang-orang di dunia nyata, dari semua latar belakang, dan segala bentuk, dan ukuran," imbuh Fawcett.
Sofia Novales, pencipta AI model Aitana Lopez yang juga menjadi juri di kompetisi ini menambahkan bahwa Miss AI telah menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak keragaman dan keterwakilan dalam bidang penciptaan AI daripada yang diperkirakan sebelumnnya.
Nama 10 kontestan Miss AI yang maju ke babak tiga besar, dikutip dari The New York Post:
- Kenza Layli, Maroko
- Aliya Lou, Brazil
- Olivia C, Portugal
- Anne Kerdi, Prancis
- Zara Shavatari, India
- Aiyana Rainbow, Romania
- Lalina, Perancis
- Seren Ay, Turki
- Asena Ilik, Turki
- Eliza Khan, Bangladesh
Advertisement