Sukses

Embun Upas Muncul Lagi di Dieng, Pengunjung Bisa Merasakan Hawa Negara Bersalju Tanpa Keluar Negeri

'Salju Dieng' alias embun upas kembali turun pada Rabu, 5 Juni 2024. Fenomena alam unik ini menandakan pergantian musim yang terjadi akibat penurunan suhu di musim panas.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang dibagikan akun Instagram @aryadidarwanto menunjukkan fenomena embun upas di daerah Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Video yang dibagikan pada Rabu, 5 Juni 2024, yang berlatar belakang Candi Setyaki tersebut diambil pada pagi hari, menampakkan pemandangan biru ala suhu dingin.

"Pagi ini 5 Juni 2024, suhu di aplikasi cuaca Dieng mencatat suhu terendah mencapai 1,92'C. Informasi: suhu 1'C embun es tetap dapat terbentuk ya, namun tipis sekali. Kemunculan embun es ke-3 untuk tahun 2024," tulis pemilik akun dalam keterangan unggahannya.

Perekam video tampak membawa sebuah termometer yang memang menunjukkan suhu yang hampir 0 derajat. Ia juga memperlihatkan embun es yang terbentuk pada kain hitam penutup yang berada di tanah. 

Si perekam mengikis lapisan luar kain tersebut yang menghasilkan es tipis. Hal demikian ternyata bukan hal baru terjadi di Dieng. Hampir setiap tahunnya wilayah dataran tinggi di Jawa Tengah ini dilanda fenomena embun upas.

Embun Upas merujuk pada pembentukan bekuan embun di kawasan Dataran Tinggi Dieng pada sekitar pertengahan tahun atau pada periode Juli-Agustus. Pada masa ini, suhu sejuk membuat embun pagi menjadi beku layaknya salju. Bahkan, beberapa orang merujuk fenomena ini sebagai 'Salju Dieng'.

Tak ayal, kejadian ini menarik perhatian banyak warganet. Mereka banyak yang berkelakar soal 'salju' yang turun di Dieng bisa dijadikan bahan baku minuman es.

2 dari 4 halaman

Sudah Ada Embun Upas Sejak Sebelum Lebaran, Warganet Juga Sorot Sampah

Beberapa yang lain berharap bisa datang ke sana saat suhunya sedang dingin-dinginnya untuk menikmati hawa sejuk yang jauh dari perkotaan. "Dikumpulke om, campur teh mengko dadi es teh 🤣🤣🤣," sebut seorang warganet, bercanda.

"Pingin banget ke Dieng. Cirebon puanase poll 🌞," sebut warganet lain yang ingin berkunjung.

Seminggu sebelumnya, akun yang sama juga membagikan keadaan dingin di Dataran Tinggi Dieng. Dalam sebuah video yang direkam pada 29 Mei 2024 tersebut, pemilik akun menyorot es yang terbentuk dalam sebuah wadah sampah styrofoam yang tergelatak di tanah lapang. Ia melaporkan bahwa itu adalah kejadian embun upas yang kedua pada 2024.

"Musim Embun Es Dieng sudah tiba...Muncul kembali pagi ini.... diperkirakan suhu pagi tadi sekitar minus 1'C.Embun es ke-2 tahun 2024. Embun es pertama muncul seminggu setelah Lebaran....," tulis akun tersebut dalam keterangan videonya.

Banyak pengomentar yang penasaran dan bertanya-tanya soal fenomena ini kolom unggahan tersebut. Ada yang bertanya mengapa rumputnya tak ikut membeku. Namun, perhatian paling besar teralih pada sampah styrofoam yang disorot dalam video.

"gagal fokus.. ngapain sterofoam disitu 😅," tanya seorang warganet.

"Salfok sama sterofoam kok bisa ngumpet disitu🥶, jaga kebersihan budayakan membuang sampah pada tempatnya 🔥," tulis yang lain mengingatkan.

3 dari 4 halaman

Apa itu Embun Upas?

Fenomena embun upas atau embun beku yang mulai muncul di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, akan berlangsung selama satu dasarian. Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedie mengatakan bahwa embun upas terjadi masih berkaitan dengan adanya dua pusat tekanan rendah (LPA) di belahan bumi utara (BBU), yaitu pusat tekanan rendah 04W berada di Laut China Selatan sebelah barat Filipina dan pusat tekanan rendah 98W di timur laut Filipina.

Kondisi tersebut ditambah kuatnya Monsoon Australia (angin timuran) yang membawa udara kering yang berpengaruh pada pengurangan curah hujan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Akibatnya dalam beberapa hari, kondisi cuaca di Jateng cenderung cerah hingga berawan.

Akan tetapi, kondisi tersebut akan bertahan hingga satu dasarian di bulan Juli. Setelah itu akan kembali cenderung basah (musim kemarau) dikarenakan pengaruh suhu muka air laut sekitar Jawa yang hangat dan anomali iklim La Nina dengan intensitas lemah dengan probabilitas sekitar 66 persen hingga periode Juli-Agustus.

"Jadi, fenomena tersebut masih dimungkinkan terjadi pada periode dasarian pertama bulan Juli," kata Setyoajie.

 

4 dari 4 halaman

Embun Upas adalah Embun Racun?

Dalam siaran persnya, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, embun upas (bun upas) menurut penduduk Dieng adalah embun racun.

"Fenomena itu terjadi ketika suhu menjadi sejuk, lantas turunlah embun-embun yang dingin lagi beku. Embun inilah yang menyelimuti tanaman kentang dan masyarakat Dieng menyebutnya dengan embun upas karena memang efeknya membuat kentang mati tersiakan," katanya.

Beberapa faktor yang berperan terbentuknya embun beku yang didahului suhu dingin ekstrem di Dieng, antara lain adalah gerak semu matahari, intrusi suhu dingin, dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian. Sutikno juga mengatakan fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

"Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan," katanya.

Selain itu, katanya, kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara.

"Ketika mencapai minus atau nol derajat, terjadilah embun upas atau embun beku di daerah tersebut. Di Indonesia, beberapa tempat pernah dilaporkan mengalami fenomena ini, yaitu Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, dan Pegunungan Jayawijaya," katanya.

Video Terkini